Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDI Timor: Organisasi Politik Terkuat di Timor Ikut Konferensi Malino 1946

15 Agustus 2024   11:35 Diperbarui: 16 Agustus 2024   07:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari kacamata kaum nasionalis di Timor, Konferensi Malino pada 15-25 Juli 1946 adalah momentum penting yang meskipun kemudian melahirkan  negara Groote Oost lalu menjadi Negara Indonesia Timur (NIT) tetapi dipandang sebagai forum perjuangan kemerdekaan menuju NKRI.

Di konferensi ini, utusan Timor ikut serta berpartisipasi bahkan memberikan pidato. Baik Groote Oost maupun NIT adalah negara boneka ciptaan H.J. van Mook.

Menjelang konferensi Malino, PDI Timor (Partai Demokrasi Indonesia Timor) adalah organisasi politik berpengaruh di Timor. PDI Timor dipimpin oleh Doko dan kaum nasionalis Timor. PDI Timor adalah parpol hasil reformasi dari PKT (Partai Kebangsaan Timor) pimpinan I.H. Doko. Tetapi mayoritas anggota dalam tubuh PDI Timor beragama Islam. 

Ketika H.J. van Mook secara resmi mengundang PDI Timor untuk berpartisipasi dalam Konferensi Malino, banyak politisi Timor menolak karena dari susunan keanggotaan yang begitu, PDI Timor terlihat tidak benar-benar merepresentasi semua orang Timor di Malino. 

Para pihak yang menentang itu adalah oposisi politik dari PDI Timor. Doko tidak mempedulikan mereka. Kemudian Doko benar sehingga PDI Timor terbukti pro Indonesia merdeka 100%. 

Saat itu di Kupang, selain PDI Timor yang nasionalis, masih terdapat: Persatoean Timor Besar (PTB) yang pro Belanda, Partai Kebangsaan Indonesia (PARKI) pro politik pribumi yang dipimpin Sultan Sumbawa Sultan Kaharoeddin, Partai Serikat Islam (PSI) dan API (Angkatan Pemuda Indonesia).

Tokoh politik Tom Pello menentang untuk kerja sama dengan Belanda. Kelompok lain merasa bahwa Malino tidak penting. Doko mengatakan bahwa di Malino, kita dapat memperjuangkan merdeka penuh atau merdeka 100%. Doko dan H.A. Koroh, raja Amarasi, juga seorang nasionalis menangi debat lalu tetap pergi ke Malino. 

Sidang sedang berlangsung ketika tiba-tiba pihak para oposisi kontra Doko mengirim Telegram kepada H.J. van Mook untuk memberitahu bahwa pidato PDI Timor tidak dapat diterima karena Doko adalah wakil yang tidak representan dari Timor.

Dalam bahasa politik, para penentang Doko adalah saingan besarnya sebab mereka dibantu politisi-politisi pro Belanda yang adalah gabungan 5 Parpol pro Belanda yang membentuk lima serangkai di Timor. Sebenarnya hal itu jelas bahwa Doko dalam kondisi berpolemik. Di jawa, golongan pro kemerdekaan sampai berperang lawan golongan yang pro Belanda.

Kondisi Timor menjelang dan saat konferensi Malino digambarkan tidak menentu dengan Parpol-Parpol sibuk merebut kekuasaan dengan faham-fahamnya masing-masing. Selalu berselisih faham.

Tetapi I.H. Doko yang secara asli dan luhur memperjuangkan kemerdekaan 100% dalam NKRI tetap mendapatkan pengaruh secara luas, bahkan hingga saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun