Tentang dunia tulis-menulis, Albert Camus pernah berkata: Ich bin Schriftsteller geworden aus Liebe zur Welt und den Menschen und nicht, weil ich mich berufen fuehle, zu verfluchen und anzuprangern. Saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia:Â Saya sudah menjadi penulis karena cinta pada dunia dan pada orang-orang, dan bukan karena saya merasa harus mengutuk dan mencela.Â
Sepuluh Tahun Terhibur Tapi Sering Cukup Tersiksa
Awalnya saya mau menyenangkan diri dengan menulis artikel-artikel berkualitas di Kompasiana. Tetapi bersamaan dengan mulai diperhitungkan artikel-artikel ini di tingkat nasional maka saya juga mulai menggenjot perhatian penuh.
Artikel-artikel dalam akun ini hampir semuanya berbentuk opini dan beberapa berbentuk sastra (puisi dan ceritera pendek). Jika berbetuk opini maka artikel-artikel ini berisi penjelasan tentang tema.Â
Artikel berbentuk opini terasa cocok untuk saya sebagai guru karena seorang guru biasanya menjelaskan sebuah tema. Tujuannya agar para pembaca dapat memahami dan mengetahui isi karangan agar memperoleh pencerahan dan perubahan dalam hidup. Sedangkan artikel berbentuk sastera menonjolkan penceriteraan dan pencitraan tertentu dari realitas sosial dan politik serta budaya.
Menulis dengan berani dan penuh  cinta di Kompasiana telah membuat hati saya bergembira namun sering cukup tersiksa. Ketika setiap kali saya berhasil menerbitkan sebuah wacana di Kompasiana, saya bergembira tetapi cukup mengalami hati tersiksa. Saya bergembira namun cukup sering cukup tersiksa saat memikirkan nasib wacana ini. Gelisah saya memikirkan bagaimana reaksi dari para pembaca.
Saya hanya mampu berharap agar wacana-wacana di Kompasiana yang saya buat ini dapat menemukan takdirnya sendiri-sendiri. Terdapat banyak artikel yang berguna bagi para mahasiswa dan dosen sehingga mereka menggunakannya untuk tujuan penulisan mereka.
Penulis Jerman Wolf Schneider pernah mengatakan: Beim Text muss sich einer quaelen, der Absender oder der Empfaenger. Besser ist, der Absender quaelt sich. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah: Tentang sebuah Teks (Wacana) seseorang hanya punya 2 pilihan yaitu: pembaca atau pengarang. Yang terbaik adalah jika pengarangnya merasa tersiksa hati.Â
Wolf Schneider benar: Hal terbaik yang dialami oleh seorang penulis teks adalah manakala ia selalu tersiksa hatinya memikirkan nasib wacana-wacana yang ia tulis. Dan saya memilih yang terbaik yaitu hati cukup tersiksa dan hal itu memang manusiawi.
Hidup Dalam 2 Dunia
Penulis Jerman Natalie Goldberg mengatakan bahwa seorang penulis hidup dalam 2 dunia. Saat saya  membaca sinopsis Novel berjudul Zweimal im Leben karya tulis Clara Empson barulah saya mengerti maksud Natalie tentang hidup dalam dua dunia.
Dunia pertama adalah cinta pertama. Ketika seseorang menemukan cinta pertama ia mengatakan bahwa itu untuk selamanya hanya maut yang memisahkan. Padahal perasaan itu sering tidak benar, sering hanya ilusi saja. Sebab  ketika cinta pertama itu tiba-tiba gagal dan masing-masing membangun hidup berkeluarga dengan pasangannya yang baru, cinta bisa hilang.  Lima belas tahun kemudian 2 insan itu bertemu lagi. Cinta yang pernah mereka reguk saat pertama kali bertemu telah bersemi dan utuh kembali. Cinta utuh kembali tetapi 2 insan yang bertemu kembali itu saling mencintai karena dibayangi oleh cinta pertama mereka. Dua kedua saat kedua insan itu menginginkan saling mencintai seperti dahulu lagi.
Terkadang kita baru benar-benar memulai hidup di bagian terakhir kehidupan. Masa lalu mengejar kita  dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga masa lalu mengancam untuk menghancurkan masa kini dengan semua yang kita cintai.