Mereka adalah para remaja yang baru tamat SMP tanpa pengetahuan bahasa Jerman sebelumnya. Saya memulainya dengan cara yang ramah dari nol yaitu pelajaran Alphabeth di SMA Kristen Atambua Kelas X. Mulai pertengahan Juli 2005 saya mengajar penuh Mapel Bahasa Jerman. Saya memahami mereka sebagai pembelajar pemula dan menyiapkan setetetes madu untuk menarik mereka meminati bahasa Jerman.
Dengan setetes madu di tangan saya menjanjikan kelembutan dan keramahan dalam mengajar bahasa Jerman. Saya meyakinkan mereka bahwa saya akan menjadi guru yang tulus. Guru yang tulus memberi dari kebaikan hati-keramahtamahan dan penghargaan kepada mereka.Â
Saya membuat hari-hari mengajar bahasa Jerman menjadi hari-hari yang menyenangkan dalam hidup saya. Saya dan para murid itu berjumpa di kelas bukan sebagai orang-orang asing tetapi sebagai sahabat-sahabat. Dalam suasana penuh persahabatan itulah saya membahas tema-tema ajar bahasa Jerman. Saya termasuk guru yang tidak terlalu beruntung tetapi saya memiliki hubungan erat dengan para siswa saya.Â
Saya percaya di awal pelajaran mereka masih merasa begitu asing dengan bahasa Jerman. Bahkan tidak bisa menulis dan mengucapkan satu kata pun. Mereka tidak bisa dipaksa untuk setuju dan meniru saya. Tetapi para siswa itu bisa diarahkan untuk memiliki kemampuan bahasa Jerman apabila sebagai guru saya bersikap lembut dan ramah bahkan sangat lembut dan sangat ramah.. Itulah seyetes madu yang dapat menangkap hati mereka yang merupakan jalan tol menuju pengertian dan kesuksesan. Saya siapkan hanya setetes madu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H