Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

In Memoriam Eka Tjipta Widjaja: Keluhuran Jiwa yang Menggelorakan Kemakmuran Indonesia

8 September 2022   11:35 Diperbarui: 8 September 2022   15:07 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eka Tjipta Widjaja (Sumber gambar: Dokumentasi Forbes di Detik.com)

Rumah tembok sangat sederhana yang saya kunjungi di kampung Halibaurenes di Kab. Belu, Prov. NTT  hampir dirampungkan. Rumah sangat sederhana itu adalah salah satu jenis rumah rakyat di Prov. NTT. Rumah jenis ini dibangun dari sedikit subsidi pemerintah desa dan uang sendiri. Uang sendiri itu salah satunya berupa kiriman uang dari Kalimantan. Ya, sejak kecil, anak-anak di sekitar rumah saya di kampung Halibaurenes sudah  buat rencana untuk merantau ke Kalimantan. Mereka diajak oleh salah satu keluarga  yang lebih dahulu kerja di Kalimantan. Orang itu sudah biasa kirim uang ke kampung. Sehingga anak-anak kecil itu pikir pasti kerja di Kalimantan itu lebih bagus. Anak-anak ingin punya uang banyak seperti om/tanta/kaka yang rajin kirim uang itu.

Pulau Kalimantan adalah magnet bagi kaum buruh perkebunan sawit karena punya tanah yang subur dan kaya. Meskipun kerja petik kepala sawit saja, buruh sudah punya doi banyak. Tidak heran, banyak pemuda /i di kampung Halibaurenes menghilang sejak kecil. Mereka rame-rame pergi untuk kerja ke Kalimantan. Mayoritas bekerja sebagai buruh pemetik kelapa sawit di Sinar Mas Agribusiness and Food.

Moment 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja adalah  moment yang tepat untuk mengenang realitas perburuhan kelapa sawit di pulau Kalimantan yang subur dan kaya. Sinar Mas dan Keberagaman adalah kunci kesuksesan Eka Tjipta Widjaja. Sinar Mas Agribusiness and Food memiliki para buruh berasal dari pelbagai latar belakang suku di Indonesia. 

Eka Tjipta Widjaja telah mewariskan kebaikan yang tiada taranya bagi Indonesia. Ia memberi teladan hidup untuk keluhuran budi dan tekad untuk hidup sejahtera. Ia mendirikan Sinar Mas untuk Indonesia. Bagi kaum buruh asal Indonesia, perkebunan kelapa sawit adalah ladang kerja untuk meraih rezeki. Banyak sama saudara buruh asal Indonesia telah menikmati hasil kerja dan menjadi sejahtera. Tetapi tidak sedikit sama saudara buruh telah menderita sakit dan kehilangan nyawa di Kalimantan demi meraih  rezeki yang layak.

                                                                                                                           **** 

Rumah yang dibangus Paulus Mali (Sumber foto: Dokpri).
Rumah yang dibangus Paulus Mali (Sumber foto: Dokpri).

Saya menemui Paulus Mali yang sedang membangun rumah baru di kampung Halibaurens. Rumah baru itu adalah hasil kiriman uang dari anak wanitanya, Nolda & suami. Nolda & suami kini bekerja sebagai buruh di sebuah lokasi perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.  Paulus mengatakan bahwa untung ada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan sehingga Nolda & suami bisa mendapatkan uang untuk membangun rumah baru ini. "Selepas dari SMP, awalnya Nolda bekeja sebagai penjaga toko di Halilulik. Uang dari pekerjaan itu tidak cukup membiayai hidupnya sehari-hari, apalagi membangun rumah tembok", ceritera Paulus. 

Lain Nolda, lain Agus Kolo,  Agus Koli kini berganti pekerjaan sebagai petani di kampung halamannya, Nurobo, desa Meotroi, Kab. Malaka di Prov. NTT. Ia baru pulang dari Kalimantan tahun 2010 yang lalu. Lelaki berumur 45 tahun itu kini masih bujang. Agus masih menyimpan kenangan pernah bekerja sebagai buruh di Perusahaan Sinar Mas di Kalimantan. Saya berbicara dengan Agus Koli di suatu siang. "Masih lebih baik Sinar Mas",  ceritera Agus Koli. 

Di Kalimantan, ratusan ribu buruh kelapa sawit asal NTT saat ini bekerja untuk mengais rezeki. Mereka  pergi dengan cara legal mapun illegal. Kaum buruh punya cita-cita ingin mendapatkan  kenyamanan di tempat kerja meskipun tidak punya dokumen lengkap. Mereka sering lari keluar-masuk hutan untuk menghindari kejaran polisi. "Buruh illegal di Kalimantan-Indonesia masih lebih enak, modalnya cuma KTP. Tetapi jadi buru sawit di Malaysia harus punya banyak dokumen, seperti paspor dan visa, hal-hal ini yang sulit diperoleh.", kata Agus Koli.

Buruh kelapa sawit adalah kerja yang andalkan kekuatan fisik, keberanian dan kerja keras. "Itu semua membuat saya menderita luka dan sakit fisik karena tubuh saya selalu terkena buah sawit yang jatuh. Tak bisa tahan sakit, saya putuskan pulang ke kampung", katanya. Bagi Agus, kesehatan adalah hal utama bagi dirinya.

Ratusan ribu buruh asal NTT saat ini bekerja di rimba Kalimantan. Beberapa dari mereka pergi ke Kalimatan bersama suami-isteri dan anak-anak. Ada yang bekerja sejak kecil, tetapi ada yang masih single.

Di Belu-Malaka, ada juga banyak mantan buruh kelapa sawit asal Kalimantan dan Malaysia yang pulang kembali ke rumah karena pelbagai alasan. Mayoritas para mantan buruh kelapa sawit itu pulang kembali kampung halaman karena sakit selama bekerja.

Agus Koli berceritera, "Setelah luntang-lantan mencari kerja di rimba Kalimantan tahun 2010, saya beruntung dapat diterima di Perkebunan Sinar Mas di rimba Kalimantan. PT Sinar Mas adalah perusahaan impian kaum buruh kelapa sawit. Di luar Sinar Mas, banyak buruh asal NTT menderita di bawah tekanan perusahaan-perusahaan", kata Agus Koli.

Agus Koli berceritera, "Awalnya saya pergi ke Kalimantan karena diajak beberapa teman sekampung asal Nurobo, NTT. Saya pergi ke Kalimantan hanya dengan KTP, mengikuti teman-teman sekampung itu. Begitu melapor ke Satpam saja, saya sudah diterima karena Satpam itu orang NTT. Hanya beberapa bulan saja, saya sudah menerima SK tenaga tetap dan saya ditempatkan di barak perusahaan. Saya mendapatkan jaminan kesehatan. Saya dibayar setiap minggu. Tugas saya adalah memetik buah kelapa. Saya ditemani beberapa perempuan pemungut kelapa. Pemetik kelapa adalah tugas yang berat.  Kerja petik kelapa sawit itu butuh tenaga fisik yang kuat. Makanya tak heran dalam waktu hanya 6 bulan di Sinbar Mas, saya jatuh sakit keras lalu pulang ke Nurobo", kata Agus sedih.

Moment 100 tahun Eka Tjipta Widjaja adalah momen untuk mengenang keluhuran jiwa dan kebajikan hidup dari sang pendiri Sinar Mas ini. Dengan Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja telah menabur dan menunai benih-benih kebajikan bagi sesamanya tanpa mengenal usia, suku, agama, ras dan golongan. Eka Tjipta Widjaja mendirikan Sinar Mas untuk keberagaman. Ia telah menolong banyak orang menemukan hidup yang layak dan lepas dari jurang kemiskinan. Rumah-rumah tipe sangat sederhana telah, sedang dan akan dibangun di setiap kampung di Prov. NTT dari hasil bekerja di Kalimantan. Eka Tjipta Widjaja telah, kini dan akan mengubah mimpi banyak kaum buruh asal NTT untuk hidup layak dari hasil keringat sendiri. Keluhuran jiwa Eka Tjipta Widjaja menggelorakan kemakmuran Indonesia, ia pantas dikenang selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun