Berita meninggaldunianya Pastor John Prior, SVD pada  02 Juli 2022 di Biara Simeon Seminari Tinggi Ledalero, Flores, Indonesia membuat saya tertegun.Â
Dia adalah ikon mata kuliah teologi kontekstual di STFK Ledalero. Cukup lama saya merenung untuk bagaimana bisa meracik sebuah tulisan yang cocok untuk mengenang Pastor Dr. John Mansford Prior, SVDÂ (1946-2022).Â
Almarhum adalah salah satu dosen saya di STFK Ledalero yang saya anggap kontroversial dan melawan arus zaman kaum misionaris Eropa di Flores.Â
Sekitar tanggal 4 Agustus 1996, saya tiba di Ledalero, awal yang membahagiakan tetapi juga amat menggelisahkan sanubariku. Awal pergumulan saya dengan filsafat dimulai. Waktu itu saya baru selesai dari Novisiat SVD Nenuk. Saya cukup heran menyaksikan suasana Ledalero saat itu. Di kamar-kamar para frater terdengar alunan musik. Beberapa bulan kemudian saya bertemu dengan Pater John Prior.Â
Waktu itu, beliau datang ke Unit Agustinus Ledalero dengan memakai celana pendek untuk memberi ceramah rumah sekitar materi tentang teologi inkulturasi dan kemandirian Seminari Tinggi.Â
Saya melihat ada sesuatu yang berbeda di Ledalero sejak saya berkenalan dan akhirnya bertemu dengan Pastor John di barak kuliah. Waktu itu ruang kuliah kami masih berupa barak darurat akibat gempa dan tsunani besar Flores tahun 1992.
Selanjutnya saya membaca beberapa bukunya. Pastor John mengupas teologi inkulturasi. Dia banyak membahas hubungan iman dengan kebudayaan. Sekarang nama Pater John Prior, SVD adalah ikon untuk Program S2 ilmu teologi  kontekstual di Ledalero, cocok dengan bidang pendidikannya.
Pastor John adalah seorang misionaris asal Inggris di Flores-Indonesia. Beliau berpendidikan dengan ijazah PhD saat ia tiba pertama kali di Flores pada tahun 1974. Ia dan kondisi saat itu berbeda dengan gambaran para imam misionaris SVD Eropa awal yang berpendidikan tidak sampai S1. P. John Prior berkarya sebagai dosen di Indonesia mulai tahun 1974 sampai dengan tahun 2022, dalam suasana pembangunan di Indonesia.
Dengan titel S3, seharusnya ia bukan misionaris yang tepat di paroki-paroki Flores.  Sebab misionaris berpendidikan S3 macam Pastor John tentu akan membikin kepala pusing seluruh umat  yang sederhana di paroki terpencil dengan ide-ide ilmiahnya. Dia cocok bekerja sebagai dosen di STFK Ledalero, tetapi kurang cocok dengan umat di kampung Wolofeo, Flores.
Saya teringat sebuah tulisan Pastor Eberhard Limbrock, SVD, seorang Prefek Apostolik PNG dan misionaris SVD awal di PNG yang saya baca di buku. P. Limbrock pernah menulis surat kepada Bapak pendiri SVD di Roma, Â St. Arnoldus Jansen.Â