Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Wa: +6281337701262.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengetik Prospektus dan Mengetik Sett: Pengalaman sebagai Ketua Redaksi Buletin Sol Oriens Tahun 1992 Saat Masih Duduk di Bangku SMA

26 Juni 2022   04:15 Diperbarui: 27 Juni 2022   17:40 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mampu Menulis Ilmiah Populer

Saya mencatat keunggulan terbesar dari sistem pendidikan di SMA Seminari adalah SMA Seminari Lalian memiliki Buletin atau Media sendiri. Ya, Lembaga pendidikan SMA Seminari Lalian di Timor-NTT sudah lama memiliki Buletin yang bernama Sol Oriens. Sol Oriens terdiri dari 2 kata bahasa latin, yaitu: Sol berarti Matahari dan Oriens yang berarti terbit. Jadi Sol Oriens berarti Matahari terbit.

Lalian terletak dekat dengan kota Atambua di Kabupaten Belu di wilayah bekas Timor Belanda yang sekarang adalah Timor Barat atau Timor-NTT-Indonesia. Buletin Sol Oriens dapat digolongkan sebuah Media nyata dan ideal. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan saat itu secara tidak langsung mengijinkan penerbitan Media komunikasi resmi untuk setiap SMA di Indonesia.

Memori Tak Terlupakan

SMA Seminari Lalian adalah lembaga pendidikan menengah atas tempat mendidik para calon imam Katolik  selama 4 tahun penuh sebelum mereka melanjutkan ke Seminari Tinggi Serikat Religius dan Seminari Tinggi Diosesan (Projo).

Konon nama Buletin Sol Oriens diberikan oleh seorang imam SVD. Saat saya duduk di Kelas Peralihan tahun 1990-1992, saya sudah aktif menulis di Buletin ini dan oleh para pembaca pada tahun-tahun ini, saya dikenal sebagai Bung Kronik atau penulis kronik. 

Karier saya meleset di Buletin Sol Oriens pada tahun 1992. Saat tahun 1992, saya terpilih sebagai Sekretaris Bidang (Sekbid) Dokumentasi dan Publikasi pada OSIS SMA Seminari Lalian. Dengan jabatan ini maka otomatis saya adalah Ketua Redaksi Buletin Sol Oriens, sebuah tugas paling berat dan paling menantang di SMA Seminari Lalian. Saat itu saya berumur 19 tahun dan duduk di Kelas II Jurusan Biologi (II.A2). Jumlah siswa di Kelas II.A2 waktu itu hanya berjumlah 12 siswa, hanya 1 Kelas II.A2 dan merupakan para siswa terpilih.

Sebagai Ketua Redaksi Sol Oriens, saya adalah kepala kantor Sol Oriens. Staf saya terdiri dari para Seminaris terpilih, yaitu: Wakil Ketua Redaksi (sebagai orang kedua), Sekretaris 1 dan II, Bendahara, 4 anggota redaksi Sol Oriens terpilih dan 2 orang illustrator. Mereka yang terpilih masuk di anggota Redaksi Sol Oriens adalah para seminaris cerdas di kelas Peralihan, Kelas I  dan Kelas II, yaitu para siswa yang masuk ranking di kelasnya.

Pemilihan anggota Redaksi dibicarakan dalam rapat tertutup oleh seluruh staff Redaksi bersama Moderator. Nama-nama para calon anggota Redaksi Sol Oriens diusulkan sendiri oleh Moderator dengan melihat rekam jejak mereka. Saat itu, bahkan ketua OSIS SMA Seminari Lalian termasuk staff saya di Sol Oriens.

Di tahun 1992, ruang atau kantor Sol Oriens memiliki banyak alat pengetikan tua dan arsip-arsip Sol Oriens berusia tua yang tersimpan di beberapa lemari tua. Ketika aktif dalam Sidang Redaksi atau kegiatan musim menjelang Sol Oriens terbit, saya memiliki privelese untuk tidak terlibat secara tepat waktu pada setiap kegiatan Seminari. Jika saya terlambat masuk di ruang makan, kapela dan kelas, para pembina bersama teman-teman seminaris sudah tahu dan memaafkan saya.

Saat saya sebagai Ketua Redaksi pada tahun 1992, Redaksi Sol Oriens mampu mencetak hingga 500 Oplah/Exemplar. Harga tiap-tiap Oplah mulai dari Rp 1000 (untuk para Seminaris) dan bisa mencapai Rp 250.000 untuk 1 Exemplar. Biasanya para pengusaha, para pejabat pemerintah, para imam Katolik dan para Pemimpin Lembaga biara atau pemimpin komunitas biarawan/biarawati Kristen Katolik membeli Sol Oriens dengan harga mahal sebagai bentuk sumbangan sukarela untuk SMA Seminari Lalian. Saya bersama para staff dan para penulis tidak menerima gaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun