Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membayangkan Konsekuensi Tak Diinginkan dari Doktrin Heliosentrisme

3 Mei 2022   04:47 Diperbarui: 3 Mei 2022   09:02 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Model doktrin universal heliosentrisme baru saja berlaku sejak abad ke-15 sampai sekarang. Doktrin universal geosentris berlaku lebih lama, selama sekitar 1700 tahun. 

Doktrin heliosentris tampaknya seperti konsep baru, doktrin baru. Doktrin universal heliosentrisme menimbulkan penafsiran baru: sepertinya bumi dan tata surya kita telah 'ditawan' oleh matahari.

Masa Depan Tata Surya Sebagian Ada di Tangan Matahari 

Matahari dapat menimbulkan efek positif dan efek negatif pada bumi dan tata surya. Jika matahari menimbulkan efek negatif, mari kita membayangkan saja apa-apa saja yang mungkin bisa terjadi atas bumi di masa depan oleh matahari. 

Sejak paham heliosentrisme menjadi dogma universal mulai abad 15 M, nasib bumi kita ini sebagian besar sudah berada di tangan matahari dan bintang-bintang. Sebagian lagi masih berada di tangan umat manusia sendiri. Oleh karena itu skenario kehancuran umat manusia seperti: perang (dunia), wabah virus, perang nuklir dan kelaparan adalah skenario-skenario akhir zaman yang berasal dari manusia sendiri di bumi.

Tetapi jika akhir zaman tidak berasal dari skenario-skenario di tangan manusia di bumi, ancaman terbesar yang mungkin adalah " kematian matahari". Jika matahari mati, bagaimana kita dapat berpikir tentang nasib bumi dan para penghuninya?

Masa depan bumi yang sangat penting terletak pada bintang-bintang, lebih khusus lagi, terletak pada matahari. Matahari memberi kita cahaya dan kehangatan sebagai persyaratan dasar untuk kehidupan di bumi. Namun pada titik tertentu matahari juga akan menutup akhir kehidupan di bumi.

Matahari: Reaktor Fusi Nuklir Raksasa

Menurut penelitian NASA, dalam waktu sekitar lima hingga tujuh miliar tahun, matahari akan berubah secara spektakuler. Diamete matahari meningkat, luminositasnya meningkat. Planet-planet yang paling dekat dengan matahari, seperti:  merkurius, venus, dan bumi, mungkin bisa dihancurkan oleh matahari.

Reaktor nuklir matahari ini terutama terdiri dari hidrogen. Di dalam, tekanan dan suhu sangat tinggi, atom hidrogen saling melebur membentuk atom helium. Sejumlah besar energi dilepaskan dalam prosesnya. Setelah pasokan hidrogennya habis, matahari mengembang. Untuk sementara ia akan bersinar lebih intens: Sebagai "raksasa merah", bintang raksasa, luminositasnya akan dua kali lebih besar pada usia sekitar sepuluh miliar tahun seperti sekarang ini.

Kemudian matahari tidak lagi tampak kuning, tetapi merah, karena akan jauh lebih dingin. Di pusat matahari, semua hidrogen digunakan pada tahap ini. Sebuah bola helium tetap ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun