Sejarahwan Charles Freeman, sejarahwan Inggris terkenal yang mengkhususkan perhatian pada Yunani kuno, seperti dikutip Media Jerman jw.org (2016) mengatakan bahwa St. Thomas Aquinas (dan gereja zaman itu) tidak "membabtis" Aristoteles menjadi Katolik, tetapi St. Thomas Aquinas (gereja zaman itu) berpindah ke Aristotelian atau penganut ide Aristoteles.Â
Sebuah analisis cermat para ahli menduga bahwa faktor penyebab Aristoteles 'dibabtis' Katolik oleh St. Thomas Aquinas adalah gagasan ironis Aristoteles yang sangat terkenal bahwa pengetahuan ilmiah harus tunduk pada kemajuan sehingga harus terus-menerus direvisi. Pandangan Aristoteles ini berhasil diadobsi gereja Katolik di zaman St. Thomas Aquinas. Dalam hal ini, gereja Katolik zaman sampai abad Pertengahan menganut geosentrisme Aristotelian dari pada geosentrisme Ptolemaeus. Pandangan Ptolemaeus ini didasarkan atas asumsi dan pengamatan dengan mata telanjang.Â
Pandangan dunia geosentris adalah pandangan historis yang sangat penting tentang struktur alam semesta. Diasumsikan bahwa bumi berada di pusat alam semesta dan bahwa semua planet dan matahari bergerak dalam orbit melingkar untuk mengelilingi bumi. Pandangan Ptolemaeus  dianut selama 1700 tahun.Â
Sudah pada zaman dahulu orang dapat mengamati pergerakan benda- benda langit, terutama matahari, bulan dan bintang-bintang. Pengamatan dengan mata telanjang ini membuat orang berasumsi bahwa bumi adalah pusat tata surya dan bahwa semua benda langit berputar mengelilingi bumi. Efek positif dari pandagan ini adalah sejumlah keteraturan dikenali dalam pergerakan benda-benda angkasa dan digunakan untuk menentukan tanggal penaburan dan saat panen.
Para sarjana di Yunani kuno mencoba untuk menyatukan fakta-fakta yang diamati dan keteraturan yang diakui ke dalam pandangan dunia di mana segala sesuatu dapat diturunkan dari beberapa prinsip. Fakta penting zaman Ptolemaeus (hidup di zaman Romawi kuno) adalah pandangan tentang gerakan di kosmos dan di bumi.
Filsuf Yunani kuno Plato (427 SM-347 SM) percaya bahwa bintang-bintang hanya dapat bergerak pada jalur geometris yang paling sempurna, jalur melingkar. Sedangkan Aristoteles (384-322 SM) membedakan gerakan di langit dan di bumi. Dia juga membagi gerakan di bumi menjadi gerakan alami dan paksa. Sebuah gerakan alami adalah benda yang berat akan jatuh dan benda yang ringan akan naik.Â
Konstruksi Pandangan Dunia Geosentris
Claudius Ptolemaeus  (100 M-180 M) dari Alexandria menulis dalam bukunya "Sintaksis matematike" bahwa bumi adalah pusat tata surya. Dengan karya ini Ptolemaeus mendirikan pandangan dunia geosentris.
Pandangan geosentris mengakui bahwa bumi adalah pusat tata surya (geos = bumi, geosentris = bumi di pusat). Planet - planet lain yang dikenal pada saat itu, matahari dan bulan, bergerak dalam orbit melingkar mengelilingi bumi dengan urutan sebagai berikut, dilihat dari bumi: Bulan-Merkurius-Venus-Matahari-Mars-Jupiter-Saturnus. Di bagian paling luar adalah bintang-bintang.
Pandangan dunia ini merupakan pencapaian besar ilmu pengetahuan kuno, karena dapat digunakan untuk menghitung posisi planet dengan cukup akurat. Juga, karena relativitas gerak, itu cukup cocok dengan pengamatan dengan mata telanjang. Geosentrisme juga setuju dengan konsepsi fisik Aristoteles yang terkenal bahwa benda-benda berat bergerak menuju pusat dunia. Bumi adalah benda terberat yang diketahui manusia pada saat itu, sehingga harus berada di tengah dunia. Pandangan dunia geosentris adalah doktrin yang dominan dan diterima secara umum selama 1700 tahun, namun itu salah.
Penggantian Geosentris Dengan pandangan Heliosentris
Sejumlah pengamatan astronomi tidak dapat dijelaskan tanpa kontradiksi dengan pandangan dunia geosentris. Dengan geosentrisme, keakuratan perhitungan untuk pelayaran dan kalender sudah tidak memadai lagi. Untuk mengatasi masalah ini, upaya telah dilakukan pada Abad Pertengahan untuk memperluas pandangan dunia Claudius Ptolemaeus. Keraguan tentang kebenaran pandangan dunia geosentrisme semakin diungkapkan.
Nikolaus Kopernikus (1453-1543) mengembangkan gagasan bahwa matahari adalah pusat tata surya, bukan bumi adalah pusat tata surya. Pandangan ini memulai penggantian bertahap dari pandangan geosentris dengan pandangan heliosentris yang sesuai dengan pemahaman kita saat ini. Ketika astronom dan matematikawan Italia Galileo Galilei dengan "berani" menunjukkan bukti bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, dia harus menghadap Pengadilan Inkuisitorial dan mengakui kesalahannya.Â
Aristoteles "Dibaptis" Katolik Atau St. Thomas Aquinas Menjadi Aristotelian?
St. Thomas Aquinas ( 1224-1274) adalah teolog Katolik besar yang memasukkan tulisan-tulisan Aristoteles ke dalam karya-karya teologisnya. Akibatnya, di Eropa, beberapa pandangan Aristoteles disampaikan sebagai kebenaran yang diakui. Gagasannya bahwa bumi adalah pusat alam semesta bahkan menjadi dogma Katolik. Para Pendeta Protestan seperti Calvin dan Luther juga mengadopsi pandangan ini dan mengklaim itu berdasarkan Alkitab. Beberapa pandangan Aristoteles telah diterima begitu saja dan dinyatakan tidak dapat disangkal
Charles Freeman, seperti dikutip Media Jerman Jw.org (2016) Â menulis bahwa "di beberapa daerah Aristotelianisme dan Katolik menjadi tidak dapat dibedakan." Menurut Charles Freeman, orang berkeyakinan bahwa St. Thomas Aquinas "membaptis" Aristoteles sebagai seorang Katolik. Tetapi seperti yang ditulis Freeman, justru sebaliknya, "St. Thomas Aquinas berpindah ke Aristotelianisme", demikian pula seluruh Gereja. Astronom dan matematikawan Italia Galileo Galilei merasakan hal ini, misalnya. Ketika dia "berani" menunjukkan bukti bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, dia harus menghadap Pengadilan Inkuisitorial dan mengakui kesalahannya.Â
Sikap Para Teolog Abad Pertengahan Terbagi Dua Kubu
Di zaman Galileo Galilei, para teolog Katolik umumnya terbagi 2 kubu, yaitu: kubu geosentris Ptolemaeus dan kubu geosentris Aristotelian. Beberapa teolog pada waktu itu berpegang teguh pada pandangan dunia geosentris Aristotelian karena mereka terlalu banyak membaca beberapa bagian dalam Alkitab. Contohnya adalah Mazmur 104:5 zaman itu mengatakan: "[Allah] mendirikan bumi pada tempatnya yang kokoh; dia akan . . . jangan goyah." Penulis Alkitab tidak membahas posisi bumi di alam semesta atau gerakannya; melainkan ia menggambarkan dalam istilah puitis bahwa Allah akan menjaga bumi tetap berdiri selamanya (Pengkhotbah 1:4 ).
Meskipun demikian, Alkitab zaman itu menyebutkan sebuah fakta ilmiah yang  benar. Kita ambil contoh, sejak 3.500 tahun yang lalu, Ayub 26:7 berkata tentang Tuhan, "Dia menggantungkan bumi pada kehampaan." Artinya, di tangan Tuhan, bumi adalah hampa. Bahkan Ayub 38:33 menyebutkan bahwa benda-benda langit diatur oleh hukum.
Daftar Pustaka:
1. Aristoteles und sein Weltbild, 2016. di jw.org, diakses pada 01-05-2022.
2. Geozenrisches Welbild in Pysik, di lernhelfer.de, diakses pada 01-05-2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H