Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Hubungi: 081337701262.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rajin Kerja Fisik, Mengapa Susah?

27 Desember 2021   08:03 Diperbarui: 27 Desember 2021   09:00 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rajin Kerja Fisik

Saya mengamati kelompok orang-orang desa yang selalu rajin melakukan pekerjaan fisik di Kab. Belu. Saya tahu, para pekerja fisik adalah orang-orang yang paling aman dari resiko terserang virus-virus. Kerja fisik memerlukan tenaga dan kekuatan fisik yang kuat. Oleh karena mereka selalu rajin berolah fisik membuat para pekerja fisik selalu sehat dan bebas dari ancaman virus.

Di desa-desa, para pekerja fisik bekerja di kebun/sawah sebagai pekebun, penambang, nelayan, sopir/konjak, peternakan, pemasak, tukang, operator alat-alat berat, buruh di bidang-bidang produksi. 

Seorang sepupu menceriterakan kepada kami. Setiap hari dia mengurusi dan memberi makan 6 ekor ternak babi dengan 1 di antaranya baru saja beranak 12 ekor kecil-kecil, puluhan ayam, bebek, itik, kambing dan sapi.  Selain mengurusi ternak, dia harus memasak, mencuci dan mengurusi anak-anak dan rumah. Dia juga harus melayani berbagai permintaan dari para anggota keluarganya. Di NTT, setiap individu bukan hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga besarnya juga.

Rajin Kerja Fisik, Mengapa Susah?

Orang-orang selalu rajin bekerja fisik, tetapi mengapa hidup tetap susah? Faktor utamanya banyak hasil kerja digunakan bukan untuk perencanaan hidup, tetapi dihabiskan secara sia-sia. Juga banyak tenaga fisik terbuang sia-sia karena salah perhitungan. 

Saya mengamati para petani lombok dan sawah. Umumnya mereka mengalami kelemahan di bidang dialektika. Para petani lombok dan sawah mengeluarkan lebih banyak uang untuk menanam, mengolah dan merawat tanaman untuk teknologi, operasionalisasi teknologi, belanja pupuk dan obat. Selanjutnya, mereka mendapatkan hasil pertanian terlalu sedikit. 

Penyelesaian

Faktanya ialah kemampuan bidang dialektika manusia di desa-desa belum seimbang dengan tenaga fisik yang dikeluarkan. Jika bidang kerja fisik lebih kuat dari bidang dialektika, maka hasilnya adalah sia-sia. Bidang dialektika yang kuat dapat diperoleh dari pelatihan dan pendidikan, tetapi ia harus didukung oleh kemampuan kerja fisik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun