Kiamat zombie adalah cerminan masyarakat kita. Film zombie dan film akhir zaman lainnya adalah refleksi dari apa yang terjadi ketika yang tak terbayangkan terjadi. Ketika koeksistensi sosial serta peradaban manusia secara keseluruhan runtuh. Ketika sistem nilai dan norma tradisional kita dipertanyakan dan korban bencana harus bernegosiasi ulang. Hal yang benar-benar ditunjukkan oleh film zombie yang bagus adalah seberapa rusaknya kita sebenarnya.
   Pandemi Covid-19 mengancam kita jatuh kembali ke keadaan alami Hobbesian - semua melawan semua. Ketika tatanan sosial runtuh, wajah manusia yang sebenarnya muncul ketika ia tidak lagi merasa terikat oleh aturan dan hukum.
   Pandemi Covid-19 berpuncak pada hilangnya kendali negara atas para warganya. Polisi-polisi jarang terlihat menunaikan tugasnya di depan umum. Jika ada petugas polisi di depan umumpun, polisi tidak lagi mau menjaga ketertiban hukum, melainkan berjuang untuk kelangsungan hidupnya sendiri.
   Kita mengalami pemandangan serupa, tetapi kurang drastis. Pada sekitar bulan Maret 2020 di Indonesia, otoritas negara merasa agak kehilangan kepercayaan menghadapi jumlah orang yang terinfeksi yang semakin tinggi.
   Wabah zombie berpotensi untuk menghancurkan segala bentuk komunitas sosial. Orang lain dianggap sebagai ancaman permanen. Film zombie menunjukkan cara yang bermasalah dalam berurusan dengan orang lain, baik teman, pasangan atau keluarga dekat. Satu gigitan saja membuat seseorang akan dikeluarkan dari komunitas tempat dia berasal.
   Selama pandemi Covid-19, berurusan dengan orang lain adalah sangat bermasalah. Setelah terinfeksi, Anda juga dapat menulari orang lain. Ketakutan terhadap infeksi virus Covid-19 mengidap banyak orang. Kondisi ini telah menyebabkan kasus orang yang terinfeksi terpinggirkan dan distigmatisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H