Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan di Daerah Tertinggal Makin Memburuk

7 Oktober 2020   05:42 Diperbarui: 8 Oktober 2020   05:58 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelas-kelas di NTT ditutup selama Pandemi Corona. (Foto: Istimewa/Liputan6.com).

Penelitian menunjukkan bahwa jutaan anak terancam putus sekolah akibat pandemi Corona. Hal yang paling buruk menimpah pendidikan di daerah terpencil. Pandemi Corona mematikan mutu pendidikan di daerah-daerah tertinggal. 

Selama Pandemi Corona, mutu pendidikan di daerah tertinggal memburuk. Faktor penyebab menurunkan kualitas pendidikan selama Pandemi Corona di daerah-daerah tertinggal adalah tidak adanya jam tatap muka secara maksimal.

Sebagaimana diketahui bahwa faktor kemampuan berpikir para siswa dan para guru di daerah-daerah tertinggal adalah kurang memuaskan. Hal ini terdeteksi dari kurang adanya gerakan literasi yang bagus di setiap sekolah. 

Para siswa dan guru tidak pernah menghidupkan gerakan literasi sehingga membuat para siswa dan guru tidak mengembangkan kemampuan berpikir dengan baik.

Masalah pendidikan di daerah tertinggal adalah masalah kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) guru dan kepala sekolah yang rendah dalam mengelola pendidikan di sana. 

Mayoritas sekolah di daerah-daerah tertinggal termasuk wilayah zone hijau sehingga bisa melakukan kegiatan tatap muka terbatas di kelas sesuai protokol Covid-19. Tetapi Pandemi Corona, hampir semua Sekolah ditutup. Masalahnya tidak semua siswa dan guru melaksanakan tatap muka secara digital.

Untuk tingkatan SMA saja masih sulit, apalagi tingkatan pendidikan di bawahnya, yakni: SMP dan SD. Di daerah-daerah tertinggal, skill para guru dan siswa dalam memanfaatkan internet masih lemah. 

Hal ini tidak didukung oleh kuota internet dan peralatan seperti Handphone. Persoalan-persoalan ini manjadi faktor penyebab tidak ada lagi tatap muka di kelas-kelas pada hampir semua sekolah.

Beberapa Sekolah membuat kebijakan tatap muka beberapa hari dalam seminggu dengan jumlah siswa dalam kelas dibatasi dan pengaturan jam tatap muka tidak sampai jam 12.00 siang setiap hari. 

Dengan tidak adanya kegiatan tatap muka, maka Sekolah-Sekolah di kawasan daerah tertinggal akan mungkin kehilangan hak mereka mendapatkan dana BOS. 

Perlu waktu panjang untuk memulihkan kualitas pendidikan pasca Pandemi Corona. Padahal Pandemi Corona belum juga berakhir hingga kini. 

Boleh jadi dana BOS tetap dicairkan pemerintah namun dana BOS bukan digunakan untuk kepentingan pendidikan di sekolah, tetapi digunakan untuk kepentingan di luar sekolah. Sayang sekali jika dana BOS bukan digunakan untuk kepentingan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun