Keamanan dan kenyaman individu dan keluarga adalah basis paling utama. Kita tahu bahwa selain institusi keluarga, institusi yang paling pertama merasakan dampak virus maut Corona adalah institusi pendidikan dan agama. Betapa tidak, selama berabad-abad, institusi penddikan dan agama selalu mengandalkan pertemuan tatap muka di kelas dan gereja. Berabad-abad lamanya, guru dan murid berinteraksi di kelas secara face to face dalam kegiatan pembelajaran. Relasi tatap muka telah menggerakkan bentuk-bentuk kebudayaan lainnya, terutama agama, kini tidak lagi dapat dilakukan seperti dahulu.
Relasi digital adalah paradigma baru dalam berinteraksi berbasis digital. Hanya dengan revolusi digital, dunia telah berubah secara total. Relasi digital meskipun belum berhasil membawa kita mengulang masa gemilang pada masa lalu, tetapi relasi digital membawa harapan baru di masa depan.
Mungkin kita tak bisa kembali ke kondisi gemilang pada masa lalu, tetapi kita telah memasuki masa hari ini. Masa kini adalah masa digital internet, sebuah pilihan yang tak terelakan.
Bahaya tatap muka dalam interaksi di kelas tak dapat disangkal lagi: siswa dan guru serta seluruh institusi sekolah merasakan kurang nyaman akibat relasi tatap muka. Bukan hanya satu atau dua orang, tetapi ribuan manusia berinteraksi secara langsung di kelas-kelas, bisa menimbulkan resiko berjangkitnya penyakit menular.
Hal yang paling penting diusahakan hari ini adalah membangun sistem kenyamanan diri, mulai dari kenyamanan sistem pemukiman, kenyamanan dalam interaksi sosial, kenyamanan transportasi dan kenyamanan daerah-daerah zone nyaman yang dapat dilakukan.
Sistem kenyamanan yang paling awal dibangun adalah sistem pengamanan pemukiman. Pemukiman warga di desa-desa hingga kampung-kampung yang dahulunya terbuka, tanpa pagar dan bersifat rapuh perlu diperbaiki. Dalam kondisi pemukiman yang kuat dan tertutup dan dengan halaman yang punya pagar tembok interaksi manusia dapat berlangsung aman dan nyaman.
Jika dahulu lokasi pemukiman para warga mudah dimasuki oleh orang-orang tidak dikenal dengan amat mudah karena terbuka, tanpa pagar dan rapuh, kini orang-orang tidak dikenal tidak lagi secara leluasa memasuki kompleks rumah para warga karena dibatasi oleh sistem keamanan diri wilayah pemukiman.
Untuk membendung serangan Virus Corona satu-satunya cara ialah membangun sistem keamanan tradisional. Pengalaman membuktikan bahwa sistem keamanan paling sulit ditembusi ialah sistem keamanan tradisional. Dalam sejarah perang kemerdekaan, Belanda dan sekutu tidak mampu menembusi pertahanan tradisional para warga, meskipun mereka sudah merebut pusat-pusat vital perkotaan, seperti: bandara, kantor-kantor, terminal, pelabuhan, dan sebagainya. Tetapi nun jauh di pedalaman, para warga masih kukuh dengan pertahanan tradisonal. Belanda dan sekutu akhirnya harus mengakui bahwa pusat-pusat pergerakan tradisoonal tak pernah sepenuhnya dikuasai. Desa adalah pusat kemerdekaan dan keutuhan manusia milik masyarakat.
Pusat-pusat tradisional memberikan bobot yang tinggi kepada kehidupan warga tidak boleh dengan mudah diserahkan. Untuk itulah sejak dahulu, warga membangun benteng-benteng yang kokoh untuk melindungi diri dari relasi-relasi yang menghancurkan.
Salah satu peluang relasi yang tidak menggembirakan tentunya ialah perekrutan para warga desa untuk pekerjaan dengan upah murah. Dengan mudahnya para penyerobot memasukan pemukiman warga yang terbuka dan rapuh untuk membawa mereka ke luar untuk dipekerjakan dan memberikan upah yang amat murah.