Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kisah Para Guru Asal Kabupaten Belu (NTT) Diterjunkan di Masa Awal Operasi Seroja di Timor-Timur

1 Oktober 2020   00:37 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:04 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan kondisi kemerdekaan Timor Leste? Jangan kita melupakan kenyataan bahwa meskipun sudah merdeka tetapi banyak warga Timor-Timur masih tinggal di wilayah Indonesia. 

Menurut sebuah kesaksian seorang guru saya di SDK Halilulik, Kab. Belu, Prov. NTT pada tahun 1980-an, beberapa guru suku bangsa tetum Sekolah Dasar (SD) asal Kabupaten Belu di Provinsi NTT diterjunkan ke pedalaman Timor-Timur pada masa awal operasi Seroja. 

Tujuannya agar para guru asal kabupaten Belu dapat meyakinkan para warga asli di sana tentang kehendak baik Indonesia untuk warga Timor-Timur. 

Alasan beberapa guru dari Belu diterjunkan ke Timor-Timur pada masa awal operasi Seroja dikarenakan para guru asal kabupaten Belu tahu bahasa tetum, sebuah bahasa yang dimengerti oleh orang-orang pedalaman Timor-Timur. 

Para guru dari Belu berjuang di front-front pedalaman Timor-Timur bukan dengan senjata, tetapi dengan kapur tulis dan ilmu. Pendekatan para guru Belu ini berdampak positif bagi pemahaman para warga pedalaman Timor-Timur tentang penduduk, wilayah, idiologi dan filsafat hidup bangsa Indonesia.

Bapak John (bukan nama sebenarnya), salah seorang guru SDku pada tahun 1980-an pernah berceritera di kelasku ketika ada pelajaran Sejarah tentang Timor-Timur. 

Saat itu saya masih ingat benar, bahwa beliau bercerita jika ia bersama teman-teman gurunya yang baru tamat SGB (Sekolah Guru Bawah) pernah diterjunkan ke pedalaman Timor-Timur saat-saat awal Operasi Seroja. 

"Saya mengajar para warga di sana tentang Indonesia dalam bahasa Tetum", kata Pak John ketika itu. Pak John berceritera bahwa saat itu dia mengajar di pelosok Timor-Timur seorang diri bersama ABRI dan Hansip untuk menjelaskan tentang Indonesia kepada rakyat Timor-Timur. 

Menurut Pak John, orang-orang pedalaman di sana banyak yang belum tahu tentang Indonesia. Menurut orang-orang Timor-Timur, Indonesia itu hanya seluas Timor bagian barat. Padahal Indonesia adalah negara yang sangat luas wilayahnya.

Anak-anak Timor-Timur yang lahir di tempat pengungsian di kabupaten Belu. (Foto: Istimewa).
Anak-anak Timor-Timur yang lahir di tempat pengungsian di kabupaten Belu. (Foto: Istimewa).
Pak John mengatakan bahwa dia harus berusaha mati-matian meyakinkan orang-orang Timor-Timur bahwa Indonesia itu adalah sebuah negara yang besar dan sangat luas dengan wilayahnya meliputi Sabang sampai Merauke. 

Menurut Pak John, banyak orang Timor-Timur di sana masih buta huruf sehingga sulit diyakinkan kebenaran bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki penduduk yang sangat besar jumlahnya. Indonesia bukan hanya berada di Belu, TTU, TTS dan Kupang saja. 

Masa tugas Pak John, dkk selesai beberapa bulan kemudian, bertahun-tahun sebelum operasi Seroja berakhir. Tugas Pak John, dkk adalah mempersiapkan para warga Timor-Timur menghadapi perubahan besar untuk masa depan Timor-Timur dalam hal pembangunan fisik. 

Upaya guru-guru awal asal kabupaten Belu ini cukup berhasil sebab banyak orang Timor-Timur mulai memahami Indonesia dari pengajaran guru-guru yang postur tubuhnya sama dengan mereka. 

Menurut Pak John, orang-orang di sana sudah biasa dengan kultur guru-guru Portugal dengan bahasa Portugis. Hanya saja mereka masih bisa memahami bahasa Tetum wilayah Timor bagian barat. Jadi itulah alasannya mengapa guru-guru dari kabupaten Belu diterjunkan ke sama pada masa awal operasi Seroja.

Para guru Kabupaten Belu yang telah ditugaskan ke pedalaman Belu ini harus didata pemerintah agar kita bisa tahu jejak-jejak untuk perjuangan integrasi Timor-Timur. 

Para guru dari Belu di masa operasi tidak berjuang dengan senjata, tetapi mereka berjuang dengan kapur tulis, penghapus, papan tulis dan ilmu mereka untuk tegakkannya Indonesia di Timor-Timur saat itu.

Pendekatan guru-guru agaknya lebih diterima di pedalaman Timor-Timur karena pendekatan mereka dengan ilmu, bukan dengan senjata. Apalagi pergerakan guru-guru Belu pada masa awal Operasi Seroja itu didukung oleh institusi Gereja Katolik Atambua. 

Para warga Timor-Timur lebih suka guru-guru menggunakan pendekatan ilmu karena ilmu menghidupkan jiwa manusia dan memeliharanya untuk berkembang secara manusiawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun