Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Budaya Numerasi bagi Kualitas Kesehatan Orang Tetum Belu-Tasifeto di Timor-NTT

25 September 2020   03:14 Diperbarui: 25 September 2020   05:10 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Numerasi. (Gambar: Istimewa).

Oleh: Blasius Mengkaka
Email: mengkakablasius@yahoo.com

Semboyan dasar negara Indonesia ialah Bhinneka Tunggal Ika, artinya: walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Pertanyaannya: Yang berbeda-beda itu ada berapa? Berapa banyak jumlah suku, agama, ras, golongan di Indonesia?

Kondisi ini langsung membuat kita berurusan dengan Numerasi, perhitungan angka-angka. Yang banyak itu adalah plural dan majemuk untuk menjadi communio, menjadi persekutuan yang satu dalam kolaborasi menuju kebaikan dan keutuhan manusia dan bangsa Indonesia.

Dengan ada pemekaran Kabupaten, penduduk Kabupaten Belu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertetnis Tetum tinggal di sebagian besar Kabupaten Belu. Penduduk beretnis Marae tinggal di wilayah Lakmanen.

Boleh dikatakan etnis Tetum adalah etnis mayoritas di Kabupaten Belu yang mayoritasnya mendiami 10 kecamatan dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Belu.

Artikel ini membahas tentang Dampak Budaya Numerasi Bagi Kualitas Kesehatan Orang Tetum Belu-Tasifeto di Timor-NTT. Di samping saya menggunakan sumber Kepustakaan, saya lebih banyak menggunakan pengalaman selama hidup sebagai salah satu penutur bahasa Tetum yang hidup dan tinggal di tengah-tengah orang Tetum. Bagi orang Tetum, Numerasi melekat pada bahasa dan merupakan bagian dari kebudayaan Tetum yang paling penting.

Salah Hitung Akan Celaka

Kualitas kesehatan yang tinggi hanya dapat dicapai melalui perhitungan angka-angka atau kegiatan Numerasi yang tepat. Jika orang melakukan kesalahan perhitungan dalam hidup bisa mengakibatkan jatuh sakit, cacat dan bahkan mati.

Dalam sebuah lokasi hunian di sebuah kampung Tetum di wilayah Timor-NTT, terdapat banyak warga dari beberapa rumah suku yang berbeda. Umumnya semua berbicara bahasa Tetum, meskipun dari segi asal-usul mereka berbeda rumah adat suku atau malahan berbeda Kabupaten.

Rumah Adat dan Kelompok Kerja Kampung

Sejak dahulu, rumah adat tradisional Tetum bukan merupakan satu-satunya wadah kewargaan tradisional orang Tetum. Selain rumah adat tradisional Tetum, kelompok kerja tradisional satu kampung adalah wadah kerja sama tradisional orang Tetum yang sangat berkembang.

Kelompok kerja tradisional kampung terdiri dari banyak orang dari pelbagai rumah suku. Hal ini wajar sebab di suatu kampung terdapat beberapa suku rumah adat, baik suku rumah adat Tetum dan rumah-rumah modern, termasuk rumah-rumah keluarga blasteran antara satu orang suku tetum dengan pria atau wanita dalam salah satu budaya lain di NTT.

Umumnya orang dalam satu kampung tradisional Tetum  berbicara dalam bahasa Tetum semua, meskipun bukan dari suku Tetum. Bahasa Tetum adalah sejenis bahasa yang mudah dikuasai manusia. Orang cepat menyesuaikan diri dalam berbahasa Tetum jika hidup bersama di suatu kampung tradisional Tetum.

Untuk menyesuaikan diri secara cepat ialah dengan bekerja sama dalam pekerjaan pertanian dan peternakan. Jadi selain rumah adat tradisional Tetum, lembaga tradisional yang punya pengaruh sangat penting dalam gerakan kewargaan adalah kelompok-kelompok kerja tradisional kampung Tetum.

Kelompok-kelompok kerja tradisional kampung memiliki spirit dan gerakan yang terus bertumbuh karena mereka memiliki lahan-lahan garapan. Selain membiayai diri mereka sendiri, para kelompok kerja tradisional kampung dibiayai oleh pemerintah dan LSM.

Rumah adat tradisional Tetum membiayai kegiatan mereka sendiri melalui teknik pengumpulan uang untuk adat. Uang adat adalah uang sebagai beban adat yang harus ditanggung oleh anggota rumah adat, seperti: uang untuk pendirian dan peresmian bangunan rumah adat baru. Setiap beberapa tahun, rumah adat tradisional yang sudah rusak harus dibangun baru.

Jika rumah adat etnis Tetum tradisional adalah kumpulan warga yang memiliki pertalian hubungan darah dan bersifat homogen, maka kelompok kerja tradisional kampung adalah kumpulan beberapa warga kampung yang memiliki pertalian karena merasa satu dalam ikatan domisili satu kampung yang sama atau akibat tinggal bertetangga dalam satu kampung.

Jadi kampung-kampung di wilayah Tetum bukan merupakan kampung-kampung homogen, tetapi kampung-kampung heterogen. Hanya saja semua orang berbicara bahasa Tetum di suatu kampung tradisional Tetum.

Seseorang yang bersuku bangsa Tetum yang benar harus menyata dalam tata cara hidupnya. Mereka adalah orang tetum yang memiliki dan dimiliki suatu rumah adat. Rumah adat bagi orang Tetum adalah basis atau dasar bagi kelahiran, pembentukan budaya Tetum dan masa depan kehidupan orang Tetum.

Dalam waktu tertentu, mereka bertemu di rumah adatnya untuk membicarakan dan melaksanakan pelbagai hal tentang aturan-aturan adat mereka. Rumah adat menjalankan banyak fungsi, salah satunya ialah fungsi persatuan intern etnisnya. Sebagai sebuah fakta budaya, rumah adat adalah dimiliki atau memiliki etnis yang mendirikannya. Sebagai nilai, rumah adat memberikan bobot yang tinggi bagi para anggota yang masuk dalam rumah suku tersebut.

Rumah adat merupakan persekutuan beberapa keluarga dari etnis suku tua dengan gugus keturunannya yang dihitung secara vertikal dan horisontal. Karena merupakan jejak-jejak asal usul secara geneologis maka rumah adat adalah institusi tradisional yang sangat tua dan hingga kini masih tetap eksis. 

Sebagai institusi tradisional, rumah adat mengandalkan tradisi lisan. Tradisi lisan bisa berupa peraturan, kesenian, penyusunan keturunan, sejarah budaya, ritus religius dan hiburan. Di dalam institusi tradisional ini kehidupan etnisitas sosial manusia menjadi sempurna.

Wujud budaya yang paling fundamental dari fungsi rumah adat adalah bahasa etnis atau bahasa daerah. Dengan bahasa etnis, peradaban manusia bermula. Peradaban manusia bermula dari bahasa etnis. Sehingga bahasa adalah pengakuan kebudayaan paling pertama dari eksistensi sebuah rumah adat.

Wanita tetum sedang menenun. (Foto: Istimewa).
Wanita tetum sedang menenun. (Foto: Istimewa).

Budaya Numerasi

Dalam budaya lisannya, suku bangsa Tetum di wilayah Timor- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mengenal sistem Numerasi atau perhitungan dalam angka untuk pelbagai kebutuhan. Perhitungan dilakukan bersamaan dengan perkembangan bahasa dalam komunikasi untuk pelagai kebutuhan hidup.

Budaya Numerasi berkembang bersamaan dengan kehidupan rohani dan integrasi sosial dalam hidup bersama. Saya menyoroti budaya Numerasi masyarakat Tetum atas beberapa hal, yaitu:

  • Kehidupan religius suku. Kehidupan religius ditemukan dalam rumah adat berupa nama rumah adat kakaduk tolu (berserambi tiga) untuk menunjukkan tempat paling keramat dalam rumah adat). Angka 3 adalah angka keramat. Selain angka tiga, angka keramat yang lain adalah angka sepuluh atau sanulu. Angka sepuluh adalah personifikasi kesempurnaan. Samea luksaen ulun sanulu (Ular naga Luksaen berkepala sepuluh), dll.
  • Militer tradisional. Urusan militer tradisional orang Tetum ditangani oleh para meo. Meo-meo dalam menjalankan perannya menggunakan sistim Numerasi untuk peralatan perang, seperti: diman lolon ida, surik mota tolu (pedang beruas tiga), kahuk lolon lima (isi panah 5 biji untuk senjata tiup),  rama ida (sejenis senjata tradisional).
  • Ritus adat pertanian. Sebelum menanam, orag tua melakukan acara adat di depan troman. Orang tua mengucapkan kata-kata Numerasi sebagai berikut: Ida, rua, tolu, hat, lima, nen, hitu, hitu no rua, walu no rua.....dst (Artinya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, tujuh dan dua, delapan dan dua...dst).
  • Rumah adat baru. Pembangunan rumah membutuhkan perhitungan bahan, yaitu: ri hun hat (tiang induk berjumlah 4 buah), hae futun atus rua (rumput kering berjumlah 200 ikat), bebak lolon atus ida (bebak 100 bilah), tali atus ida (tali seratus bilah), au lolon atus rua (bambu 200 batang), dll.
  • Peternakan. Budaya numerasi tercermin dalam menghitung jumlah hewan yang perlihara, misalnya: krau matan sanulu (sapi berjumlah sepuluh ekor), krau baka matan sanulu (sapi merah berjumlah 10 ekor), kuda aman matan hitu (kuda jantan berjumlah delapan ekor). Manu aman lima (ayam jantan berjumlah 5 ekor), manu inan natolu fuan sanulu (ayam betina bertelur 10 butir).
  • Pedukunan. Angka-angka bagi seorang dukun adalah sangat penting untuk menghitung waktu, barang-barang persembahan, jumlah hewan yang dikorbankan, dll.
  • Acara adat: kelahiran, pernikahan dan kematian. Angka digunakan untuk menjumlahkan anak-anak dalam satu keluarga. Dalam budaya patriarkat orang tetum hanya menjumlahkan laki-laki dalam rumah misalnya: mane hat (lelaki berjumlah empat orang), mane lima (lelaki 5 orang), mane nen (lelaki enam), mane hitu (lelaki tujuh), mane walu (lelaki delapan, mane siwi (lelaki sembilan) dan mane sanulu (lelaki sepuluh).
  • Angka keramat. Angka keramat adalah angka 3. Angka 3 adalah angka berkat. Sebelum membuat ritus berkat, orang tua Tetum menghitung hingga angka 3:, "ida, rua too tolu... (satu, dua sampai tiga......dst. lalu ia menyebut intensi dalam bahasa Tetum).
  • Panenan. Etnis Tetum atau sesama kelompok kerja dalam satu kampung telah menghitung hasil panen jagung selama beradab-abad. Jagung yang telah kering dikumpulkan dari kebun dalam bentuk kumpulan besar.  Jagung itu kemudian diikat beramai-ramai dengan sistem gotong royong. Tuan rumah mengundang sanak kerabatnya untuk mengikat dalam satu hari. Biasanya tuan rumah menjamu para pengikat jagung dengan menyembelih beberapa ekor hewan, bisa ayam, babi atau sapi.

Lokasi tempat ikat jagung biasanya di beranda rumah. Para pengikat jagung mengikat 2 bulir jagung atau satu bulir jagung. Setelah selesai mengikat jagung, mereka memilahnya berdasarkan jumlah ikatan-ikatan.

Batar fulin ida = jagung 1 bulir

Batar talin ida terdiri atas satu kumpulan yang berisi 6 hingga 12 bulir jagung.

Batar Knu ida berisi kumpulan yang terdiri dari 12 tali.

Batar Ai ida berisi kumpulan 12 knu.

Pada akhirnya jumlah yang dihitung terdiri dari jumlah Ai. Misalnya seorang ayah memiliki jagung sebesar: Batar Ai sanulu atau Jumlah jagung sebesar 10 Ai.

Saat mengikat jagung adalah saat yang ramai-meriah. Untuk menghilangkan rasa kantuk beberapa pria menyanyikan Lakmerin sepanjang malam. Dengan Lakmerin para pengikat jagung tampak bersemangat mengikat jagung. Selain itu beberapa pria yang beruan melalui melakukan tafsir jumlah Ai dengan taruhan uang. Mereka menafsir beberapa jumlah Ai pada akhirnya sebagai hasil ikat jagung.

Proses menghitung dilakukan dengan sangat hati-hati. Dua pria dengan disaksikan oleh semua hadirin mengambil beberapa knu dan mulai menghitung: Knu lima, knu senulu, Knu serensiwi, Ai ida, Ai rua, Ai tolu, Ai hat, dst sampai hasil akhir diumumkan oleh 2 pria itu dengan suara kuat dan lantang kepada seluruh orang yang hadir.

Pada hasil hitung jagung diumumkan, orang yang merasa menang taruhan berteriak histeris dan menari-nari karena menang dalam pertaruhan dengan temannya. Sedangkan orang kalah taruhan akan merasa penyesalan yang dalam. Material berharga dalam pertaruhan bukan hanya uang, sering material berharga adalah hewan-hewan dan perhiasan berupa emas dan perak.

  • Perhitungan mas kawin atau belis. Numerasi tradisional amat penting dalam penentuan mas kawin atau belis. Jumlah uang adalah faktor penting dalam belis atau mas kawin. Dahulu belum ada uang mas kawin hanya berupa perhiasan, kebun dan hewan-hewan. Orang tetum mampu menghitung dengan tepat tiap-tiap material berharga dari mas kawin yang akan dibayarkan oleh pengambil wanita.

Contoh Numerasi mas kawin Tetum: Doit juta hatnulu resin lima, krau hitu, morten lolon sanulu, riti kain lima, mean lima no belak lima nulu. 

Tiang-tiang dalam salah satu rumah adat tetum butuh Numerasi. (Foto: Istimewa).
Tiang-tiang dalam salah satu rumah adat tetum butuh Numerasi. (Foto: Istimewa).
Kalimat di atas adalah jumlah mas kawin yang berisi numerasi atas besarnya belis atau mas kawin seorang gadis yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: Uang kertas rupiah sebesar Rp 45 juta, sapi 7 ekor, 10 buah perhiasan morten, gelang perak lima buah, koin emas lima buah dan uang perak sebesar 50 Gulden.
  • Numerasi dalam hidup harian. Dalam hidup harian, numerasi digunakan untuk memasak dan makan. Berapa kilo beras yang harus dimasak. Bagi wanita Numerasi juga sangat penting untuk menghitung jumlah sirih dan pinang serta tembakau hitam. Fuik lolon lima (daun sirih 5 daun), furuk lolon sanulu (sirih 10 batang), bua rusun ida (pinang kering satu tumpuk), tabako falun ida (tembakau hitang 1 bungkus), dalan ida (satu jurusan jalan), ema nain rua (dua orang berpasangan), ema nain hitu (tujuh orang), ema nain ruanuluh (20 orang).
  • Menenun. Bagi seorang penenun yang terampil, numerasi adalah hal yang sangat penting agar dapat menghasilkan hasil tenunan yang berkualitas. Perhitungan tepat memilih benang, mengetahui jumlah rol benang, berapa jumlah pewarna, berapa potong kayu yang dibutuhkan, waktu mana yang ideal untuk menenun. Semua itu membutuhkan perhitungan angka-angka secara tepat. Jika salah membuat perhitungan, kegiatan menenun akan berakhir dengan gagal.

Budaya Numerasi dan Kesehatan

Kualitas kesehatan yang tinggi adalah hasil perhitungan angka-angka yang tepat. Dengan melakukan banyak kegiatan Numerasi dalam kehidupannya secara tepat, orang Tetum mencapai kesuksesan dalam hidup dan kualitas kesehatan yang tinggi. Budaya numerasi adalah tanda kemampuan intelektual alamiah yang luar biasa.

Kemampuan berpikir dengan segala perhitungan yang tepat membuat orang tetum mendapatkan kesejahteraan. Kesejahteraan berarti kesehatan meningkat. Karena Numerasi mendatangkan perhitungan-perhitungan yang harus tepat dan pasti. Jika seorang tetum salah membuat perhitungan, maka ia akan menderita sakit dan bahkan meninggal dunia.

Kata banyak orang, bahasa yang paling indah adalah bahasa Matematika. Keindahan membuat hidup manusia lebih berbahagia dan sejahtera. Pengalaman saya sebagai pendidik SMA selama lebih dari 10 tahun, saya melihat bahwa anak-anak yang berbakat Matematika dan IPA umumnya memiliki budaya Numerasi yang mumpuni. Mereka nantinya dapat mengatasi masalah mereka sendiri dalam banyak. Bahasa tentang perhitungan-perhitungan membuat segalanya berlangsung begitu indah.

Peningkatan budaya Numerasi dapat meningkatkan kemampuan intelektual manusia Tetum. Dengan modal budaya Numerasi di kampung, seseorang manusia Tetum dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan dunia medis. Untuk meningkatkan kualitas kesehatan, manusia harus melakukan perhitungan tepat dalam hidupnya. Salah perhitungan maka manusia bisa sakit, cacat dan meninggal dunia.

Dunia medis modern membutuhkan perhitungan-perhitungan yang pasti dalam menaksir penyakit dan menentukan obat yang tepat. Dengan budaya Numerasi, banyak penyakit bisa dicegah sebelum sampai pada penyakit sesuai dengan prinsip: lebih baik mencegah daripada mengobati. Klik link-lin berikut untuk mendapatkan informasi KORINDO, Kesehatan yang Baik untuk Sesama  dan Klinik Asiki.

Kepustakaan:

1). Sejarah Kabupaten Belu. (2017). BPS Kabupaten Belu.

(2). Tey, Seran, Sixtus, dkk. (2010). Sistem Pemerintahan Tradisional di Belu. Kupang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata UPT Arkeologi, Sejarah dan Nilai Tradisional NTT.

(3). Retnowati, Endang. (2017). Makna Budaya Tradisional Belu Bagi Multikulturalisme. Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 29. No. 2 Tahun 2017.

(4). Budi, Kleden, Paul. (2019). Berfilsafat dan Berteologi di Indonesia. Jurnal Ledalero, Vol. 18. No. 2 Desember 2019.

(5). Mengkaka, Blasius. (2016). Menjadi Orang Belu-Malaka (NTT) Yang Mengindonesia, hal. 166-184 dalam Pendidikan, Keindonesiaan dan Potensi Domestik. Depok: CV Herya Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun