Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Wa: +6281337701262.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inilah Alasannya Kenapa Konten-Konten Domestik Tetap Lebih Digemari

15 September 2020   02:55 Diperbarui: 15 September 2020   09:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Harus Konten Domestik?

Dalam masa Pandemi Covid-19, konten-konten domestik tergolong populer. Beberapa video yang berisi acara-acara adat, yaitu: musik, tarian dan nyanyian dicari para pemirsa. Di masa krisis Covid-19 ini, hanya dari rumah, saya dapat menyaksikan tarian daerah Iuk Toger dari desa Hale, Sikka, NTT di YouTube. Jenis tarian ini dilakukan oleh orang-orang kampung di Hale, Sikka, NTT. Desa Hale danHebing di Kab. Sikka, Prov. NTT adalah desa kelahiran ayahku. Gerakan tubuh orang-orang dari kampung Hale  pada ramah-tamah acara perayaan sambut imam katolik baru. Tarian dilakukan pada bulan Juni 2020, masa Pandemi Covid-19.

Menurut sang perekam video itu, Jose Paty, tarian Iuk Toger adalah tarian ketangkasan memainkan gagang cangkul atau tofa. Dua jenis alat ini digunakan oleh para petani untuk membersihkan kebun. Tarian ini menggambarkan sukacita masyarakat setelah membersihkan kebun mereka. Tarian Iuk Toger adalah simbol ketangkasan, kecepatan, kemahiran, keuletan dan komunio para petani menyelesaikan pekerjaan mereka.  Jika kita ingin berhasil dalah usaha (bertani) maka kita harus menyatukan faktor kemampuan diri dan prasarana yang ada disekitar. Kita juga harus menyatukan kemampuan diri dan orang lain supaya berhasil maksimal. 


Efek Negatif dari Mobilisasi Penduduk Dunia

Orang-orang Hale, Sikka, NTT dalam YouTube ini  melakukan gerakan tubuh dengan begitu bebas tanpa ditutupi oleh masker. Karena orang-orang di kampung Hale itu kurang mengetahui tentang apa itu pandemi Covid-19. Oleh karena tidak berpikir tentang Pandemi Covid-19 mereka dengan sendirinya sudah terhindar dari Pandemi Covid-19. Di suatu sisi dengan tanpa sadar, banyak orang kota  mengetahui secara baik virus Covid-19 begitu tersiksa dan begitu ketakutan akibat pengetahuan sendiri.

Itu adalah ekspresi kebebasan dan keunggulan orang kita di kampung. Berbeda dengan mereka, orang-orang modern yang tinggal di kota-kota saat ini tidak bergerak dan melompat dengan lincah seperti orang-orang kampung Hale dalam YouTube sebagai akibat ketakutan berlebihan terhadap Pandemi Covid-19. Semua orang terpenjara sebagai akibat ketakutan sendiri dengan pikiran yang belum tentu benar-benar terjadi sesuai pikiran itu.

Salah satu artikel dari buku kedua saya berjudul Pendidikan, Keindonesia dan Potensi Domestik (Depok: CV Herya Media, 2016, hal. 235-239) berjudul Mengkritisi Label 'Masyarakat Lokal'  mempertanyakan apakah masih ada kebudayaan lokal di Indonesia di abad ini? 

Jelas, komunikasi antar etnik menyebabkan penyebutan antar budaya etnik tidak disebut lokal lagi. Penduduk subsuku budaya etnik lainnya di NTT dan seluruh Indonesia sudah disebut asli bersama-sama dengan budaya etnik setempat.

Dalam arus komunikasi yang pesat, budaya lokal dalam arti lama sudah tidak benar lagi. Hal itu itu berarti yang dimaksudkan dengan budaya etnik adalah budaya-budaya yang memiliki kekayaan kearifan budaya sehingga telah terjadi akulturasi budaya-budaya di Indonesia.

Dalam jargon-jargon kampanye menjelang Pemilu terdengar istilah mementingkan putera daerah sebagai hal yang dapat melenceng dari niali-nilai Pancasila. Istilah mementingkan budaya daerah atau mementingkan putera daerah dapat melunturkan nilai-niai nasionalisme.

Budaya etnik adalah kekhasan daerah. Dalam hal ini konsep yang paling benar konsep budaya etnis. Segala kekayaan alam adalah potensi-potensi domestik untuk kemajuan. 

Kekayaan-kekayaan daerah yang meliputi fakta-fakta dan nilai-nilai menjadi modal berharga bagi pendidikan. Penyebutan 'potensi domestik' untuk menggantikan budaya lokal lebih terasa berkearifan. Sehingga penyebutan itu tidak meremehkan potensi daerah dan mengakibatkan ketidakpuasan orang-orang daerah. Penyebutan itu pada akhirnya sebagai medium bagi tumbuhnya rasa primodialisme di daerah-daerah.

Dalam kondisi interaksi masyarakat yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu, istilah budaya lokal sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman lagi. Faktor penyebab munculnya istilah lokal sudah tidak sesuai zaman lagi. Dengan adanya mobilisasi antar warga selama berabad-abad, perubahan budaya akibat komunikasi dan kerja sama antar budaya-budaya etnik telah terjalin.

Budaya-budaya dunia saling mempengaruhi satu sama lain akibat adanya mobilisasi fisik dan komunikasi antar budaya etnik yang semakin pesat. Berdasarkan analisis ini saya mengemukan beberapa faktor penyebab mengapa konten-konten domestik saat ini tetap digemari, yaitu:

Pertama, orang-orang sulit keluar dan jarang melakukan komunikasi langsung dengan budaya baru sehingga mereka tetap asli. Padahal begitu cepat wabah Covid-19 menyeberang ke Indonesia. Bukankah hal itu sebagai akibat dari begitu cepatnya arus mobilisasi antara pelbagai orang di seluruh dunia?

Kedua, orang-orang tidak tercemar oleh ketakutan. Mobilisasi antar manusia pada satu sisi mengakibatkan perkembangan pembangunan. Sekarang mobilisasi penduduk dunia ditentang karena telah mengakibatkan bahaya menularnya Virus jahat dan mematikan umat manusia.

Ketiga, orang-orang di kampung menghayati filsafat hidupnya sendiri. Filsafat hidup orang kampung adalah asli dan berkiblat ke masa depan.

Keempat, orang-orang di kampung dengan segala keunggulan domestik sedang berada di jalan utama perkembangan budaya.

Kesimpulan: Kembali ke Filsafat

Salah satu kalimat terkenal karya Plato dalam bahasa Jerman itu berbunyi: die Philosophie bietet mir einen Hafen, whrend ich sehe andere mit den Strmen kmpfen. Saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia: filsafat menuntut saya kepada sebuah pelabuhan, sedangkan pada saat yang sama saya menyaksikan banyak orang lain sedang berjuang dengan badai.

Dalam kalimat itu, Plato tidak mengatakan bahwa filsafat berhasil mencegah dan mengatasi segala macam krisis. Filsafat telah gagal. Hanya saja filsafat berhasil membawa orang mencapai pelabuhan yang aman dan damai. Filsafat hanya membebaskan orang dari badai. Dalam menghadapi krisis, filsafat  menuntun mereka menemukan pelabuhan pendaratan yang aman.

Hanya ada 2 alasan, yaitu: 

Pertama, filsafat memberikan rasa optimis dan harapan dalam hidup orang-orang yang dilanda badai lautan itu untuk berhasil mencapai pelabuhan terdekat dengan aman.

Kedua, filsafat adalah kebijaksanaan hidup. Segala keputusan pribadi harus berpedomankan pada kebijaksanaan hidup. Tanpa kebijaksanaan hidup, manusia mudah jatuh ke dalam kehancuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun