Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Digital: Mengulang Zaman "Republica" dari Luar Rumah

31 Agustus 2020   04:09 Diperbarui: 31 Agustus 2020   04:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, perusahaan besar menekankan keuntungan dengan pelbagai cara, seperti: membayar gaji di bawah UMP, sering menipu pajak dan lolos dengan beban pajak dalam kisaran persentase satu digit yang lebih rendah - secara legal.

Kedua, dalam kondisi ini para pengusaha dan para pekerja lepas harus bekerja keras untuk memberikan kontribusi pajak di atas rata-rata sebab para pekerja lepas dan pengusaha tidak dapat lepas dari akses otoritas pajak.

Dalam standar moral, kebanyakan orang merasa sangat puas untuk berbuat baik dan membela tujuan baik yang penting bagi mereka: pekerjaan pembangunan, perlindungan lingkungan hidup, pendidikan, tunawisma, pengungsi, budaya, misi, kesehatan,  dll.

Dalam dunia  pemukiman mapan yang terbuka, hal yang jelas terjadi di dunia kita yang mapan ialah bahwa solidaritas pribadi sering banyak kali tunduk kepada kekuasaan negara di bawah tekanan dan ancaman penjara. 

Negara menuntut agar setiap orang setuju dengan beban pajak tertentu untuk membiayai tugas-tugas negara.  Semua ini mengarah pada fakta bahwa cukup banyak warga yang ingin keluar dari sistem dan tidak lagi "bermain bersama". Itulah awal mula kelahiran ekonomi digital yang berbasis pada digital nomads.

Untuk  orang Indonesia, yang jelas bahwa digital nomads membawa akibat yang mesti harus diwaspadai yakni: semakin banyak orang akhirnya keluar dari kehidupan bersama yang mapan selama berabad-abad untuk membentuk kehidupan baru yang berbasis pada digital nomads.

Kesimpulan

Bagi Indonesia, sejauh ini era internet masih merupakan era perbaikan kehidupan pendidikan, ekonomi dan komunikasi. Pola kehidupan warga beralih perjumpaan secara virtual. 

Dalam zaman internet ini, banyak warga Indonesia di desa-desa masih hidup dalam suasana tata kemasyarakatan yang bersifat lokalisasi-tradisional dengan budaya-budayanya. 

Ekonomi digital di Indonesia menguatkan tatanan sistem hunian lokalisasi-tradisional masyarakat. Dengan itu membuka kembali ruang komunikasi, pembangunan kesejahteraan dan pemulihan hak-hak dasar rakyat. Pelbagai pemukiman lokalisasi-tradisional melahirkan budaya-budaya daerah yang merupakan inti keindonesiaan. 

Dalam era seperti inilah, kita tetap harus mempertahankan Keindonesiaan. Di dalam pemukiman berbasis lokalisasi-tradisional yang terbuka tersimpan pelbagai kearifan-kearifan budaya bangsa harus tetap kita pertahankan. 

Mungkin kehidupan sistem hunian yang berbasis lokalisasi tradisional dianggap tidak up to date. Tetapi kita juga ingin mengetahui kisah-kisah dari mereka yang hidup dalam era  digital yang tidak pernah bayangkan. Manusia mampu mengubah kendala-kendala menjadi proyek-proyek berbayar di luar rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun