Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Hubungi: 081337701262.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ternyata Besarnya Jumlah Uang di Bank, Bukan Satu-Satunya Faktor Penyebab Seseorang Disebut Kaya

22 Agustus 2020   03:42 Diperbarui: 25 Agustus 2020   07:54 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor Sapi di NTT

Dahulu sekitar tahun 1970-an, saya menyaksikan beberapa orang kaya tradisional di desa-desa kami di NTT. Meskipun mereka tidak punya tabungan, tetapi mereka memiliki hewan hingga ratusan ekor, tanah pertanian, sawah dan banyak perhiasan adat. 

Bagi orang desa, kriteria utama kekayaan seseorang diukur secara tradisional dalam kepemilkan sapi, tetapi tidak memakai faktor besarnya jumlah uang di bank. Kekayaan tradisional diukur menurut faktor penguasaan kekayaan alam natural, faktor jumlah manusia dan faktor kekayaan fisik tradisional.

Namun kriteria kekayaan secara tradisonal bertahan lama karena bersifat sukuistis. Sedangkan kekayaan yang diukur dengan tabungan seringkali bersifat sementara. Paham tradisional tentang kriteria menjadi kaya sering tidak sejalan dengan kriteria kekayaan yang diukur dengan besarnya tabungan di bank.

Saya teringat seorang tetua Timor di NTT pada tahun 1980-an bernama alm. kakek Mali yang adalah tetangga kami. Ia adalah orang biasa yang berada di kampung Halibaurenes di Timor. 

Pada masa lampau, dia oleh orang-orang satu kampungnya disapa sebagai orang kaya tradisional di kampung Halibaurenes. Sampai sekarang sulit untuk membandingkan kakek Mali dengan orang kaya baru yang memiliki tabungan banyak. Kenyataannya orang lebih segan terhadap nama kakek Mali daripada figur orang kaya baru yang mengandalkan jumlah tabungan.

Padahal kakek Mali bukan merupakan orang jenius dalam permainan saham. Kakek Mali adalah orang kampung yang sibuk mengurusi ladang, sawah dan ternak-ternaknya. Herannya ia disebut-sebut sebagai orang kaya di kampung Halibaurenes.

Saya merenungkan dalam hati sendiri mengapa kakek Mali disebut sebagai orang kaya tradisional atau ema maksoin (dalam bahasa tetum). Saya menemukan faktor penyebab utamanya ialah kakek Mali memiliki sekitar 80 ekor sapi, sawah dan kebun. 

Kekayaan itu tidak diwariskan dari orang tuanya, namun hasil usahanya sendiri. Ia mengumpulkan sendiri sapi-sapi. Selain itu dia sering melakukan praktisk adat berupa persembahan kepada leluhurnya. Pada masa dahulu memiliki banyak sapi merupakan ukuran kekayaan lelaki Timor. 

Hanya dengan 80 ekor sapi di kandangnya sudah membuat kakek Mali disebut orang kaya di kampung Timor. Mengapa ia memiliki 80 ekor sapi dan pelbagai hewan piaraan bernilai ekonomis? Karena ia hidup hemat, menanam uangnya dalam bentuk hewan sapi, rajin bekerja dan berdoa. 

Kekayaannya ia tunjukkan dalam bentuk fisik secara nyata berupa: harta-harta hewan, tenunan, hasil kebun, harta emas dan perak. Dengan 80 ekor sapi, ia membutuhkan areal yang luas untuk menggembalakan ternaknya. Hutan, semak belukar, gunung, padang dan sungai adalah area pekerjaannya. Ia menguasai alam dan melalui kekayaannya ia menabung dalam rupa kekayaan natura.

Coba anda tebak berapa uang tabungan milik kakek Mali yang ada di bank-bank saat itu? Jawabannya tidak ada sebab pada zaman itu bank terletak jauh di kota Atambua dan tidak sembarang orang bisa berangkat ke Atambua. 

Sapi adalah hewan yang dapat eningkatkan martabat pemiliknya. Hewan sapi digunakan untuk belis atau mahar dalam pernikahan dan daging dalam pesta-pesta adat bermartabat di NTT.

Jadi untuk menjadi orang kaya, kita tidak harus menjadi seorang jenius pasar saham atau menghasilkan banyak uang untuk menabung. Setiap orang memiliki langkahnya sendiri dalam membangun kekayaan sendiri selangkah demi selangkah.

Menabung Uang: Satu Poin Terpenting Menjadi Kaya

Dewasa ini, kriteria orang kaya  tidak lagi menyerupai kriteria kaya pada zaman kejayaan kakek Mali. Pada dewasa ini hal yang terpenting, setiap orang dapat dan harus menabung - terlepas dari pendapatan bulanan mereka. 

Dengan rajin menabung uang, Anda tidak hanya dapat menghemat uang dalam jangka pendek dan menengah, tetapi juga membangun kekayaan dalam jangka panjang.

Sangat penting adalah bahwa sebelum Anda mulai menabung, Anda harus menyadari situasi keuangan Anda. Itu berarti Anda harus mengetahui semua pendapatan dan pengeluaran.

Hidup Hemat

"Saya dapat menangani uang dengan lebih baik" - pernahkah Anda memikirkan hal itu ketika melihat saldo rekening Anda? Jangan khawatir, hampir semua orang memilikinya. Begitu gaji ada di rekening, gaji itu telah menghilang lagi seolah-olah secara ajaib.

Pepatah Eropa mengatakan "hidup itu berasal dari tangan ke mulut" tidak muncul tanpa alasan. Apakah Anda juga tahu masalahnya? Itu bisa disingkirkan. Karena untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang, ada tip dan trik sederhana yang dapat digunakan untuk menghemat uang dengan sendirinya - dan tanpa harus mengkhawatirkannya setiap bulan.

Kakek Timor dengan sapi paronnya. (Foto: Istimewa).
Kakek Timor dengan sapi paronnya. (Foto: Istimewa).

Mengapa Anda Wajib Menyimpan Uang di Bank?

Selama Anda memiliki gaji yang cukup untuk hidup dan Anda dapat pergi berlibur sesekali atau membeli barang-barang bagus, Anda tidak perlu menabung, bukan? Tidak benar itu! Karena paling lambat saat motor atau mobil mogok atau mesin cuci mogoka, kebanyakan orang menyadari betapa pentingnya memiliki uang di bank. 

Dua botol bensin di pinggir jalan seharga Rp 20 ribu dapat menjalankan motor Anda yang kehabisan bensin. Jadi uang tidak langsung menggerakkan mesin kendaraan motor Anda.

Jika Anda tidak memiliki tabungan, Anda sering harus terjebak dalam lingkaran setan dimulai. Setelah uang ditrik secara berlebihan dalam rekening bank Anda, Anda tidak akan bisa keluar dari masalah dalam waktu dekat. Namun, untuk memastikan bahwa ini tidak terjadi, Anda harus selalu menyiapkan sejumlah uang untuk keadaan darurat - lebih tepatnya sekitar tiga gaji kotor bulanan.

Tentu saja, menghemat uang bukan hanya tentang pengeluaran tak terduga. Cepat atau lambat Anda harus berurusan dengan perencanaan pensiun.

"Tidak, saya bisa mengurusnya ketika saya sudah dewasa," pikir semua orang yang berusia di bawah 30 tahun. Karena masa pensiun tampaknya masih jauh, karena Anda baru saja berani memulai kehidupan profesional Anda. 

Satu hal yang jelas: Bahkan sekarang, skema pensiun negara tidak cukup untuk mempersiapkan masa pensiun yang menyenangkan. Tidak ada yang tahu akan seperti apa 20 atau 30 tahun lagi. Jika Anda ingin hidup sehat di hari tua, Anda harus menjaganya sedini mungkin.

Sekali Lagi Menabung Uang, Cara Memulai Hidup Dengan Benar!

Tetapi sebelum Anda mulai mentransfer sejumlah besar uang ke rekening tabungan lama Anda sejak masa kanak-kanak, Anda tidak boleh melupakan satu langkah penting: Berapa banyak yang dapat Anda sisihkan setiap bulan?

Untuk mengetahuinya, Anda perlu mengetahui pendapatan dan pengeluaran Anda - dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menampilkannya di depan Anda dalam warna hitam dan putih. 

Apakah Anda menyimpan buku rumah tangga, menggunakan aplikasi rumah tangga atau membuat meja di PC Anda terserah Anda. Satu-satunya hal yang penting adalah Anda menyadari berapa banyak uang yang Anda belanjakan bulan demi bulan - dan, yang terpenting, untuk apa.

Menyimpan Uang Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Setelah Anda menjumlahkan biaya tetap bulanan, Anda dapat dengan cepat melihat di mana masih ada potensi penghematan. Anda bisa mendapatkan banyak keuntungan, terutama dengan kontrak listrik, internet, dan telepon seluler. 

Jika Anda dapat membagikannya dengan teman atau keluarga, Anda juga akan menghemat uang. Semangat mencari kekayaan zaman dahulu dengan zaman sekarang tetap sama.

Seekor sapi digiring ke lokasi pembantaian. (Foto: Istimewa).
Seekor sapi digiring ke lokasi pembantaian. (Foto: Istimewa).
Kekayaan adalah kemuliaan yang dibangun dari kebajikan-kebajikan seperti: hemat, kerja keras, menabung dan kerja sama. Meskipun kekayaan zaman sekarang menitiberatkan pada kegiatan menabung uang di bank, penekanan pada kekayaan versi tradisional tetap kuat hingga hari ini. 

Kesimpulannya: kekayaan tidak saja diukur dari besarnya uang di tabungan, tetapi berwujud natura yang nyata di alam, utamanya adalah faktor-faktor seperti: kepemilikan hewan-hewan dan kepemilikan tanah-tanah pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun