Gaung falsafat pembangunan B.J Habibie tentang "meningkatkan nilai tambah (added value) melalui teknologi secara luas"Â tak lekang di mangsa zaman. B.J. Habibie adalah cendikiawan sangat terkenal yang mempopulerkan added value (nilai lebih) dalam kaitannya dengan teknologi dan industri di Indonesia.
Seharusnya sebelum menggunakan jasa KSP (Koperasi Simpan Pinjam), teknologi, industri dan produk-produk perbankan (ATM, Butab, dll), setiap orang harus mengetahui added value semua produknya. Pengetahuan tentang added value dari produk-produk teknologi, industri, perbankan dan KSP adalah hal-hal yang sangat penting sebelum orang memutuskan untuk menggunakan produk perbankan dan KSP.
Mempertimbangkan Added Value
Memahami added value harus berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Fakta-fakta itu bisa dilihat dalam pelbagai produk dan teknologi. Para pengguna produk dan teknologi adalah orang-orang cerdas yang memiliki kemampuan mempertimbangkan manfaat sebuah produk berdasarkan nilai lebih yang dimiliki produk. Sekarang produk-produk yang amat populer berkisar dalam dunia internet dengan segala atributnya.
Pada tahun 2016, saya harus membuat pilihan untuk menggunakan pesawat Wings Air ke Kupang atau menggunakan bus ke Kupang. Sebab hari itu saya harus menghadiri sebuah pertemuan penting di sebuah hotel. Saya memilih menggunakan pesawat Wings Air, meskipun harga tiket Wings Air lebih mahal dari harga tiket bus Atambua-Kupang. Sayapun tiba di Kupang tepat pada waktunya. Jadi bagi saya, pesawat Wings Air memiliki added value lebih tinggi dari bus sebab saya tiba lebih cepat di Kupang dan saya lebih nyaman berada di atas Wings Air dari pada bus Atambua-Kupang. Tetapi saya harus mengeluarkan uang lebih banyak daripada uang untuk membeli tiket bus.
Orang menjadi anggota KSP dan menggunakan jasa bank karena tertarik pada added value pelbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan dan KSP itu. Added value pada sebuah produk atau teknologi menunjukkan bahwa sesuatu hal selalu berlawanan dan berkorelasi dalam hak mutu atau kualitas.
KSP membutuhkan pembuktian keunggulan dari keahlian atau kompetensi manusia. Koperasi adalah potret ekonomi kerakyatan. Oleh karena kata "rakyat", mengandung arti bahwa tanpa added value dari produk-produk milik KSP itu, maka KSP sering kurang terurus dengan baik. Added value dihitung dari tingkat kemampuan dan keahlian penguasaan pendidikan, teknologi dan industri pada manusia dan hasil industri. Added value pada teknologi memiliki tata tertib dan peraturan yang sangat ketat agar tetap berfungsi.
Added value dari pelbagai produk milik KSP dan bank merupakan tawaran atau harga jual agar KSP bukan kumpulan orang-orang kampung (yang kurang berpendidikan) yang berkehendak baik. Jika KSP sudah berbadan hukum maka KSP sudah berbasis teknologi dan industry.
Added value yang terkandung dalam hasil-hasil teknologi dan industri menentukan harga. Makin mahal harga sebuah teknologi, makin nyaman, makin canggih dan makin sempurnalah produk itu dalam pemakaiannya. Teknologi murah kurang nyaman dan kurang canggih dan kurang up to date dari teknologi yang mahal. Teknologi canggih dapat meningkatkan status sosial dari individu pemakai.
Dengan uang yang ditabung dan dikumpulkan para warga pada koperasi, para warga dapat merencanakan dan menyelenggarakan masa depan mereka sendiri. Keahlian manusia tercemin pada kualitas produk-produk yang dihasilkan yang memiliki added value-nya.
Produk koperasi modern sekarang menjanjikan added value sebagai keunggulan perusahaan. Perusahaan memasang keunggulan-keunggulan produk koperasi mereka untuk menarik para nasabah.
Dalam kenyataannya, koperasi-koperasi di NTT hanya mengandalkan produk keuangan, tetapi tidak kurang mengutamakan produk Sumber Daya Manusia (SDM). Jika koperasi harus bergandengan dengan program SDM dapat memakan anggaran lebih dari 2 kali lipat dari anggaran sebagai koperasi.