Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Content Competition of Class Miting for Teachers Period Juli-September 2022. (3). Runner up 2 atau The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Koperasi Sebagai Alternatif Cerdas Mengelola Uang Rakyat Sesuai Ekonomi Pancasila

12 Agustus 2020   04:45 Diperbarui: 12 Agustus 2020   06:01 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila Anda membuka Website broke, maka Anda dapat mengetahui betapa besarnya jumlah uang yang dihasilkan para broker handal. Kemunculan para broker di dunia maya adalah akibat pandangan-pandangan ekstrem tentang uang sebagai faktor penentu kemajuan. Padahal uang bukan merupakan faktor penentu kemajuan. Sehingga fenomena broke adalah salah satu ekstrem yang keliru dalam menafsir batasan tentang kemajuan. Pendidikan tidak bertujuan untuk mencetak para broker. Sistem berpikir para broker bertentangan dengan pedoman-pedoman haluan pendidikan di Indonesia.

Dua Ekstrem

(a). Ekstrem Pertama

Apakah yang terjadi dengan ekonomi Indonesia jika semua orang lebih banyak menabung dan menumpukkan uangnya di bank-bank, tetapi tidak banyak meminjam uang di bank-bank?

Pertanyaan pada point (a) di atas memiliki 3 jawaban, yaitu: pertama: suku bunga bank meninggi dan bank-bank akan merugi, kedua: ekonomi nasional menjadi letih-lemas-lesu, ketiga: kondisi ini menjadi lahan yang sangat subur bagi tumbuh dan berkembangnya para broker.

(b). Ekstrem Kedua

Apakah yang terjadi dengan ekonomi Indonesia jika orang tidak suka menabung uang di bank-bank tetapi orang lebih banyak meminjam uang dari bank-bank?

Pertanyaan pada point (b) di atas memiliki 5 jawaban, yaitu: pertama: pendirian banyak industri meningkat dengan sangat cepat. Industri-industri membuat dinamika kehidupan para warga meningkat. Dengan munculnya banyak industri, maka lapangan kerja meningkat, kedua: pendapatan pemerintah di sektor pajak meningkat. Ketiga: industri-industri membuat eksport nonmigas meningkat, sebaliknya import dari luar negeri menurun. Keempat: inflasi cenderung meningkat karena masyarakat terlalu boros dan tidak hati-hati melakukan pengeluaran. Kelima: industri-industri strategis menindas para broker. Para broker menjadi takut dan lari akibat ancaman dari kepentingan-kepentingan industri strategis. Broker yang kehilangan keuntungan cenderung melontarkan banyak kritik yang tidak berguna.

Mengambil Jalan Tengah

Dua ekstrem di atas adalah haluan ekonomi yang terbukti gagal menghantar rakyat pada kemajuan dan kedamaian. Kegagalan ekstrem pertama terletak pada tingkat suku bunga yang tinggi dan ketidakmampuan menciptakan lapangan kerja. Ekonomi menjadi lemah dan lesu. Kegagalan ekstrem kedua adalah pada tingkat inflasi yang tinggi sehingga inflasi tidak mampu dikendalikan oleh negara. Dalam kondisi ini jumlah uang dicetak oleh negara secara tiada henti.

Jika suku bunga bank tinggi, maka inflasi akan menjadi rendah. Tetapi jika bunga bank rendah maka inflasi akan menjadi tinggi. Pemerintah hanya memberlakukan penurunan suku bunga untuk industri-industri yang berorientasi pada eksport. Tetapi pada tingkat akar rumput sampai dengan para pengusaha kecil, tingkat suku bunga tetap tinggi dan selalu memberatkan para pengusaha kecil, tak bisa diturunkan.

Jalan keluar terbaik, menurut alm. Prof. B. J. Habibie ialah melakukan politik ekonomi zig zag. Sehingga politik ekonomi terbaik adalah system ekonomi yang bergerak secara zig zag yakni: sistem ekonomi yang berada di antara ekstrem pertama dan ekstrem kedua. Ekonomi zig zag ini lebih cocok sebagai ekonomi rakyat yang termaktub dalam sistem ekonomi koperasi.

Untuk mencapai sistem ekonomi jalan tengah dibutuhkan kehandalan manusia. Kehandalan manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia yang unggul dan handal dapat membuat kebijaksanaan tepat untuk mengatasi 2 ekstrem ekonomi di atas. Dalam kondisi ini, kita harus sadar bahwa kemajuan terletak pada faktor manusia. Kemajuan tidak terletak pada besarnya dana atau biaya.

Pendidikan dan bank adalah 2 dunia yang berbeda. Pendidikan berurusan dengan pembangunan bangsa dalam bentuk pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan melihat manusia sebagai potensi, bukan sebagai problema. Melalui pendidikan, manusia diberikan nilai tambah sehingga berubah untuk menjadi potensi-potensi yang siap berpartisipasi dalam kemajuan bangsanya.

Semestinya kita harus yakin bahwa biaya atau dana bukan menjadi faktor penentu kemajuan. Tetapi manusia adalah faktor penentu kemajuan. Jika biaya lebih unggul dari manusia, maka semua orang  akan berorientrasi ke broker. Profesi broker terjadi ketika orang berpikir bahwa orientasi dalam pekerjaan adalah ke arah menguntungkan secara ekonomis.

Ideal ekonomi perbankan harus menggunakan sistem perbankan jalan tengah antara 2 ekstrem di atas. Sistem jalan tengah itu menurut alm. Prof. Dr. B.J. Habibie disebut sebagai ekonomi jalan tengah atau ekonomi zig zag.

Karakteristik ekonomi Pancasila, menurut Prof. Dawan Rahardjo, adalah sistem ekonomi jalan tengah di mana sistem ekonomi Pancasila merupakan sistem ekonomi campuran antara sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi sosialisme dengan memiliki 5 ciri pokok, yaitu: koperasi, pemerataan, ekonomi nasionalis, perencanaan terpusat dan desentralisasi (bdk. Wikipedia). Sistem ekonomi Pncasila berorientasi pada rakyat kebanyakan tetapi tidak mengakui adanya kepemilikan individu.

Pendidikan, Koperasi dan Perbankan

Untungnya beraktivitas dalam bidang pendidikan tidak menyerupai untungnya mendirikan atau menabung uang di bank. Hasil pendidikan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Jika orang mendirikan bank, esok-lusa sudah bisa dihitung keuntungannya. Tetapi jika orang beraktivitas di bidang pendidikan, maka butuh waktu lama untuk melihat hasilnya. Sistem pendidikan bukan semata-mata berorientasi pada keuntungan ekonomis, tetapi sosial-budaya.

Tujuan utama pendidikan tidak untuk menghasilkan para broker. Sebab seorang broker tidak mampu menggaransi, membuat kebijaksanaan, membuat pemerataan dan membuat keadilan. Para broker hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Jika seorang broker memikirkan sesamanya, mungkin dia hanya membagi keuntungan dengan kawan-kawan dan keluarganya.

Seorang broker tidak memikirkan pembangunan bangsa untuk kepentingan yang lebih luas. Kehadiran pelbagai produk industri strategis membuat kaum broker kehilangan lahan kerja dan keuntungan.  Manusia lebih penting dari biaya atau dana. Sumber daya manusia adalah potensi yang sangat diandalkan untuk masa depan. Manusia harus dilihat sebagai potensi, bukan dilihat sebagai masalah. Yang dibutuhkan ialah mekanisme yang efisien dan produktif.

Dalam pendidikan, kita perlu mengembangkan sistem dan mekanisme. Besarnya jumlah dana bukan menjadi ukuran kemajuan. Kualitas manusia yang tinggi menentukan kemajuan suatu negara. Faktor penyebab mundurnya kemajuan adalah sistem feodalisme. Karena sistem feodalisme tidak mengenal pemerataan. Kekayaan bertumpuk pada satu atau sekolompok kecil manusia.

Alm. Prof Dr. B.J. Habibie mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk memberikan nilai tambah (added value) melalui teknologi secara luas. Pusat perhatiannya ialah nilai tambah (added value).

Nilai tambah menurut alm. Prof. Dr. B.J. Habibie adalah dalam arti non harafiah, yaitu: sesuatu yang menjadi falsafat pembangunan. Niai tambah itu adalah keterampilan, manusia adalah spektrum nilai tambah. Kota-kota boleh hancur semua fisiknya, tetapi manusia dengan keterampilannya dapat membangun kembali. Nilai tambah adalah intangible, tak terlihat, berupa semua potensi manusia, berwujud teknologi rekayasa, research and development, dll.

Koperasi Obor Mas Maumere. (Foto: Istimewa).
Koperasi Obor Mas Maumere. (Foto: Istimewa).
Ekonomi zig zag menurut alm. Prof. Dr. B. J. Habibie didasarkan pada tingkat kehandalan Sumber Daya Manusia (SDM). Manusia yang tungguh akan menggunakan sistem ekonomi jalan tengah, yaitu: sistem ekonomi koperasi. Sistem ekonomi jalan tengah atau koperasi memadukan ekstrem pertama dan ekstrem kedua demi menarik manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Indonesia.

Di Keuskupan Atambua, terdapat beberapa koperasi yang terkenal, yaitu: Koperasi CU Kasih Sejahtera, KUD Cinta Damai, KSU Sejahtera, Koperasi Pintu Air, dll. Data-data menunjukkan bahwa di Provinsi NTT terdapat lebih dari 4000 Koperasi. Dari jumlah itu terdapat lebih dari 3.325 merupakan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) terbesar. Koperasi adalah alternatif cerdas mengelola uang. Koperasi merupakan tata kelola ekonomi rakyat yang sudah sesuai dengan salah satu karakteristik dari ekonomi Pancasila. (*).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun