Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Hubungi: 081337701262.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bangun Opini Sehat: Solusi Atasi Faktor-faktor Penyebab Mundurnya Ekonomi

11 Agustus 2020   01:57 Diperbarui: 11 Agustus 2020   05:21 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paroki Roh Kudus Halilulik di Provinsi NTT bersama para suster SSpS membagi sembako kepada para janda, duda dan lansia. (Foto: bidiknasional.com).

Menginjak masa akhir pembayaran angsuran kredit saya di bank, saya mengalami kesulitan mengembalikan pinjaman bank BRI dengan kalkulasi pinjaman tersisa di bank BRI saat itu sebesar Rp 6-7 juta. Pada tahun 2015, sapi-sapi mengalami ancaman penyakit misterius, tapi beruntung saya jual sebelum penyakit misterius itu menyerang. Hasil penjualan itu hanya menutupi modal pembelian. Selama usaha peternakan, biaya pembelian pakan bagi ternak sapi hampir sepadan dengan biaya pembelian ternak sapi. Orang-orang yang membantu saya telah menuntut pembayaran dengan harga berlaku normal.

Kemacetan kios kecil di samping rumah diperparah dengan menurunnya pendapatan di tempat kerja. Sementara itu hasil pertanian dan perkebunan menurun. Peternakan menjadi lumpuh setelah setelah diserang penyakit misterius. Krisis-krisis ini ditutup dengan Pandemi Covid-19.

Babinsa Halilulik di kec. Tasbar, Kab. Belu masuk kelas di STM Nenuk. (Foto: NTTonlinenow.com).
Babinsa Halilulik di kec. Tasbar, Kab. Belu masuk kelas di STM Nenuk. (Foto: NTTonlinenow.com).
Untuk mengatasi faktor-faktor penyebab macetnya ekonomi, tak cukup dengan hanya berusaha. Kita perlu membangun opini sehat sebagai faktor pendukung kebangkitan ekonomi. Manusia adalah pelaku utama perubahan. Manusia memiliki daya pikir dan daya tindakannya dalam dunia internet ini harus memiliki optimisme besar untuk berkembang maju. Manusia merupakan kesatuan yang utuh antara badan dan jiwa. Untuk mencapai keutuhan hidupnya, manusia mentaati peraturan hidup yang ketat, yaitu: cara berpikir dan cara bertindak secara tertib dan disiplin serta memiliki keharmonisan dalam relasi interpersonal.

Devisa luar negeri atau luar daerah akan tetap jadi primadona. Kios-kios masih tetap menjanjikan. Peternakan dan pertanian harus tetap sebagai andalan ekonomi. Gotong royong harus sebagai modal dasar dalam kebangkitan ekonomi. Kita harus membangun daya kritis untuk perubahan hidup ke arah yang lebih baik dengan mengembangkan daya cipta pribadi terhadap industri kerajinan dan tenunan rakyat. Hal yang sangat perlu ialah kita harus mengalami perubahan mental dan cara berpikir ke arah kemajuan. Untuk semua keberhasilan itu, kita harus membangun komunikasi yang berhasil.

Mari Bangun Opini Positif

Stimulus pemerintah terhadap para warga dalam bentuk bantuan token listrik gratis oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo selama karantina  Pandemi Covid-19 dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) harus membuat kita sebagai warga untuk membangun opini positif tentang Pandemi Coronavirus (Pandemi Covid-19). Hanya dengan membangun opini positif dan sehat pasca Pandemi Corona, pembatasan sosial cepat dicabut dan ekonomi bisa pulih kembali. 

Pandemi Covid-19 adalah badai besar yang sedang melanda kehidupan umat manusia global. Hanya dengan opini sehat, kita bisa keluar dari badai besar yang disebut Pandemi Covid-19. Tentang badai intelektual ini, filsuf Plato pernah mengatakan, "Philosophie bietet mir einen Hafen, während ich sehe andere mit den Stürmen kämpfen", artinya: Filsafat menuntun saya menemukan sebuah pelabuhan, sementara itu banyak orang masih bergelut dengan badai. (*).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun