Para warga yang tinggal di desa-desa mendirikan kios dan mengusahakan pertanian dan peternakan. Para warga juga berdagang dalam skala kecil (papalele). Di desa-desa dan kota-kota, kita bisa menyaksikan kios-kios mungil berada di samping rumah penduduk. Apakah Kios itu sering macet atau tetap panjang umur atau laku keras?
Jika kita menjawab dengan jujur, kios-kios yang berada di pojok halaman atau di samping rumah kita serta di terminal-terminal bus dan di pinggir jalan sering mengalami kemacetan. Peribahasa yang menggambarkan kehidupan kios-kios mungil tanpa surat ijin adalah: seperti mati segan, hidup tak mau. Kemacetan dan problematika yang dihadapi kios-kios menggambarkan arus pembayaran angsuran kredit rakyat yang sering macet.
Jika sering macet atau mati-hidup, kita perlu meneliti faktor-faktor penyebabnya mengapa kios-kios sering macet atau mati-hidup? Penyelidikan untuk kasus ini sudah lama dilakukan dan telah menarik minat banyak pakar ekonomi.
Untuk berkembang maju kios-kios tidak hanya membutuhkan modal. Tetapi kios-kios membutuhkan perlindungan hukum dan penciptaan kondisi kesehatan global yang baik. Jika kita mengharapkan tambahan modal untuk usaha baru tidak mudah karena biasanya modal disediakan oleh koperasi-koperasi dan bank-bank saja.
Sehingga untuk mendapatkan modal usaha, kita harus meyakinkan Koperasi dan bank yang mempunyai produk keuangan agar mereka bisa memberikan kita pinjaman sesuai yang kita inginkan.
Jauh sebelum Pandemi Covid-19, saya pernah 2 kali mengajukan kredit kecil untuk modal usaha. Awalnya saya ingin membangun usaha kios dan peternakan sapi dan babi. Bantuan itu mulai bertingkat dari kecil. Pada awalnya pencairan dana itu berjalan mulus. Karena saya memberikan  jaminan penghasilan pasti per bulan. Pencairan kredit oleh bank BRI dilakukan pada no. rekening baru sehingga saya bisa mengambilnya sewaktu-waktu pada saat saya membutuhkannya.
Faktor penyebab modal usaha melalui kredit sering macet memiliki pedasarannya pada roda kehidupan ekonomi dalam bentuk kios-kios yang ada. Sebab umumnya modal untuk mendirikan kios diperoleh dari kredit-kredit skala kecil dari bank-bank dan koperasi-koperasi. Koperasi-koperasi kredit rakyat kini menjangkau pelosok-pelosok kampung terpencil.
Koperasi-koperasi kecil memberikan pinjaman ringan dengan angsuran dibayar setiap hari. Kios-kios merupakan motor ekonomi warga.Tetapi kondisi kios-kios umumnya mengalami seperti apa yang dikatakan sebuah peribahasa melayu: seperti mati segan, hidup tak mau.
Jaminan kredit modal kecil, para warga bisanya berupa sertifikat tanah. Dengan jaminan ini, bank memberikan kredit kecil dengan platfon pinjaman mulai dari Rp 1.000.000.
Sekitar tahun 2010, saya pernah mengajukan kredit modal kecil dengan 2 kali pinjaman. Pinjaman awal mencapai Rp 5 juta. Pinjaman Rp 5 juta berhasil saya tuntaskan. Setelah menuntaskan pinjaman Rp 5 juta, saya mengajukan kredit dengan plafon pinjaman mencapai Rp 30 juta. Tetapi saat itu bank hanya memberikan kepada saya pinjaman sebesar sekitar Rp 25 juta.Â