Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Nama pada Manusia Menurut Plato

5 Agustus 2020   05:51 Diperbarui: 10 Agustus 2020   01:10 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naskah tua Kratylos. (Foto: Youtube).

Sifat asli manusia penyandang nama Theophilos atau cinta Tuhan tidak sebagai pembawa cinta Tuhan. Oleh karena itu adalah karakter asli manusia adalah karakter jahat. 

Sehingga pemberi nama Theophilos dikatakan sebagai tidak adil terhadap sifat asli pembawaan manusia penyandang nama itu. Pembawaan asli atau inheren manusia secara karakteristik manusia adalah tidak benar, artinya: manusia itu bukan sebagai pembawa cinta Tuhan sebelumnya. 

Oleh karena itu nama Theophilos mengubah secara paksa karakteristik penyandang nama Thephilos. Sehingga seseorang individu penyandang nama Theophilos menemukan dan mempraktekkan hal-hal yang diandalkan sesuai dengan istilah umum daripada nama individu yang diberikan oleh orang tuanya.

Tentang nama Theophilos, seorang filsuf harus melakukan analisis banyak kata, mulai dengan "dewa", "daimon", "pahlawan" dan "orang". Kata "dewa-dewa" (theoí) dikaitkan dengan berlari (thein) , yang terkait dengan berjalannya bintang-bintang, yang dianggap sebagai dewa.

Menurut etimologi Sokrates, "manusia" (ánthrōpos) terdiri dari dua komponen: manusia dicirikan dengan mempertimbangkan (anathreí) atas apa yang dilihatnya (ópōpe). Hal ini berbeda dengan binatang-binatang yang tidak berpikir dua kali. Manusia adalah makhluk kontemplator (anathr ) dari apa yang dilihat.

Kata-kata "jiwa" dan "tubuh" dipertimbangkan. Sokrates memberikan interpretasi yang menyatakan bahwa tubuh (sṓma) adalah makam (sēma) jiwa karena ia terlampir di dalamnya seperti di dalam kuburan. Lebih jauh lagi, jiwa mengacu pada ajaran yatim. Sokrates menafsirkan tubuh sebagai tempat jiwa disimpan sampai mati (sṓzetai).

Sokrates mempelajari nama atas permintaan Hermogenes tentang serangkaian nama ilahi dan nama-nama bintang, elemen dan waktu. Ia terkadang menggabungkan analisis kata dengan pertimbangan filosofis-teologis. 

Sokrates menjelaskan makna nama ketika dia mendiskusikan nama Hades, dewa kerajaan orang mati, ini ditakuti oleh manusia tanpa alasan. Penyebab ketakutan adalah bahwa almarhum tidak kembali lagi.

Pada kenyataannya, bagaimanapun, mereka tetap secara sukarela berada di dunia orang mati, karena mereka lebih suka keberadaan bebas-tubuh di sana daripada duniawi dan Hades adalah dermawan yang besar. Akhirnya, Sokrates beralih ke istilah epistemologis dan etis, serta banyak ekspresi lain dari berbagai bidang.

Dalam diskusi-diskusi ini, Sokrates juga memperhitungkan fenomena perubahan bahasa, yang ia kaitkan sebagian untuk mengejar harmoni atau pengucapan yang mudah. Kata-kata telah dibentuk kembali dalam perjalanan waktu dan hubungan batin asli mereka dengan hal-hal yang terkait dan berpengaruh dengannya.

Dalam beberapa kasus, kata-kata telah diubah dengan menambahkan dan menghapus huruf sehingga kebenaran aslinya tidak lagi dapat dikenali. Arti aslinya bahkan bisa dibalik; dalam kasus ini manusia harus tetap berpegang pada bentuk kata lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun