Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebajikan Etis Menurut Aristoteles

29 Juli 2020   05:17 Diperbarui: 29 Juli 2020   12:58 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks ini, menurut Aristoteles, manusia harus didukung oleh negara dalam perjalanan hidup mereka. Negara mendidik para warga untuk membiasakan diri mereka dengan hukum-hukum kebajikan. Negara harus mendidik warganya taat hukum dan membuktikan fakta bahwa aturan dalam negara itu dapat membuat manusia menjadi baik dan berbudi luhur.

Lalu bagaimana manusia bertindak agar menjadi bajik? Pertanyaan ini bagi Aristoteles, adalah sangat penting, "karena manusia tidak meminta untuk mengetahui apa itu kebajikan, tetapi agar manusia harus menjadi bajik, karena jika manusia tidak menjadi bajik, maka manusia tidak bisa menggunakan kebajikan."

Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Aristoteles menemukan dua jawaban dan pedoman tentang jalan menuju kebajikan etis, yaitu: 

Pertama, manusia harus bertindak dengan wawasan yang benar.

Kedua, tindakan manusia tidak boleh didasarkan pada kelebihan dan atau kekurangan. Karena kelebihan dan atau kekurangan itu berbahaya pada tingkat kebajikan. Contohnya ialah olahraga. Kehati-hatian yang terlalu banyak atau terlalu sedikit (sebagai kebajikan etis) adalah sama berbahayanya dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit berolahraga. 

Bagi Aristoteles, tindakan yang tepat  adalah jika manusia menciptakan kesehatan yang baik, ia harus meningkatkan kesehatan dan menjaga kesehatannya. Sebab hal-hal itu adalah sama dengan kehati-hatian, keberanian dan kebajikan lainnya. (*).

Sumber:

(1). Meiner, Felix. (1985). Aristoteles: Nikomachische Ethik. Hamburg (bersetzer: Eugen Rolfes).

 (2). Rotter, Tim. (2002).Der Weg zur Tugend ist der Weg zur Mitte - Die Mesotes-Lehre von Aristoteles. https://www.hausarbeiten.de/document/38009, diakses pada 29 Juli 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun