Menurut Aristoteles, sebuah definisi yang benar harus berdasarkan fakta-fakta. Tetapi fakta harus datang dari demonstrasi atau pertunjukkan yang menandai peristiwa atau kejadian nyata tentang proses terjadinya suatu peristiwa alamiah berwujud benda pada penampilan tingkah laku oleh gerakan yang dapat dipahami secara nyata.
Definisi dibentuk dari demonstrasi dan premis-premis yang merupakan sebab-sebab. Jadi definisi saling berhubungan erat dengan demonstrasi dan sebab-sebab.
Contoh yang menggambarkan hubungan erat antara demonstrasi, sebab dan definisi adalah kejadian alamiah di atas langit malam, berikut:
(1). Bulan menunjukkan kegelapan t.
(2). Setiap kali ada sesuatu benda langit berada di bawah bayangan matahari, benda itu menunjukkan kegelapan.
(3). Bulan terletak di bawah bayangan bumi.
Penyebabnya: Matahari tertutup oleh bumi pada waktu t.
Istilah netral: Kejadian alamiah mengaburkan matahari oleh bumi.
Berdasarkan demonstrasi alamiah di atas, definisi akan menjadi seperti: Gerhana bulan adalah kasus di mana bumi menutupi matahari. Dengan menyatakan penyebabnya, seseorang melanjutkan dari fakta ke alasannya. Metode analisis terdiri dari mencari penyebab berikutnya secara bottom-up (dari atas ke bawah) untuk situasi yang diketahui sampai penyebab terakhir benar-benar tercapai.
Prinsip Demonstrasi
Prinsip dasar demonstrasi menurut model Aristotelian dipahami di era modern dan hingga abad ke-20. Model demonstrasi didasarkan pada metode pembuktian top down. Sehingga diperoleh fakta bahwa prinsip-prinsip dasar yang tidak dapat dibuktikan selalu dinilai benar jika diperoleh melalui induksi dan intuisi (nous). Semua kalimat ilmu pengetahuan -dalam struktur aksiomatik - akan mengikuti prinsip-prinsip ini.