Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syukurlah, Gereja Patahkan Banyak Ide Neoplatonisme

4 Juli 2020   21:32 Diperbarui: 4 Juli 2020   23:12 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Sekretariat STFK Ledalero, Flores. (Foto: Dok. STFK Ledalero).

     Karya-karya manusia yang disucikan menjadi sarana berkat dan rahmat Tuhan yang tetap menyertai umat beriman sepanjang segala zaman. Sehingga seni rupa kristen adalah sarana ibadah, bukan merupakan tujuan ibadah. Sebagai sarana ibadah, patung dan nyanyian boleh ada dalam ibadah, boleh juga tidak ada dalam ibadah. Keindahan religiositas seni rupa, musik, nyanyian dan tari liturgi mempengaruhi iman umat manusia kepada Kristus. Jadi umat beriman tidak menyembah fisik patung, tetapi umat beriman berlutut untuk menyembah Allah secara transenden dan imanen.

     Gagasan gereja di atas mematahkan gagasan Neoplatonisme terhadap keindahan seni rupa sebagai sarana membantu pendakian jiwa manusia. Sedangkan cara Neoplatonisme memperlakukan seni rupa tidak berdasarkan iman kepada Kristus bahkan Plato mendevaluasi seni rupa sebab menurut Plato, seni rupa dapat membuat manusia menjadi cacat jiwa.

     Menurut gereja Katolik, Allah Tritunggal menciptakan manusia dan alam semesta secara bebas seturut kehendakNya. Manusia adalah mahkota ciptaan Allah. Keselamatan adalah penyempurnaan ciptaan dalam Kristus.

     Gereja Katolik mengajarkan bahwa manusia diciptakan Allah dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Makna manusia diciptakan Allah dari ketiadaan ialah Allah menuntut penyerahan diri manusia tanpa sisa bahkan sampai ke akar eksistensi manusia. St. Agustinus pernah berkata, 'interior intimo meo et superior summo me", berarti: Allah adalah satu-satunya dasar eksistensi saya, saya sungguh berasal dari Allah. Allah dapat mengenal saya sampai ke dasar terdalam, sekaligus Dia sama sekali lain dari saya, transendensi terhadap saya, karena Dia memanggil saya keluar dari ketiadaan ke dalam keberadaan. Jadi menurut Yesus, manusia yang mengikuti Dia harus menyerahkan diri secara tak terbagi kepada Yesus agar memperoleh kebahagiaan sempurna dengan gagasan "kebangkitan badan dan kebakaan jiwa".

     Ajaran gereja di atas mematahkan ajaran Neoplatonisme yang mengatakan bahwa "penyelamatan berarti bagian roh dibebaskan dari badan dan pengaruhnya. Bila dalam kematian, jiwa bebas dari segala kontak dengan materi yang membelenggunya, maka jiwa bisa memulai perjalanannya ke surga, kembali ke alam kerajaan roh, darinya ia pernah jatuh ke dalam dunia materi yang asing baginya dan membelenggunya.  Maka bagi gnosis tidak mungkin ada kebangkitan badan. Kematian berarti jiwa yang menurut hakekat rohaninya bersifat baka meninggalkan badan dan pulang ke  tempat asalnya".

     Menurut gereja Katolik, manusia yang terbatas berpartisipasi dalam keselamatan yang disediakan Tuhan yang tidak terbatas. Wujud partisipasi itu adalah menghidupkan model surga dalam dunia, seperti dalam kehidupan membiara dan berpartisipasi dalam kepemimpinan gereja sebagai klerus. Nasihat-nasihat kesalehan berupa hidup suci, miskin dan taat menurut Injil telah membentuk model kehidupan membiara. Model hidup membiara adalah terjemahan objektif dari kesempurnaan Ilahi. Dalam hal ini, keselamatan dalam Kristus adalah suatu pengalaman mistik dalam persaudaraan penuh cinta kasih bersama para orang kudus dan Allah sendiri.

     Bukti rasional manusia kristen mengarahkan hidupnya kepada Tuhan ialah ex gradibus entis, menurut tingkatan- kesempurnaan, dari sini muncul partisipasi, yakni: kesadaran bahwa munusia mengambil bagian dalam kesempurnaan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

     Ajaran gereja di atas mematahkan ajaran Neoplatonisme yang mengatakan bahwa tidak ada partisipasi manusia. Neoplatonisme tidak percaya adanya partisipasi manusia dan tidak meyakini adanya tingkatan-tingkatan ada untuk meraih hidup bersama dengan Kesempurnaan Tak Terbatas. (*).

Sumber:

(1). Kirchberger, Georg, Dr. (1997). Allah: Refleksi Dalam Tradisi Kristen. Ledalero: Diktat Kuliah

(2). Kirchberger, Georg, Dr. (1998). Pandangan Kristen Tentang Dunia dan Manusia. Ende: Nusa Indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun