Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kita Perlu Kembali ke Sekolah Lyceum Athena

2 Juli 2020   17:45 Diperbarui: 2 Juli 2020   23:29 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyceum Athena. (Gambar: Pinterest.com).

Gambar di atas berisi situasi sekolah Athena (Lyceum Athena), sekolah tempat kerja para filsuf Yunani kuno yang amat masyhur, seperti: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Guru dan para murid hampir tidak dapat dibedakan. Selama pelajaran berlangsung, guru dan para murid bisa dekat dan berdebat. Murid-murid berpikir, menyimak, berkreasi dan berliterasi dengan sikap-sikap luwes dan bebas. Kondisi demikian telah membuat para guru, para kepala sekolah dan para muridnya menjadi sangat terkenal dengan karya-karya abadi.

Lyceum di Hindia Belanda

Pada masa Hindia Belanda, pemerintahan penjajahan Belanda pernah memberlakukan sistem pendidikan Lyceum di Hindia Belanda. Sistem pendidikan Lyceum ada dalam bentuk Hoogere Burgerschool (HBS) dan Meer Uitgebreit Lager Onderwijs (MULO). HBS dan MULO adalah 2 lembaga pendidikan selama 5 tahun yang menggabungkan tingkat pendidikan SMP dan SMA.

Mereka yang duduk di bangku MULO dan HBS adalah para tamatan HIS. HBS adalah Lyceum yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang Eropa dan para elite pribumi. Sedangkan MULO adalah Lyceum yang  dibuka karena adanya politik etis. MULO terbuka untuk semua orang pribumi Indonesia terpilih. MULO dan HBS beroperasi sampai tahun 1942.

Hoogere Burgerschool dan Meer Uitgebreit Lager Onderwijs adalah 2 sistem pendidikan yang direnovasi oleh Belanda dari sistem pendidikan Lyceum di Yunani kuno. Tapi 2 sistem pendidikan di atas diselenggarakan untuk melayani kepentingan langgengnya kekuasaan kolonial Belanda di Hindia Belanda.

Lyceum di Yunani Kuno

Pada masa Yunani kuno terdapat 2 lembaga seperti itu yakni Gymnasium dan Lyceum. Gymnasium di Yunani kuno bukan bergerak dalam pendidikan akademis namun adalah pusat pelatihan fisik, teristimewa senam pertunjukkan untuk nanti pentas di Stadion-Stadion untuk Olympiade Yunani-Romawi kuno.

Gymnasium di Yunani kuno pada awalnya adalah tempat pelatihan fisik dan mental untuk pemuda pria, tetapi diutamakan pelatihan fisik pemuda. Bahkan di Gymnasium ada pelatihan senam dalam kondisi telanjang. Hal itu diketahui dari asal kata bahasa Yunani kuno:  όςυμνός gymnós dan senam (dari bahasa Yunani: γυμνμομα gymnázomai ') dengan tubuh sepenuhnya telanjang. 

Kondisi pelatihan di Gymnasium ini dapat dilihat dalam rupa patung-patung Yunani kuno. Patung-patung zaman Yunani kuno selalu telanjang. Mereka yang telanjang itu umumnya dilatih di Gymnasium secara ketat untuk menjadi pesenam-pesenam di Olympiade kuno. Mereka berlaga di Olimpiade di Yunani-Romawi kuno sejak tahun 776 SM sampai dengan tahun 394 M. Olimpiade diadakan untuk memuja dewa Zeus.

Gymanasium semacam itu ada di pentathlon Ikkos von Tarent (Taras). Para lulusan Gymnasium kuno terbaik akan naik tingkat menjadi pesenam-pesenam. Tapi Gymnasium adalah pusat pelatihan, bukan institusi pendidikan. Gymnasium yang benar-benar sebagai institusi ialah Gymnasium Alexandria dan Hieropolis. Gymnasium Alexandria dan Hieropolis adalah sekolah-sekolah Gymnasium yang berkembang sebagai institusi pendidikan senam dan mulai diajarkan ilmu-ilmu Humaniora, Baca, Tulis, Hitung dan Filsafat secara objektif-ilmiah.

Lyceum Berbeda Dengan Gymnasium di Yunani Kuno

Beda dengan Gymnasium, pendidikan di Lyceum lebih sopan dan rapih. Para guru dan para siswanya memakai pakaian. Mata pelajaran yang paling utama ialah Baca, Tulis, Menghitung, Humaniora, Seni, Filsafat, IPA, IPS, Matematika, Petabiban, Debat, Pidato, Bahasa Yunani, dll. Pendidikan dengan pemberlakukan sistem akademis tersebut dilangsungkan di Lyceum Athena kuno. 

Lyceum kuno berada di tengah hutan kecil dekat Athena yang didedikasikan untuk Apollo. Lyceum Athena adalah sekolah di mana Aristoteles merupakan kepala sekolah dan sekaligus pengajar utamanya yang membuat awal mula Aristoteles dikenal langsung secara luas. Sekolah itu berlangsung selama beberapa ratus tahun yang menghasilkan banyak temuan-temuan ilmiah yang dipakai umat manusia sampai dengan saat ini. Sekolah itu memproduksi para pemimpin agama dan negara di Yunani kuno. Lyceum kuno juga memiliki ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang debat dan pemandian.

Salah satu bangunan kuno peninggalan era Yunani kuno. (Foto: Istimewa).
Salah satu bangunan kuno peninggalan era Yunani kuno. (Foto: Istimewa).
Pada masa Romawi kuno, pemerintahan Romawi kuno melanjutkan saja warisan-warisan Yunani kuno termasuk sekolah-sekolah dengan model Lyceum. Pasca Yunani-Romawi kuno, warisan model pendidikan Lyceum dipakai di hampir semua negara di dunia untuk menghasilkan para pemimpin agama dan negara yang berkualitas.

Sekolah-sekolah negara mengadobsi sistem pendidik Lyceum, termasuk sekolah-sekolah kristen untuk melayani pendidikan spiritual . Sehingga selain Matematika, Filsafat, IPA, IPS, Geografi, sekolah Lyceum umumnya mengajarkan Mapel Membaca, Berhitung, Ketabiban, Debat, Pidato, Bahasa Latin dan Yunani.

Pada akhir abad ke-19,  Lyceum  memiliki 2 sekolah, yakni: Lyceum putera dan puteri. Juga tetap diajarkan pelatihan olahraga demi Mensana in  corpore sano. Institusi pendidikan model Lyceum Athena milik gereja Katolik Roma memberikan Mapel Teologi dan Filsafat Katolik. Lyceum menunjukkan orientasi humanistik klasik. 

Kembali ke Sistem Lyceum?

Kita kembali ke situasi Hindia Belanda. Pendirian HBS di era Hindia Belanda mengikuti model Lyceum di Eropa yang memiliki kaitan dengan sekolah Lyceum Athena di Yunani kuno.

Sejak tahun 1942, sistem pendidikan Lyceum berbentuk MULO dan HBS berakhir di Hindia Belanda. Tahun 1942 sampai tahun 1945, Jepang mendirikan Sekolah Menengah Tinggi (SMT). Dalam masa 1945-1950, di zaman kemerdekaan RI, SMT berubah sebagai Sekolah Menengah Oemoem (SMO). Sejak tahun 1950, SMO diubah menjadi SMA sampai dengan saat ini.

Jika kita menyimak sejarah, pendirian SMA sudah berjalan cukup jauh dari sekolah model Lyceum. Masalisasi pendidikan adalah hal berbahaya bagi kualitas manusia-manusia yang dihasilkan. Pendidikan SMA dilakukan demi memenuhi kebutuhan para calon pemimpin  negara dan agama, tidak mudah. Kualitas pendidikan tidak hanya membutuhkan disiplin, tapi butuh kemampuan diri yang tinggi. Pemerintah juga telah membuka pendidikan kejuruan  setingkat SMA, yaitu: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Meskipun, para tamatan SMA umumnya mendapatkan banyak lapangan pekerjaan pada instansi-instansi swasta dan pemerintah di dalam dan luar negeri. .

Dalam sistem di Lyceum Yunani kuno, sebagaimana pada masa Hindia Belanda, para peserta didik diseleksi secara ketat. Bahkan pada tingkat akhir hanya menyisahkan beberapa siswa/i saja. Lyceum-nya Aristoteles memberi penekanan pada ilmu Filsafat dan Humaniora, Membaca, Berhitung, Geografi, Matematika, IPA, IPS, Seni (Lukis, Sastra, Tari, Nyanyi), Debat, Pidato, Bahasa Yunani dan Bahasa Latin, dll.

Jika pendidikan Indonesia mau maju, mungkin salah satu caranya ialah dengan mengadopsi sistem pendidikan Lyceum Athena. Lembaga Lyceum telah terbukti dapat menghasilkan karya-karya inovatif sepanjang masa. Para siswa, para guru dan para kepala sekolah telah membuktikan kemampuan sangat tinggi dalam menghasilkan karya-karya inovatif.  Hal-hal di atas telah membuat Lyceum Athena telah menjadi sangat terkenal sepanjang masa. (*).

Sumber:

(1). Rumpis, Agus, Sudarko. Sejarah Olah Raga, diakses pada 02 Juli 2020.

(2). Hoe het groide: Het onderwijs in Nederlandsch-Indi, Januari-Februari 1941.

(3). "Wajar 12 Tahun Diberlakukan", KOMPAS, 11 Maret 2006

(4). Pendidikan Masa Kolonial.Di Sini, diakses pada 02 Juli 2020.

(5). Team Wikipedia (Jerman), Gymnasium, diakses pada 02 Juli 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun