Percaya atau tidak, cukup banyak netizen luar negeri di Eropa menyebut ancaman wabah virus corona hanya sebagai teriakan Bluff man, alias gertak sambal dari seorang pria dewasa kuat dari belakang kita. Setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dunia darurat virus corona sejak beberapa jam yang lalu.Â
Menurut WHO, seperti dikutip harian Jerman Sueddeutsche Zeitung (28/01/2020) menyatakan bahwa sudah ada 100.000 orang di lebih dari 20 negara terinveksi virus Corona.Â
Dengan perkiraan jumlah korban yang terinveksi 100 ribu orang, demikian WHO, terkesan begitu buruk. Tetapi dampak sosial-politik akibat berjangkitnya virus corona bagi dunia, amat menyedihkan.
Menurut WHO, dari 100 ribu orang yang terinveksi virus corona hanya 213 pasien dari 9.300 kasus yang ditangani rumah sakit meninggal dunia akibat virus corona. Tapi 213 pasien yang meninggal itu sudah menderita penyakit berat sebelumnya. Jadi ancaman virus corona, SARS, flu burung dan sejenisnya masih ditanggapi secara tidak serius.
Dampak Sosial PolitikÂ
Dampak sosial-politiknya adalah mungkin akan cukup parah dari akibat penyakit itu sendiri. Komunitas yang paling ditakuti menjadi penyebab penularan ialah komunitas China- di Wuhan. Asumsinya karena kejadian itu pertama kali di China sehingga kawasan China menjadi sumber katakutan.
"Cukup banyak netizen luar negeri di Eropa menyebut ancaman wabah virus corona hanya sebagai teriakan Bluff man alias gertak sambal dari seorang pria dewasa kuat dari belakang kita."
Hingga artikel ini diturunkan, WHO merilis sudah ada 11 juta orang Wuhan diisolasi. Orang-orang China di Wuhan sedang memberontak dan tidak puas terhadap pandangan dunia dan perlakukan demikian terhadap mereka.
Tagar di Twitter bertajuk #IAMNotAVirus mengumpulkan laporan pengalaman tentang kemungkinan perlakukan diskriminatif terhadap orang-orang Asia, khususnya China di banyak negara-negara di seluruh dunia akibat virus corona.Â
Sudah terjadi terdapat permusuhan halus akibat berbagai perlakukan. Orang China merasa tidak adil dengan pandangan dan perlakukan dunia terhadap mereka.
Tapi Institut Shanghai Materia Medica dan Institut Virologi Wuhan telah menemukan bahwa cairan oral Shuanghuanglian - obat herbal kombinasi populer yang biasa digunakan untuk meredakan beberapa gejala seperti demam, batuk, dan sakit tenggorokan - dapat digunakan untuk "menghambat" virus corona.