Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Refleksi Akhir Tahun 2019 tentang Identitas Jerman (Kristen) di Eropa

31 Desember 2019   10:22 Diperbarui: 31 Desember 2019   16:22 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentara AS di Jerman (Foto: army.mil)

Apa itu negara Jerman sesungguhnya? Siapakah warga Jerman sesungguhnya? Pertanyaan-pertanyaan ini langsung membawa kita pada pertanyaan tentang apakah identitas Jerman sesungguhnya?

Pada puncak akhir tahun 2019, tepatnya 31 Desember 2019, selayaknya sebagai warga dunia, sejenak kita perlu mengarahkan perhatian ke situasi Jerman - Eropa saat ini dan kelak di masa depan.

Sebabnya ialah identitas Jerman saat ini cukup rumit dipahami. Hal ini terutama identitas Jerman bukan lagi dilihat seperti identitas Jerman di era Republik Weimar atau identitas Jerman di era perang dunia II.

Jika Anda mengunjungi Facebook atau media ask.fm, banyak warga di sana berbicara bahasa Jerman. Tetapi jangan Anda keliru sebab mungkin hampir kebanyakan mereka adalah para imigran atau para keturunan imigran yang berada di dalam dan luar Jerman.

Identitas resmi Jerman saat ini adalah produk sejarah masa lalu Jerman, terutama setelah perang dunia II. Identitas Jerman saat ini, terutama dan paling utama ialah identitas pasca keruntuhan tembok Berlin pada tahun 1990.

Pasca keruntuhan tembok Berlin 1990 menyebabkan perubahan Jerman pada 3 hal utama yakni: persatuan Jerman, globalisasi dan popularisasi internet. 

Saat ini dampak peningkatan produktivitas ekonomi dunia ternyata menyimpan kecemasan bagi identitas Jerman. Saat ini ketika milenium baru dimulai, terdapat banyak ketakutan besar mengenai identitas Jerman.

Kecemasan mengenai identitas Jerman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti masalah Cina dan negara-negara yang belum menerapkan demokrasi secara maksimal, terorisme global, depresi besar ekonomi Jerman tahun 2008 dan blues Jerman.

Blues adalah gerakan kebangkitan budaya Jerman yang dipelopori oleh para musisi, seniman, olahragawan/i muda Jerman. Blues Jerman menjadi dasar perkembangan oleh gerakan-gerakan baru seperti kecintaan terhadap ruang angkasa dan filosofi Timur.

Dalam budaya baru di masa depan, orang-orang muda Jerman lebih tertarik kepada imaginasi dari pada ilmu. Sebab ilmu pengetahuan terbatas, namun imaginasi tidak terbatas.

Era kecemasan Jerman-Eropa terkait identitas ialah semakin meningkatnya jumlah imigran di Jerman. Tapi pada satu sisi, angka penambahan orang-orang lansia atau tidak produktif makin tinggi. 

Jerman terancam akan sangat bergantung kepada para imigran dan robot sebagai pengganti tenaga kerja.

Medsos dan ponsel pintar mengubah cara masyarakat Jerman berkomunikasi. Di tahun 2020 ke atas, Jerman menginjak periode gerakan sosial yang besar di masa depan, pencairan pengaruh politik, populisme dan pembubaran partai-partai klasik.

Tentara AS di Jerman (Foto: army.mil)
Tentara AS di Jerman (Foto: army.mil)
Barangkali di masa depan atau tahun 2020 ke atas, Jerman-Uni Eropa membutuhkan kualitas dan jumlah militer yang tinggi untuk mengurangi ketergantungan Jerman pada kekuatan asing yakni AS di Jerman. Hingga akhir tahun 2019, kekuatan militer AS di Jerman mencapai angka 35.000 tentara adalah jumlah militer AS terbesar di Eropa.

Selain itu terdapat 17.000 warga sipil AS. Kehadiran militer AS dalam jumlah banyak ini memicu konflik yang semakin memanas antara Jerman-Rusia. Di samping itu kehadiran tentara AS di Jerman membuat pemerintah Jerman harus mengeluarkan anggaran bantuan hingga $ 900 juta.

Agaknya para elite politik Berlin tetap menganggap pentingnya penempatan militer AS di Jerman dan tetap mempertahankan pangkalan AS di Jerman. Bersamaan dengan kenyataan ini juga terdapat adanya semakin tinggi jumlah imigran asing yang masuk Jerman.

Masalah imigran yang tinggi dan ketergantungan warga Jerman terhadap kaum imigran membuat identitas Jerman semakin hari agak kabur.

Boleh dikatakan bahwa kebutuhan akan imigran asing adalah harga mati bagi Jerman saat ini. Jumlah lansia yang tinggi tanpa disokong oleh jumlah kelahiran baru menimbulkan masalah ketergantungan terhadap kaum imigran. Selain imigran adalah robot-robot akan mengancam identitas warga Jerman

Jika para imigran sudah menjadi semakin orang Jerman akan menimbulkan ancaman terhadap identitas Jerman. Identitas Jerman sesungguh ialah produk hasil perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hal itu tidak bisa tidak ada dan berkembang, jika tidak ada kehadiran militer AS di Jerman.

Tetapi di atas semuanya sejarah Jerman adalah Jerman kristen. Hal itu tak dapat dihindari ketika pada akhir tahun 2019, sekelompok orang Jerman membuat gerakan untuk memulihkan ajaran-ajaran kristen boleh dikatakan sebagai satu kebangkitan identitas Jerman yang kristen.

Sumber:

  1. Mueller, Hendrik, (29 Dezember 2019), diakses pada 31 Dezember 2019
  2. Supernews, Krautock Invasi Musik Rock Dingin dari Jerman (15 November 2017), diakses pada 31 Dezember 2019
  3. Jerman Habiskan Jutaan Euro untuk Pangkalan Militer Amerika Serikat Agustus 2019), diakses pada 31 Dezember 2019
  4. Berlianto, Anggota Parlemen Jerman 'Usir" Tentara AS (26 Oktober 2019), diakses pada 31 Dezember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun