Tanda-tanda kejatuhan elektabilitas Jokowi sebenarnya sudah terjadi sejak Januari 2019. Saat itu, pemerintahan Jokowi menawarkan pembebasan bersyarat yang kemudian gagal bagi Ustadz radikal Abu Bakar Ba'asyir. Jokowi telah membuat permainan berbahaya dan menyiapkan kemungkinan kejatuhannya sendiri di Pemilu 2019!
Ustadz Ba'asyir ingin dibebaskan bersyarat setelah menjalankan setengah dari masa hukuman penjara selama 15 tahun karena alasan kemanusiaan. Ustadz Ba'asyir merupakan pemimpin spiritual Jemaah Islamiah, sebuah jaringan teroris di Asia Tenggara yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan ISIS.
Percobaan pembebasan Ba'asyir oleh Jokowi saat itu merupakan insiden sekaligus indikator yang jelas akan bahaya yang akan dihadapi Jokowi. Jokowi yang sudah merasa unggul dalam survey lembaga-lembaga ingin bermain over dosis untuk hal yang sangat berbahaya dalam soal agama Islam yang dianutnya. Akibatnya Jokowi semakin dijauhi kaum moderat dan institusi-institusi yang selama ini kuat melawan terorisme di Indonesia, termasuk keluarga para korban terorisme, polisi, peradilan dan para birokrat yang memerangi JI.
Saat itu, seluruh dunia mencela keputusan Jokowi. Pada bulan Januari 2019, PM Scott Morrison dari Australia melakukan perundingan tingkat tinggi dengan Jokowi untuk membatalkan keputusan Jokowi dan berhasil.
Kebijakan tawaran Jokowi untuk pembebasan bersyarat itu kemudian tidak menuai elektabilitas tinggi bagi Jokowi, namun kemarahan publik Indonesia yang kuat karena selama bertahun-tahun Densus 88 memainkan peranan besar dalam memberantas terorisme di Indonesia.
Kasus itu merupakan salah perhitungan politik dalam tawaran pembebasan bersyarat Abu Bakar Ba'asyir oleh Jokowi. Hal yang kemudian menjadi bumerang politik bagi Jokowi. Motivasi politik Jokowi saat itu sebenarnya untuk memperjelas status agamanya yang semula dipertanyakan lawan-lawan politiknya.
Kemarahan publik adalah bumerang bagi Jokowi terkait rencananya untuk pembebasan terhadap Ba'asyir. Selain itu, Jokowi mengorbankan identitasnya sendiri sebagai politisi dan menonjolkan peranan agamawan dengan mengangkat KH Ma'ruf Amin sebagai Cawapresnya.
Keputusan Jokowi mengangkat KH Ma'ruf Amin bukan hanya menjadi bumerang baginya tetapi membuat banyak pendukungnya meninggalkan dia. Jokowi telah memperkuat posisi garis kerasnya dan fundamentalisme agamanya. Percobaan pembebasan Ustadz Ba'asyir yang gagal oleh Jokowi adalah bumerang bagi Jokowi daripada membantu menaikkan elektabilitas Jokowi.***Â
Sumber:
1. Hunt, Luke, Jokowi’s Failed Bashir Gamble Reveals the Danger of Playing the Religion Card in Indonesia (TheDiplomat.com, 31/01/2019), diakses pada Jumat, 29/03/2019
2. Mengkaka, Blasius, Abu Bakar Ba’asyir Batal Dibebaskan, Dia Sangat Berbahaya Bagi Negara (UC News), diakses pada Jumat, 29/03/2019
3. Sekilat Info, Ustadz Abu Bakar Ceramah di https://www.youtube.com/watch?v=Zq-4vN8DAbA (19/01/2019), diakses pada Jumat, 29/03/2019
4. Penjelasan Batalnya Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir (Tribunnews, 23/01/2019), diakses pada Jumat, 29/03/2019
5. Manuver Yusril dan Wara-Wiri Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir (DW.com, 23/01/2019), diakses pada Jumat, 29/03/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H