Tentang sikap terhadap kaum Imigran, orang Eropa terbelah atas beberapa kelompok sesuai kepenganutan ideologi. Brenton Tarrant adalah seorang fasis dan penganut garis keras dari ideologi mendiang politikus Sir Oswald Mosley dari Inggris. Jadi Brenton Tarrant bukan merupakan seorang teroris. Secara ideologis, Brenton Tarrant adalah seorang yang sangat "anti Muslim" dan "anti imigran". Tak heran, atas perbuatannya itu, ia merasa bahagia, merasa jadi pahlawan dan merasa benar.
Seperti dirilis media msn.com (15/03/2019), gaya serangan Brenton Tarrant yang brutal itu memang mirip perilaku seorang teroris. Selayaknya teroris, Brenton Tarrant melakukan aksi gila dengan melakukan penembakan brutal terhadap jamaah dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019).
Penembakan di Masjid Al-Noor dan Mesjid Lin Wood Ave telah merenggut setidaknya 49 nyawa saat para jemaah sedang melakukan ibadah salat Jumat. Para jemaah diberondong senapan serbu oleh sejumlah orang.
Motif yang mendorong pelakunya melakukan penembakan digambarkan sebagai serangan teroris. Tetapi jika disimak baik-baik, motif pelaku Brenton Tarrant (28) sebenarnya bukan teroris.
Saat kejadian berlangsung, Brenton menyiarkan perbuatannya secara live melalui Facebook Live dengan memanfaatkan kamera Go Pro yang dipasang di kepalanya. .
Tribunnews (15/03/2019) memberitakan bahwa dalam posting-annya di beranda Facebook yang kemudian dihapus pihak Facebook, Brenton mengatakan salah satu alasannya ialah ia mau membalas dendam untuk Ebba Akerlund, anak berusia 11 tahun yang terbunuh dalam serangan teror 2017 di Stockholm.
Menurut Brenton, serangan Stockholm sebagai "peristiwa pertama" yang menginspirasinya untuk melakukan serangan, terutama untuk membalas kematian gadis berusia 11 tahun itu. Pada tahun 2017, Brenton Tarrant melakukan perjalanan ke Prancis.
Seperti dirilis Sindonews (15/03/2019), dalam sebuah manifesto berjudul "The Great Replacement: Towards A New Society", Tarrant mengungkap alasannya menyerang orang-orang yang sedang salat.
Di manifesto setebal 74 halaman itu, dia menganggap para imigran di Selandia Baru dan negara-negara Eropa--yang ia sebut sebagai "negara kulit putih"--adalah penjajah.
Pelakunya adalah penganut fanatik Ideologi Sir Oswald Mosley
Mestinya ada motif utama di balik serangan Brenton. Jika sesuai manifesto Brenton yang menggambarkannya sebagai "anti-imigrasi", 'anti muslim" dan "serangan atas nama keanekaragaman".