Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengenang Insiden Kobalima 2001, Sertu Lirman Hadimu Gugur karena Kasalahan Prosedur

26 Desember 2018   15:49 Diperbarui: 28 Desember 2018   16:29 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan perbatasan sedang menunaikan tugas (Foto:batasnegeri.com)

Insiden berdarah antara UN-PKF vs TNI pernah terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste pada tahun 2001. 

Insiden itu menyebabkan jatuhnya korban yang bernama Sertu Lirman Hadimu (21 tahun) dari pihak TNI.

Pertanyaan kita ialah mengapa Sertu Lirman Hadimu tidak mendapatkan penghargaan atas peristiwa itu? Padahal ia gugur saat menjalankan tugas negara di perbatasan.

Jika dibandingkan dengan Prajurid UN-PKF Leonard William Manning yang juga gugur di Timor Timur telah mendapatkan medali NZOSM secara anumerta dari pemerintah Selandia Baru pada tahun 2003. 

Setidaknya ini menimbulkan berbagai tafsiran. Penyelidikan yang dilakukan oleh militer Indonesia, UNTAET dan UN-PKF agaknya menemukan bukti yang kurang mendukung. 

Pihak UN-PKF menemukan bukti bahwa pasukan UN-PKF ditembak sebelumnya lalu baru membalas dengan gencar

 Selain itu, tidak ada bukti bahwa Sertu Hadimu membawa rekannya atau masyarakat sehingga dipastikan bahwa Sertu Hadimu saat itu berada sendirian di lokasi.

Menurut Pangdam Udayana saat itu, Mayor Jenderal TNI William da Costa seperti dikutip Gatra.com (29/07/2001), dalam insiden itu, Komandan Regu (Danru) II-Peleton III-Kompi C itu sedang berada di luar pos tanpa melapor, berpakaian preman dan membawa senjata di garis batas negara.

Hal-hal ini yang memberatkan Sertu Lirman Hadimu sehingga kematiannya dianggap sebagai kesalahan operasi, bukan prestasi. Jadi korban tewas karena telah melanggar aturan operasi.

Gatra.com mencatat bahwa pada hari Sabtu, 28 Juli 2001, jam 12:45 Wita, Sertu Lirman Hadimu tewas oleh berondongan tembakan pasukan UN-PKF di perbatasan yakni 20 meter dari garis batas (Tactical Coordination Line - TCL) dalam wilayah Indonesia, di Desa Alas, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Penembakan itu dilakukan UN-PKF hanya sekitar 1 tahun setelah tewasnya prajurid UN-PKF Leonard Manning dan hanya beberapa kilometer dari lokasi Prajurid Leonard William Manning, anggota UN-PKF asal Selandia Baru (NZBatt) ditemukan tewas dan dimutilasi. 

Leonard Manning ditembak di desa Suai, wilayah Timor-Timur. Oleh UN-PKF, para pelakunya diduga kaum ekstremis yang telah melarikan diri ke arah Timor Barat. Itulah sebabnya UN-PKF asal Selandia Baru bermaksud untuk maju ke wilayah Timor Barat untuk mengejar pelaku.

Makam Prajurid Manning di Selandia Baru (Foto: NZhistory)
Makam Prajurid Manning di Selandia Baru (Foto: NZhistory)
Catatan sejarah menunjukkan, Leonard William Manning (usia 24 tahun) dimakamkan pada 29 Juli 2000 dengan penghormatan militer penuh di kompleks pemakaman Langiriri di desa kelahirannya Waeranga, Selandia Baru. Sebuah tugu peringatan didirikan untuk menghormatinya di pemakaman Tilomar, Timor Leste. 

Sebagai bagian dari UN-PKF, Prajurid Leonard William Manning telah dianugerahi medali NZOSM secara anumerta pada tahun 2003 oleh pemerintah Selandia Baru.

Jenazah Sertu Lirman diterbangkan ke Kupang pada 29/07/2001, lalu berangkat terus ke Makasar pada 30 Juli 2001 malam. Selanjutnya dibawa ke rumah orang tuanya di Jalan Laki Laponto Nomor 16, Kelurahan Raha, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Seperti dirilis Gatra.com (29/07/2001), Komandan UN-PKF, Letjen Boonsrang Niumpradit, beberapa jam setelah insiden penembakan menelepon Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI William T. da Costa.

UN-PKF menyatakan mengakui penembakan yang dilakukan pasukan UN-PKF Sektor Barat dan menyatakan penyesalan serta duka yang mendalam atas terjadinya insiden yang menewaskan seorang prajurit TNI.

Sedikitnya lima butir peluru terarah jitu bersarang di tubuh prajurit TNI yang mengenai uluhati, pundak, paha kiri dan kanan, serta jari-jari tangan kanan. Ditemukan selongsong peluru dari senjata SS1 milik prajurit Lirman di TKP.

Kemungkinan besar, pasukan Selandia Baru yang menembak tersebut masih trauma atas kematian Leonard William Manning yang dibunuh oleh sekelompok ekstrimis, 24 Juli 2000 di Suai, wilayah Timtim, saat prajurit UN-PKF tersebut bertugas.

Insiden ini memberikan dampak politik yang besar bagi sejarah Timor Leste selanjutnya. Pada tanggal 30 Agustus 2001, pemilihan anggota Konstituante yang baru bagi Timor Leste ditunda. CIVPOL menambah aparat keamanan Timor Leste hingga mencapai 800 Polisi yang bekerja sama dengan UN-PKF untuk menjaga keamanan dalam persiapan pemilihan para anggota Konstituante yang secara tidak langsung membuka jalan bagi restorasi kemerdekaan Timor Leste pada bulan Mei 2002.

Sumber:

1. Leonard William Manning Memorial Rangiriri (NZHistory.govt.nz, tanpa tahun)

2. Lima Butir Peluru di Tubuh Prajurid Lirman (Gatra.com, 31 Juli 2001)

3. Pasukan PBB Mengaku Tembak Anggota TNI di Perbatasan (Gatra.com, 29 Juli 2001)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun