Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Sooner or Later", Kampanye Politik Masuk Dalam Kebijakan Pemerintah Terhadap Bencana Alam

2 Oktober 2018   20:15 Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:45 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo mengunjungi Perumnas Balaroa (Foto:Kompas.com)


Pada saat kampanye panas menyongsong Pemilu 2019, bencana alam mengerikan itu terjadi di Palu dan Donggala. Banyak kematian dan kehancuran terjadi di sana. Indonesia patut berduka. Rasa kemanusiaan sebagai sesama sebangsa menyentuh nurani anak-anak bangsa. Pemerintah pusat cepat tanggap dalam hitungan menit ke menit. Padahal saat itu, Presiden Joko Widodo sedang mengisi masa cuti kampanye. Dalam keadaan darurat, Jokowi bertugas lagi, demi tugas negara yang amat penting itu.

Tanggapan yang cepat mungkin terlepas dari maksud kampanye. Namun sepak terjang Jokowi tetap membuat banyak warga melihat dengan jelas. Jokowi tampak jelas amat bersatu dengan para warga yang menderita akibat tertimpah bencana, luar biasa.

Presiden Jokowi tahu juga bahwa para korban bencana di Palu, Sigi dan Donggala yang selamat menghadapi penderitaan lahir dan bathin. Setelah korban nyawa dan harta benda ludes, kini tak ada apa-apa yang bisa dimakan dan ditinggali, lumpuh semua.

Jalan terakhir adalah banyak orang mau melarikan diri atau mengungsi. Tidak ada sesuatu bisa dimakan. Bencana susulan terparah di Palu dan Donggala adalah bencana kelaparan dan kemiskinan.

Sementara itu, di saat pemerintah berkonsentrasi untuk memulihkan kembali bencana alam gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala, Rupiah diberitakan semakin melemah. Seperti dirilis Kursdollar.net (02/10/2018), pada Selasa, 2/10/2018, nilai beli USD 1 adalah Rp 14.913 per USD 1, sedangkan nilai jual USD 1 adalah Rp 15.063.

Media-media asing menyoroti warga korban bencana di Sulteng terhadap bencana alam di daerahnya sungguh memprihatinkan. Di tengah pemerintah fokus membantu para korban dan memulihkan daerah bencana, gejolak warga terjadi dengan amat memprihatinkan.

Penjarahan terjadi di Palu akibat kelaparan (Foto: Reuters)
Penjarahan terjadi di Palu akibat kelaparan (Foto: Reuters)

Seperti dirilis Guardian (02/08/2018), jumlah kematian resmi per 2/10/2018 atau hari ini adalah 1.234 orang tewas dan akan meningkat tajam hari-hari berikutnya. Bencana itu telah mengakibatkan sebanyak 50 ribu pengungsi dan lebih dari 3000 orang berusaha untuk lari dengan pesawat militer dan beberapa pesawat komersial.

Di mana-mana, kemarahan dan keputusasaan tumbuh di sebagian penduduk Sulawesi karena penduduk menghadapi hari keempat tanpa makanan dan air minum setelah pulau di Indonesia itu hancur oleh gempa bumi dan tsunami.

Media Guardian (02/10/2018) menulis bahwa sejak hari Senin, di kabupaten Ulujadi di Palu Barat, warga yang kekurangan makanan dan air memblokir jalan untuk mencegat truk yang membawa pasokan makanan. Pasukan polisi dilaporkan tidak dapat menahan orang banyak. Sama seperti juga di kabupaten Tawaeli di Palu Tengah, orang banyak berkumpul di pelabuhan untuk mencegat bantuan pemerintah yang tiba di kapal.

Politik Masuk Dalam Bantuan Bencana?

Sangat bisa terjadi. Karena saling menolong dan bergotong royong adalah nilai-nilai Keindonesiaan yang lestari. Ketika banyak elemen politik berebut untuk memberikan bantuan kepada para korban, mereka bisa meraih elektabilitas. Jokowi diyakini semakin kuat elektabilitasnya saat ini di daerah bencana. Meskipun disarankan tidak gunakan fasilitas negara, kehadiran Capres Jokowi secara intens di lokasi bencana cepat atau lambat akan bisa mendatangkan elektabilitas yang tinggi dalam Pemilu 2019.

Seperti dirilis Guardian (02/10/2018), orang-orang di Palu berteriak saat Jokowi tiba. "Perhatikan Donggala, Pak Jokowi. Perhatikan Donggala", teriak salah satu warga dalam rekaman yang disiarkan di televisi lokal, mengacu pada presiden Joko " Jokowi" Widodo. "Masih ada banyak desa yang belum tersentuh di sini", kata mereka.

Penjarahan terjadi di Palu (Foto: Antaranews.com)
Penjarahan terjadi di Palu (Foto: Antaranews.com)

Saat kampanye politik untuk meraih dukungan politik dari daerah. Tindakan pemerintah dan pertahana bisa berpengaruh pada elektabilitas dalam Pemilu 2019 nanti. Pemerintah Jokowi sebagai pertahana kini agaknya hentikan kampanye dan lebih fokus pada penanganan bencana. Dengan banyak negara yang bersimpati, pemerintah Jokowi menunjuk Menkopolhukam, Wiranto untuk mengkoordinir bantuan internasional. Pemerintah menyatakan telah membuka kran bantuan internasional bagi para korban bencana.

Saya pikir, cepat atau lambat, kampanye politik akan masuk dalam kebijakan pertahana dalam penanggulangan bencana alam, mengapa tidak? Presiden Jokowi telah dipuji karena kecepatannya bertindak saat bencana alam terjadi di Palu dan Donggala. Presiden Jokowi menunjukkan bahwa manusia Indonesia adalah makhluk sosial, makhluk yang saling menolong dan membantu dalam solidaritas dan gotong royong. Silahkan kita merenungkan sendiri maknanya****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun