Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rumit, Meski "Tenggelam" di Koalisi Jokowi-Ma'ruf, Golkar Harapkan Tetap Jaya di Pemilu 2019

1 Oktober 2018   22:16 Diperbarui: 1 Oktober 2018   22:37 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga (Foto: Kompas.com)

Pada tahun 2014, Drs Yusuf Kalla yang menjadi Ketua Umum Golkar Periode 2004-2009 terpilih untuk menjadi Wapres dalam Pilpres 2014. Sayang sekali, Golkar saat itu berada di Koalisi Prabowo-Hatta. Sehingga dalam Koalisi Jokowi-JK tidak ada Partai Golkar. Tetapi pada Pemilu Legislatif 2014, Golkar menduduki tempat kedua secara nasional dalam perolehan suara. Pada Periode 2016-2017, Golkar sempat mencuat kembali di bawah pimpinan Setya Novanto yang kemudian menjadi Ketua DPR RI tetapi sayang Setya Novanto harus jatuh karena tersandung kasus korupsi.

Pada Pemilu 2019 nanti, DPP Partai Golkar memilih untuk berada di Koalisi Jokowi-Ma'ruf. Tetapi posisi politik ini melalui proses yang labil. Kondisi kelabilan posisi Golkar di tubuh Koalisi Jokowi ini dikaitkan dengan faktor elektabilitas yang dikhabarkan terus menurun pasca DPP Golkar mendeklarasikan dukungan untuk Jokowi-Ma'ruf. Golkar mengemban misi khusus di Koalisi Jokowi. 

Di tubuh Koalisi Jokowi, tuntutan Golkar untuk jabatan Cawapres tak terpenuhi. Kondisi ini menjadi sumber ketidakpuasan Golkar di tubuh Koalisi Jokowi. Sebab Jokowi tidak memilih Airlangga Hartarto sebagai Cawapres.

Ketidakterpilihan ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto menjadi Cawapres mendampingi Jokowi bukan masalah sepeleh. Sebab buntut ketidakterpilihan Airlangga Hartarto menjadi Cawapres adalah dugaan menurunnya elektabilitas Golkar pada Pemilu 2019 yang akan datang. Tanpa posisi Cawapres dikuatirkan massa pemilih akan berbelok haluan untuk menjauhi Golkar.

merdeka.com
merdeka.com
Forum Caleg Golkar deklarasikan dukungan untuk Prabowo-Sandi (Foto: Merdeka.com)

Sehingga senior-senior Golkar ada yang telah membuat kebijaksanaan berbanding terbalik dengan DPP Golkar. Pada Rabu, 26 September 2018 yang lalu, misalnya, para senior Golkar yang tergabung dalam GoPrabu malahan menyampaikan aspirasi dan dukungan terhadap Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 di kediaman Prabowo di Jln. Kartanegara, Jakarta Selatan.

Capres-Cawapres No. urut 1 dan 2 saat menghadiri deklarasi kampanye (Foto: Antara)

Dalam posisi di Koalisi Jokowi, Golkar merasa elektabilitasnya rendah dan tidak menguntungkan. Sehingga sejumlah Caleg Golkar mendeklarasikan dukungan mereka kepada Prabowo. Hal itu terkait respons atas sikap elit Golkar dan massa akar rumput. Elit Golkar dan massa akar rumput tidak puas karena Jokowi tidak memilih Ketua DPP Golkar sebagai Cawapresnya.

Seperti dirilis Kumparan.com (28/08/2018), dukungan para senior Golkar untuk Prabowo diperkirakan akan memuncak pada bulan November 2018. Para senior Golkar seperti Fadel Mohammad dan Aburizal Bakrie punya sikap berbeda dengan DPP Golkar saat ini.

Elektrol efek dari ketidakterpilihan Airlangga Hartarto dinilai sangat tidak menguntungkan para caleg Golkar di daerah. Jika pro Jokowi lalu tidak terpilih juga repot karena di masa lalu Golkar berada di Koalisi Prabowo. Mimpi terhadap kejayaan Golkar masa lalu membuat sebagaian besar kader memiliki muka dua saat berada baik di Koalisi Prabowo maupun di Koalisi Jokowi. 

Dalam kondisi ini tergambar arah politik Golkar masa sekarang: oportunistik. Dengan prakiraan ini, sikap politik Golkar tidak jauh berbeda dengan sikap politik Golkar pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu Golkar terpecah dalam 2 kelompok yakni kelompok pendukung Prabowo-Hatta dan kelompok pendukung Jokowi-JK. Sikap politik yang aneh, tapi nyata!

Sumber:

1. Pesan Prabowo Saat Bertemu Politisi Golkar yang Beri Dukungan (Kompas.com, 27/09/2018)

2. Banyak Caleg Golkar Membelot Dukung Prabowo (Viva.co.id, 24/09/2018)

3. Dukungan Senior Golkar untuk Prabowo Diprediksi Memuncak Saat Munaslub (Kumparannews.com, 28/08/2018)

4. Mengkaka, Blasius, Akhirnya Partai Golkar Mendekati PDI-P, Perlukah Pembentukkan Poros Baru? (Hal. 127-130) dalam Jalan Wadas Politik dan Pendidikan Indonesia Kontemporer (Depok: CV Herya Media, 2014) ISBN 978-602-71351-5-4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun