Minggu, siang 15 Oktober 2017, sekelompok warga yang sedang bersantai di pantai Fatumean Menu atau pantai Kolbano Kab. TTS-NTT melihat sebuah kapal asing tak berbendera sedang melintasi kawasan pantai Fatumean Menu. Identitas kapal itu tak berbendera dengan hampir seluruh badan kapal tertutup logam putih kristal. Kapal bertype kapal pesiar itu melintasi kawasan laut Indonesia tanpa dihalang-halangi.Â
Tidak jelas apa maksud kapal itu: apakah kapal dalam suatu misi di perairan cela Timor, misi pesiar ataukah dalam misi penangkapan ikan? Namun yang jelas agaknya kapal laut itu adalah kapal milik sebuah perusahaan atau individu yang sedang melakukan perjalanan di laut Timor-NTT. Seperti diketahui bahwa perairan laut Timor baik NTT maupun Timor Leste mulai penuh dengan penanaman banyak Platform dasar laut bagi penambangan migas laut Timor. Seandainya bukan kapal Australia tak bendera, apakah kapal itu milik Alien?
Jemi Nenobahan sang pemasang gambar itu mengatakan melalui akun Facebooknya bahwa ada kapal asing yang melewati perairan pantai Selatan Pulau Timor pada Minggu, 15 Oktober 2017. Lalu ada 58 buah like dari teman-teman Facebooknya. Seorang Facebooker berkomentar, "Foto di mana nih? Kapal yang gagah (=menarik) ee?".
Pantai Kolbano disebut Fatumean Menu oleh penduduk TTS merupakan pantai Selatan di kabupaten TTS-NTT. Pantai ini disebut Pantai Kolbano. Pantai Fatumean Menu merupakan pantai bersejarah bagi beberapa kerajaan di Pulau Timor-NTT. Pantai Fatumean Menu merupakan tempat bagi cikal bakal relasi kerajaan Amanatun dengan dunia luar.Â
Kerajaan Amanatun disebut juga Tun Am Fatumean atau Bitimiao. Konon di pantai ini mendarat orang Portugis dan Makasar. Di abad 16 itu, orang Portugis membawa Frey Lucas da Cruz  yang membabtis raja Amanatun dengan ibunya melalui pantai Kolbano. Saat itu, Portugis dibawah pimpinan Capitao Mor Fernandez.
Rombongan Portugis berjalan terus ke pusat kerajaan Amanatun yang terletak di gunung Sunu-di mana terdapat Sonaf Plikuna-Nofa Ni Fanu. Melalui pantai Fatumean Menu juga armada kerajaan Gowa-Tallo yang bersekutu dengan kerajaan Waiwiku-Wehali yang telah masuk islam menyerang Amanatun. Namun penyerangan itu digagalkan oleh Raja Banunaek di Sunu.
Beberapa Bahan Referensi:
1. Benufinit,T.R.(2007). Sejarah Raja-Raja dan Pulaunya, UPTD Pendidikan dan Kebudayaan, KupangÂ
2. Banunaek,D.Y.Y.K (2007). Raja-Raja yang Berkuasa, Pustaka Pelajar-Yogyakarta
3. Goeneveldt,W.P.(2009) Nusantara dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta
4. Middelkoop,P. (1982) Atoni Pah Meto, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H