Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Norma Lalu Lintas Kita Masih Belum Tertib dan Asal-asalan

24 September 2017   22:47 Diperbarui: 25 September 2017   09:22 2524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret aturan berlalulintas di salah satu kota di Indonesia (Foto:http://www.jasalampulalulintas.com)

Buntut Terbatasnya Armada DAMRI

Pada hampir setiap daerah di kawasan Timur Indonesia, sentralisasi Angkutan Darat mengalami kegagalan hingga boleh dikatakan hanya sedikit berhasil sejak zaman Orde Lama hingga saat ini. Pemerintah mengupayakan bus-bus DAMRI namun tidak bertahan lama. Banyak kendala merintangi. Salah satunya ialah jumlah bus DAMRI tidak cukup untuk melayani semua kebutuhan Angkutan Darat untuk semua wilayah Kabupaten yang begitu luas serta peralatan suku cadang yang terbatas. Sejak saat itu mulai bermunculan armada Angkutan Darat milik pribadi dan berbagai Perusahaan. 

Selain bus-bus Angkutan Kota (Angkot) bercet putih dan Angkutan Desa bercet hijau (Angdes) yang terus bermunculan, juga ribuan kendaraan bermotor serta kendaraan pribadi. Sekarang ini terdapat sejumlah besar armada mobil ojek dan mobil rental. Selain itu ada perusahaan mobil-mobil Travel yang melayani antara jemput Provinsi.

Sejak sentralisasi Angkutan Darat melalui bus DAMRI macet, persoalan krusial dihadapi masyarakat terkait Angkutan Darat. Jumlah mobil dan kendaraan roda dua memicu persaingan memperebutkan para penumpang. Pemerintah (DLLAJR) dan Polantas masih bisa mengontrol biaya penumpang Angkutan Darat namun untuk angkutan roda dua bebas beroperasi. Harga trayek mobil dan motor ojek ditentukan oleh pengojeknya.

Biasanya pengemudi ojek menerka-nerka penumpangnya. Penumpang lama diberikan harga normal. Sedangkan penumpang baru diberikan harga lebih tinggi. Munculnya jumlah kendaraan bermotor memicu ramainya transportasi angkutan jalan raya. Semakin tahun jumlah kendaraan Angkutan Darat makib banyak. Tingginya jumlah kendaraan bermotor membuat arus transportasi makin ramai-lancar namun menimbulkan persoalan baru. Salah satunya ialah para pengemudi sering tidak taat kepada norma-norma berlalulintas. Kemacetan dan kecelakaan Lalulintas makin sering terjadi. Selain Helm, SIM dan STNK merupakan 2 surat yang wajib diperiksa Polantas saat menilang kendaraan.

Saya pernah mengalami bagaimana runyamnya kendaraan saya ditahan Polantas Belu saat melupakan Helm, SIM dan STNK. Motor atau mobil tetap dibawa ke kantor Polantas dan menandatangani surat tilang dengan membayar denda sekitar Rp 200.000. 

Pengadaan SIM Asal-Asalan

Beberapa kali saya mengurus SIM kendaraan roda dua saya di Polantas Kota. Berkas yang dituntut ialah KTP dan Kartu keluarga. Sampai di kantor kita diminta mengisi formulir lalu membayar Rp 350.000. Setelah itu kita menunggu foto dan proses mendapatkan SIM dimulai. Hanya butuh sejam, sebuah SIM baru telah kita kantongi. Pengurusan SIM begitu mudah, tak berbelit. Namun banyak persoalan dan kecelakaan selalu terjadi di lapangan. Banyak pengguna SIM tak paham aturan berlalulintas. 

Karena tidak ada ujian praktek dan tertulis, para pemilik SIM, banyak tidak paham UU Lalulintas khususnya rambu-rambu Lalulintas. Persoalan ini terjadi karena saat pengurusan SIM dilakukan dengan asal-asalan saja. Dalam petunjuk memang ada ujian (praktek dan tertulis) namun dalam kenyataannya tidak dilakukan oleh para petugas Lantas. Padahal ujian-ujian adalah hal-hal yang serius. Sebab kecelakaan pengendara baik roda dua maupun roda empat setiap tahun meninggi. Para anggota Polantas masih mengandalkan Patroli rutin dan kesempatan saat upacara bendera bersama semua instansi untuk memberikan penjelasan tentang aturan berlalulintas. 

Potret aturan berlalulintas di salah satu kota di Indonesia (Foto:http://www.jasalampulalulintas.com)
Potret aturan berlalulintas di salah satu kota di Indonesia (Foto:http://www.jasalampulalulintas.com)
Runyamnya Norma Berlalu lintas

Di kota-kota Kabupaten dan Provinsi, Polantas memasang lampu-lampu Lalu lintas pada setiap tikungan jalan raya yang dianggap berbahaya. Namun alat-alat lampu Lalulintas itu tidak dikendalikan manusia. Alat-alat lampu Lalu lintas dikendalikan secara otomatis. Sehingga saat semua kondisi jalan sunyi, hanya satu kendaraan menunggu lampu merah menyala menuju lampu hijau, banyak pengendara memutuskan melanggar saja. Toh di depan kiri dan kanan tidak ada kendaraan yang lewat, kosong. Saya termasuk orang yang sabar. Meskipun sedang lampu merah dan pengendara saya sendiri, namun saya menunggu lama sampai lampu hijau menyala.

Tetapi lain waktu, satu kali ketika saya melihat lampu merah menyala, sedangkan suasana sunyi tanpa kendaraan, ya saya langgar saja. Toh lewat kiri kita tetap aman. Tidak ada kendaraan pula. Norma berlalu lintas terpaksa kita gadaikan sejenak. Soalnya bukan manusia yang mengontrol lampu lalu lintas namun alat atau robot. 

Ini berbeda jika yang menjaga lalu lintas itu adalah beberapa anggota Polantas dengan pakaian resmi. Saat ia menyalakan lampu merah semua pasti taat. Kalau tidak taat, bisa langsung diberikan denda saat itu. Kalau denda saat itu masih tergolong baik, tetapi akan bertambah runyam kalau kita diminta untuk menyelesaikan masalah di Kantor Polantas. Di kantor Polantas urusan bisa bertambah runyam.

Memacu Kesadaran Diri

Untuk mencapai ketertiban berlalulintas, semua pihak harus tertib dan taat. Ketaatan bukan berdasarkan paksaan namun berdasarkan kesadaran diri sendiri. Ketaatan kepada norma berlalulintas sangat penting bagi keselamatan para penumpang dan pengemudi. Ketaatan berlalulintas harus berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang benar. Norma berlalulintas adalah salah satu faktor yang amat menentukan hidup atau matinya manusia di jalan raya. Biasanya orang yang taat berlalulintas pasti akan selamat. Sedangkan mereka yang kena celaka, umumnya berasal dari para pelanggar aturan Lalulintas jalan raya. 

Ya, kalau kita sungguh-sungguh teliti, mereka yang celaka umumnya tidak memakai helm, tidak memiliki SIM dan STNK.  Jadi meskipun runyam, ketaatan terhadap norma berlalulintas harus tumbuh dari kesadaran diri sendiri. Bukan demi menyenangi berbagai pihak tapi demi keselamatan diri, para penumpang dan pejalan kaki. Jadi taatilah aturan berlalulintas, maka aturan itu akan melindungi keselamatan semua pihak baik pengemudi, para penumpang dan para pejalan kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun