Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Hubungi: 081337701262.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pergumulan dari Kawin Campur Budaya

17 Juli 2017   13:14 Diperbarui: 7 Desember 2017   03:30 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang saja, kelompok ini secara ras ialah sama dengan orang Timor asli dan orang Flores asli. Jadi kelompok ini termasuk ras NTT asli. Hanya yang membedakan kelompok ini dengan Timor asli dan Flores asli ialah kepenganutan budaya tertentu yang tidak bisa diberlakukan kepada orang blasteran Timor dan Flores. Dalam pelbagai penampilan kelompok blasteran Timor-Flores cukup berbeda dari orang Timor asli dan Flores asli.

Kita memberikan jawabnya ya kepada subjudul di atas jika kita bandingkan dalam jumlah penduduk secara keseluruhan di Belu dan NTT seluruhnya di mana  orang-orang berdarah campuran Timor-NTT dan Flores-NTT di Timor berjumlah sedikit saja bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumba asli, Rote asli, Sabu asli, Lembata asli, Timor asli dan Flores asli.

Oleh karena tidak bisa digolongkan sebagai orang Timor dan orang Flores maka ada pendapat yang mengatakan bahwa kelompok blasteran Timor-Flores tergolong dalam kelompok orang minoritas yang hidup di Timor-NTT. Kelompok minoritas dari kalangan berdarah campuran Timor dan Flores menduduki posisi sangat sedikit dalam pemerintahan, guru, PNS, petani, peternak, pegawai, dll. Boleh dikatakan umumnya mereka termasuk penduduk yang termarginalisasi dalam percaturan politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Tetapi yang paling tinggi dari semuanya itu ialah marilah mengejar prestasi dan mengejar nilai-nilai universal yang menjadi titik tolak humanisasi manusia universal di seluruh dunia dalam kehidupan zaman ini agar semua kita bertumbuh ke arah hidup yang lebih baik dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun