Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Spirit Leluhur Membawaku Ziarah ke TMP Kalibata

18 Mei 2017   07:17 Diperbarui: 18 Mei 2017   17:39 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya berada dalam halaman tengah TMP Kalibata (Foto: Dokpri)

Mobil grap yang kami tumpangi melwati TMP Kalibata, sang sopir menghentikan kendaraanseraya meminta kami berdua keluar mobil sebab sudah tiba di salah satu tujuan yang kami pesan TMP kalibata. Saya bergeming segan tak mau turun. Saat itu bukanlah sore atau siang lagi. Saat itu waktu menujukkan jam 08.00 WIB. Itu artinya hari telah malam. Namun teman saya guru dari Kendari memaksa turun dari mobil. Berharap tiba di Kalibata jam 06.00 sore, namun kami terjebak 2 jam oleh kemacetan, jadinya kami baru sampai ke TMP Kalibata jam 08.00 malam. Dengan tergesa-gesa kami turun mobil dan berjalan tergesa-gesa ke dalam TMP Kalibata. Beruntung lampu-lampu makam masih menyala, samar-samar mengundang bulu kuduk berdiri. Dengan persaaan was-was kami mencari tempat-tempat terbaik lalu berfoto dalam suasana buku kuduk berdiri.

Di pelataran TMP Kalibata (Dokpri)
Di pelataran TMP Kalibata (Dokpri)
Di dalam TMP Kalibata itu, saya mengangkat tangan membentuk tanda salib di dada dan berdoa memohon berkat Tuhan dan peristirahatan kekal bagi jiwa-jiwa para pahlawan bangsa yang dibaringkan dalam TMP Kalibata, juga memohon doa dan bantuan dari orang-orang kudus dalam TMP Kalibata ini. Sontak teman guru saya dari Kendari membidik kamera Hpnya ke arah saya sedemikian sehingga menghasilkan foto-foto saya dalam kondisi saya dengan bulu kuduk berdiri agak ketakutan di malam itu. Namun beberapa hari kemudian setelah itu saya baru menyadari bahwa foto-foto saya di malam itu menghasilkan kenangan untuk pertama kali berkunjung di TMP Kalibata yang tak terlupakan dalam perjalanan tugas dan karier sebagai guru dan pendidik. Saat kami berkunjung saat itu, kami memanfaatkan jam-jam amat singkat sebelum terbang pulang kembali ke tempat kerja saya di Atambua pada esok jam 03.00 WIT pagi hari. Kesan yang memberikan spirit kebebasan dan kedamaian dalam kalbu bisa berkunjung dalam TMP Kalibata. Andi Zainal Abidin ialah teman guru saya sekamar di Witz Hotela Alia Cikini. Dia mengajak saya ke TMP kalibata pada sore hari setelah kami berdua menyelesaikan tahaban interview untuk mendapatkan beasiswa study ke Amerika pada siang hari.

Saya merasa agak gemetaran berada di malam hari dalam TMP Kalibata (Dokpri)
Saya merasa agak gemetaran berada di malam hari dalam TMP Kalibata (Dokpri)
Agaknya teman Andi mendengar dengan teliti ceritera saya pada malam sebelumnya di kamar Hotel itu perihal keberadaan salah seorang leluhur saya, Stanislaus Mali dari kampung Nurobo-Malaka yang pernah bersetru langsung dengan tangan satu lawan satu melawan penindasan tentara Jepang di Timor-Belanda. Akibat perjuangannya, dia ditangkap dan lama mendekam dalam dipenjarakan tentara Jepang hingga proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Selama bertahun-tahun menjaga makam alm. Stanislau Mali, menurut saya, leluhur saya itu pantas disebut sebagai pahlawan pembela kemerdekaan RI pada masa perjuangan melawan tentara pendudukan Jepang di Timor-Belanda.

Saat saya berada dalam TMP Kalibata, spirit perjuangan itu sama saya rasakan, persis saat saya membersihkan makam leluhurku itu di Nurobo. Kunjungan ke TMP Kalibata ini terus menyemanagi saya untuk menghidupkan spirt dan semangat perjuangan melawan penindaan dalam dada generasi muda bangsa. Mereka haru sadar bahwa kemerdekaan RI ialah hasil perjuangan rakyat Indonesia jauh-jauh hari semenjak kedatangan para penjajah. Terima kasih kepada Andi Zainal Abidin dan mas sopir grap yang membawa saya ke TMP Kalibata meskipun dalam keremangan cahaya di malam gelap itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun