Hari kedelapan pencarian MAS MH370 berlalu. Kita memasuki hari kesembilan dalam upaya pencarian terhadap pesawat MAS MH370. Indonesia diberitakan menghentikan sementara pencaharian pada hari kedelapan kemarin namun kemudian memulai kembali pencarian dengan 6 buah pesawat tempur dari TNI-AU jenis F 16-nya. Hasil pencarian belum juga membuahkan tanda-tanda keberhasilan. Dunia menjadi menanti penuh was-was. Berita terakhir mencatat bahwa hampir semua analisis sepakat pesawat mungkin dibajak oleh salah seorang pilot terlatih. Dugaan terhadap kemungkinan pembajakan oleh teroris juga bermunculan. Namun para analis menilai bahwa dugaan pembajakan yang dilakukan oleh teroris tidak mungkin.
Alasannya ialah bahwa para teroris yang selama ini beroperasi di Malaysia dan Indonesia telah berhasil tunduk kepada aparat keamanan, terlebih Indonesia. Para aktivis teroris baik di Malaysia dan Indonesia saat ini sedang tidak berdaya sama sekali akibat ditekan dan terus diawasi oleh aparat keamanan baik di Malaysia maupun Indonesia. Lagipula kalau kita bercermin kepada peristiwa pembajakan oleh para teroris salah satunya peristiwa pembajakan terhadap pesawat sebelum para pembajak membawa pesawat itu ke WTC dan Pentagon pada 11 September 2001, para teroris memiliki pesan politik, dan beberapa saat kemudian berdasarkan pesan politik itu, langsung diperoleh kelompok pelakunya yakni Alqaida, Taliban ataupun Jemaah Islamiyah.
Menginjak hari kedelapan dan sembilan, tidak ada pernyataan politik kelompok kiri yang menyatakan bertanggung jawab terhadap kehilangan MAS MH370. Dengan ketiadaan pesan politik dari kelompok yang berada di belakang pembajakan, maka perkiraan bahwa pelaku pembajak berasal dari teroris menjadi tidak disepakati. Lagi pula, belajar dari sasaran penyerangan terorisme yang melanda Indonesia selama ini seperti Bom Bali I,II, pemboman JW Marriot dan Rittz Carlton, selalu yang menjadi sasaran ialah warga negara asing. Sementara dalam peristiwa pembajakan, penumpang terbanyak ialah warna negara China. Ini menunjukan perubahan motivasi pelaku pembajakan.
Aktivitas terorisme di wilayah negara manapun, umumnya selalu sama. Mereka membajak pesawat atau membom lalu setelah beberapa hari kelompok pelaku mengirimkan pesan politik tertentu kepada pemerintah. Hal yang kita tidak temui dalam peristiwa pembajakan MAS MH370 ini. Itu berarti ada perilaku baru atau ada pola motivasi baru dalam pembajakan. Motivasi pembajakan menunjukan lebih dominan kepada aktivitas bukan terorisme. Alangkah baiknya kita melihat bahwa mayoritas penumpang MAS MH370 berkebangsaan China. Dalam sejarahnya, China juga memiliki pengalaman dalam urusan dengan  terorisme, meskipun tidak sedasyat Indonesia.
Menurut Analisis Peter Bergen dalam artikelnya yang dimuat di CNN.COM pada 17 Maret 2014 kemarin, dia menulis bahwa terorisme di China datang dari gerakan Islam Turkestan Timur, yakni kelompok separatis China yang didirikan oleh Uighur yang memiliki ikatan dengan Alqaidah dan Taliban.
Uighur ialah kelompok etnis China barat Muslim yang selalu melakukan serangan terorisme di China. Uighur bisa disangka melakukan pembajakan terhadap MAS MH370, mengingat bahwa mayoritas penumpang MAS MH370 ialah warga negara China. Dalam sejarahnya, pada 9 Maret 2008, seorang wanita Uighur berusia 19 tahun mencoba untuk meledakkan beberapa perangkat bahan peledak dalam pesawat dalam perjalanan dari Xinjiang ke Beijing namun ia berhasil dibekuk sebelum berhasil.
Pada 29 Juni 2012, sekitar setengah lusin orang Uighur berusaha untuk mengambil alih kendali pesawat dalam penerbangan dari Xinjiang menuju Beijing. Mereka menggunakan plot logam yang diasah untuk menjadi senjata, namun aksi ini digagalkan oleh pilot pesawat.
Selain kelompok Uighur di China, apakah ada kelompok teroris lainnya yang melakukan pembajakan? Rasanya tidak. Demikianpun kemungkinan karena aktivitas Brigade Martir China, hal mana juga disangkal oleh Menteri Transportasi Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Hussein sebab kelompok-kelompok teroris selama ini selalu membuat pesan-pesan politik setelah mereka melakukan aksi mereka.
Ketiadaan pesan-pesan politik pasca pembajakan yang berakibat menghilangnya pesawat MAS MH370 membuat kita memiliki pemikiran lain selain akibat aksi terorisme. Pemikiran lain itu ialah bahwa ada upaya perilaku untuk bunuh diri, pembajakan pesawat untuk alasan ekonomi atau bisa saja usaha menyita pesawat dengan motif istimewa yang hanya bisa disingkapkan oleh perjalanan waktu, mungkin bukan saat ini, namun di saat-saat yang akan datang.
________________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H