[caption id="attachment_331284" align="aligncenter" width="594" caption="Ilustrasi/ Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Hari ini saya cukup puas berkeliling sebagian wilayah Naitimu untuk melihat dari dekat keadaan peternakan sapi-sapi di padang gembalaan sapi. Sebagaimana diketahui bahwa Propinsi NTT adalah Propinsi ternak, di mana peternakan sapi merupakan usaha paling penting. Data Kanwil Peternakan NTT, Drs Thobias Ully, Msi menyebutkan bahwa menurut data tahun 2013, usaha Peternakan mengalami lonjakan drastis dari 577.000 ekor pada tahun 2012 menjadi 823.135 ekor pada tahun 2013. Pemerintah NTT menetapkan kuota sapi potong yang layak untuk diantarpulaukan. Pada tahun 2013, ternak sapi potong yang diantarpulaukan dari NTT sebesar 65.000 ekor, mengalami penurunan menjadi sebesar 55.000 ekor pada tahun 2014.
Menurut Drs Thobias Ully, Msi, kebijakan ini untuk menjaga pembibitan sapi, sebab sapi jantan yang diantarpulaukan menjadi pedaging harus juga bisa menjadi pejantan dalam program pembibitan. Pada tahun 2014, pemerintah NTT menganggarkan Rp 2 Trilyun untuk program usaha Peternakan. Kerjasama NTT dengan Pemprop DKI Jakarta dilakukan untuk program pembibitan sapi di mana program pembibitan sapi dilaksanakan di Timor sedang untuk program penggemukan akan dilaksanakan di Flores, NTT.
Kabupaten Belu sebagai kabupaten dengan populasi ternak sapi yang besar telah menyatakan akan menjadikan wilayahnya sebagai wilayah program pembibitan sapi menjanjikan prospek menggiurkan. Data Pemkab Belu tahun 2007 menunjukan bahwa populasi ternak sapi di Belu mencapai 96.876 ekor, di mana populasi ternak terbesar terdapat di wilayah kecamatan Malaka Timur 18.342 ekor dan menyusul Tasifeto Barat dengan 13.331 ekor.
Geliat untuk menjadikan Belu sebagai daerah pembibitan tahun 2014 ke atas mulai tampak terasa ketika saya mengunjungi lokasi penimbangan ternak sapi untuk siap diantarpulaukan ke Jawa di lokasi penampungan milik CV Timor Permai Halilulik. Puluhan ekor sapi pedaging jantan telah diangkut menuju Atapupu untuk seterusnya diantarpulaukan menuju Surabaya. Sebagaimana yang saya saksikan bahwa di lokasi penampungan sapi hanya tertinggal 4 ekor sapi pejantan, Bapak Rafael dan pembantunya nampak sedang memberikan rumput untuk sapi-sapi yang sedang dalam program penggemukan itu. “Baru saja, 20 ekor sapi jantan gemuk besar telah diangkut ke Atapupu, pak. Mungkin sementara dalam perjalanan ke Surabaya. Perusahaan kami menerima sapi-sapi dari peternak dalam segala jenis kelamin untuk ditimbang di tempat ini seharga Rp 2500/kg. Setelah itu perlu sekitar 2-3 bulan untuk proses penggemukkan sebelum diantarpulaukan,” kata Bapak Rafael kepada saya.
Bapak Rafael menceriterakan bahwa dia sudah bekerja selama 40 tahun di tempat penggemukan sapi milik CV Timor Permai. Di tempat ini, dia membantu penggemukan sebelum dinilai layak untuk diantarpulaukan. Sebagaimana saya saksikan bahwa lokasi penggemukan sapi milik CV Timor Permai itu nampak cukup besar dan bisa menampung sekitar 1000 ekor sapi pejantan yang gemuk.
Setelah saya mewawancarai Bapak Rafael dan pembantunya di lokasi penggemukan dan pembibitan sapi Halilulik, saya meluncur ke arah padang gembalaan ternak sapi di kawasan lapangan penggembalaan Buburlaran. Di sana saya bertemu dengan seorang penggembala ternak yang sedang asyik menggembalakan ternak sapi. Ia menolak menyebut namanya dan diambil gambarnya namun saya berhasil mengambil foto-foto sapi yang sedang merumput. “Rombongan sapi ini sejumlah 30 ekor dan merupakan program pembibitan milik beberapa orang”, kata si penggembala singkat.
Setelah saya menjelaskan maksud saya untuk mengambil foto dan menjelaskan tentang pentingnya faksin dan kesehatan sapi dalam program pembibitan sapi, saya langsung meluncur menuju ke kawasan lapangan rumput di sebelahnya. Di sana saya menemukan Tobias Berek, seorang anak berusia 12 tahun yang sedang menjaga 14 ekor sapi untuk program pembibitan sapi. Berbeda dengan penggembala sebelumnya yang cenderung diam, Tobias lebih berani untuk menjawab pertanyaan saya dan tampak senang ketika dia diambil foto. Hampir semua sapi-sapi gembalaan yang sedang merumput di padang itu merupakan sapi bibit. Setelah bertanya sana-sini dan mengambil foto-foto, sayapun kembali ke rumah.
Setelah saya meliput beberapa peternak sapi di kawasan desa Naitimu, kecamatan Tasifeto Barat, saya beranggapan bahwa peternakan sapi di wilayah Belu untuk saat ini lebih kepada usaha pembibitan, bukan hanya pada penggemukan. Setelah sapi-sapi itu dinilai layak untuk bisa diikat dan diternakkan atau digemukan maka sapi-sapi itu akan dibawah ke Flores untuk digemukkan di tempat itu, sedangkan yang lainnya bisa langsung diantarapulaukan melalui pelabuhan antarpulau Atapupu atau Wini.
Beginilah sapi-sapi di lokasi penggemukan Halilulik, sebelum diantarpulaukan