Para pembaca yang baik, saya anjurkan agar tetap waspadai bila ingin menerima orang tak dikenal di rumahmu. Kalau dia tidak menunjukkan identitas jelas, sebaiknya menolak saja, biarkan dia pergi mencari penginapan atau tinggal di Hotel. Orang tak dikenal cenderung berpura-pura sudah lama berkenalan dengan kita, padahal sesungguhnya dia seorang penjahat kambuhan atau memang penjahat yang berpura-pura ingin mencari pertolongan kita.
Keluargaku punya ceritera unik. Kejadiannya sudah berlangsung lama, namun sangat membekas di ingatan saya hingga hari ini. Waktu itu, kejadian pada sore hari. Seorang pemuda tanggung dan tegap, berkulit gelap datang ke rumah kami. Kejadian itu terjadi pada tahun 1986. Dia katakan bahwa dia baru saja datang dari kota Dili, ingin menuju kota Kupang, namun ketiadaan mobil Bus padahal hari sudah mulai malam. Bus malam Atambua-Kupang hanya satu kali, tidak ada rombongan Bus kedua. Maklumlah situasi waktu itu merupakan situasi yang belum semaju sekarang di mana Bus Malam trans kota Atambua-kota Kupang hanya satu rombongan, itupun harus lewat pembelian tiket.
Maka sambil menunggu Bus keesokan harinya, si pemuda minta tinggal di rumah seorang kenalan. Sialan, si pemuda tidak menujukkan identitasnya dengan jelas. Namun karena kasihan, ayah mengijinkannya. Selama 3 hari berlalu, si pemuda belum juga beranjak mencari Bus. Ia minta diperpanjang waktu tinggal di rumah kami. Keluaragaku setuju saja. Sampai suatu ketika, mamaku mulai mengeluh karena barang-barang berharganya hilang, demikian juga ayahku kehilangan perkakas kerjanya. Rupanya si pemuda itu telah mencurinya lalu menjual ke pasar.
Kami curiga besar bahwa pemuda tak dikenal yang mengaku bernama Piter Pedo itu merupakan pelaku pencurinya. Masalahnya dilaporkan ke kepala dusun. Pemuda itu dipanggil. Dia ditanyai oleh kepala dusun, "Kalau anda yang mencuri barang-barang berharga milik keluarga itu, silahkan kembalikan dan katakan sejujurnya". Lama si pemuda itu tak juga mengaku. Ia selalu menyangkal. Dan dia katakan bahwa dia tidak mencurinya. Dua hari berlalu. Kepala dusun kami tidak bergeming. Beliau curiga bahwa si pemuda itu benar-benar pelakunya.
Maka pada malam hari, si pemuda itu akhirnya mengaku perbuatannya setelah beberapa pemuda kampung mengancam akan membunuh pemuda itu karena tidak jelas identitasnya dan tidak mau mengaku asal-usul dan kejahatannya. Oleh karena ketakutan, si pemuda mengaku bahwa dia merupakan pelaku pencurinya. Memang kemudian terbukti bahwa pemuda itu merupakan pelaku pencurian. Setelah itu, dia mengeluarkan semua akar-akar kayu dan hal-hal yang digunakan sebagai ilmu gaib untuk mencuri. Kepala dusun mengambil akar-akaran itu lalu membakarnya.
Katanya dia menggunakan ilmu gaib untuk mencuri. Ayah tetap menuntut agar si pelaku mengembalikan barang-barang curiannya. Pelaku akhirnya berusaha untuk menemui kembali para pembeli barang-barang berharga yang diambil dari rumah. Tentu diantar oleh pamanku dan beberapa pemuda. Sebagian barang di kembalikan pembeli dengan banyak sungutan, namun sebagaian diambil oleh Polisi Halilulik untuk dijadikan alat bukti pencurian. Kasusnya kemudian kami teruskan ke Polisi.
Setelah berkas-berkasnya di nyatakan lengkap oleh Polisi, si pemuda diadili dan dijebloskan ke penjara di Lapas Atambua. Vonisnya sekitar 6 tahun. Selama dia dipenjara, tak seorangpun menjenguknya, katanya dia tidak memiliki kenalan. Hanya ayah satu-satunya yang setia menjenguknya dan membawa makanan untuk dia, itu semua demi kemanusiaan dan cinta kasih. Setelah 2 tahun berlalu, seorang petugas penjara datang di rumah kami. Petugas itu membawa sebuah Surat Pengantar dari Kepala Penjara Atambua.
Isi surat itu ialah: "Si Piter Pedo, penjahat itu telah melarikan diri keluar dari Penjara. Ia telah menghilang dari Penjara dengan cara memanjat tembok Lapas Atambua. Keluarga kami diminta supaya berjaga-jaga dan tidak boleh menerima Piter Pedo di rumah lagi". Polisi masih tetap mencari Piter Pedo hingga saat ini. Menurut informasi bahwa pemuda itu telah berkali-kali melakukan kejahatan dari kota ke kota. Ia merupakan pelaku pencurian. Dia sudah pernah ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara namun akhirnya melarikan diri lagi.
Saya anjurkan kepada para pembaca agar hati-hati menerima para pemuda atau orang-orang yang datang untuk bertamu di rumah. Dia berpura-pura sudah lama mengenal anda. Ia pura-pura meminta bantuan anda. Padahal mata dan hatinya sedang mengincar sesuatu di dalam rumah anda. Hati-hatilah. Sebaiknya anda sekeluarga menolak saja dia pergi bila dia tidak menunjukkan identitasnya yang benar dan ada indikasi kalau tamu itu anda curigai sebagai seorang penjahat. Katakan saja kepadanya, "Cari saja tempat penginapan. Tempat ini bukan hotel atau tempat penginapan". Tentu dengan cara halus, namun bila dia tidak menggubris, perlu dengan suara tegas dan keras agar dia sadar dan beranjak pergi.
Bila anda sekelurga menerima dia dalam rumah anda, maka resiko berat bisa jadi anda akan pikul. Bisa saja si tamu itu seorang penjahat yang ingin melakukan kejahatan di dalam rumah anda. Sebaiknya anda tolak saja, tamu-tamu yang tidak menunjukkan identitas resmi atau aslinya, apalagi tamu tak dikenal. Kejahatan selalu mengitari kita setiap saat. Namun kalau kita berhati-hati dan teliti, serta disiplin, rumah tangga dan keluarga kita akan aman dan tentram. Marilah terus waspada. Salam Kompasiana..
___________________________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H