Hari semakin gelap ketika aku naik ke atas sepeda motorku untuk meneruskan perjalananku ke rumah. Esok masih ada banyak kegiatan di sekolah yang harus aku selesaikan. Malam ini aku harus menyelesaikan banyak tugas sebelum larut dalam mimpi di balik selumut hangatku. Tidur dalam kenyenyakan, melepaskan kepenatan, memulihkan tenaga.
Oh Savanaku, rerumputan hijau dengan alang-alang yang kokoh diterpa angin, ternyata di dalam naungannya terus menyimpan persoalan kemanusiaan dalam kehidupan yang berat, teristimewa bila diteropongi dengan kacamata Keberadaban. Pernikahan haram, kelahiran yang tidak direncanakan, perselingkuhan, masalah kemiskinan, masalah pendidikan rendah, percecokkan keluarga, persoalan hutang adat, dendam turunan dan pertikaian antar warga. Itulah dinamika kehidupan yang runyam di balik naungan Savana. Rerumputan Savana Timor yang digunakan sebagai atap rumah pada sebagian penduduk Timor itu ternyata memberikan naungan yang cukup lembut bagi orang Timor dalam dinamika kehidupan yang tidak selalu gembira dan bahagia.
Pernikahan ideal menurut tradisi kristen ternyata  masih begitu jauh. Hanya sedikit keluarga yang mampu bertahan dan benar-benar memenuhi kriteria perkawinan agama kristen. Banyak kali pasangan yang dinikahkan merupakan pasangan yang telah lebih dahulu hidup sebagai suami isteri dan memiliki anak. Banyak keluarga tidak bisa dinikahkan karena persoalan adat atau belis.
Di tengah persoalan krisis kemanusiaan, rupanya Savana Timor masih tetap berfungsi sebagai penaung kehidupan dalam kesejukkan dan alamiah. Rupanya di bawah naungan Savana Timor, generasi orang Timor masih tetap tersenyum di tengah krisis dan badai kehidupan. Savana memang masih memberikan faedah bagi kehidupan manusia di tengah canggihnya zaman ini. Savana ialah keaslian itu sendiri yang selalu berkiblat menuju masa depan yang terus bergulir "dalam naungan Savana'. Semoga Tuhan tetap memberkati dan menyertai oan Timor! Amin. (Habis)
_________________________________________