Kenapa Anak Muda Lebih Suka Jadi Abdi Negara?
Banyak masyarakat memandang abdi negara sebagai status sosial yang tinggi. Profesi ini sering dianggap lebih terhormat dibanding pekerjaan lainnya. Jika kita bandingkan pendapatannya dengan pengusaha, jelas abdi negara lebih kecil yang memiliki kisaran gaji 3-6 juta saja. Tak sedikit pula profesi abdi negara menjadi idaman mertua, sehingga mereka merasa kedudukan mereka lebih tinggi bahkan bisa memilih jodoh hanya karena profesi tersebut. Mereka juga rela menjual habis tanah, dan hartanya hanya untuk menjadi abdi negara. Dengan menjadi abdi negara menganggap diri lebih tinggi karena status pekerjaan yang berseragam ini dapat memunculkan sikap elitis dan di kagumi
Memang menjadi Abdi Negara profesi yang dihormati karena nasionalismenya pada negara. Lolos menjadi Abdi Negara pun tidak mudah. Namun, meskipun profesi abdi negara dihormati, seharusnya pengakuan ini tidak membuat profesi tersebut dianggap lebih tinggi daripada profesi lainnya. Pada dasarnya, semua profesi sama-sama membantu dalam kemajuan negara. Seharusnya bukan cuma berseragam saja yang dihormati, tetapi mereka yang bekerja para UMKM, Petani, adalah tulang punggung ekonomi negara.Â
Pada masa penjajahan Belanda, posisi di pemerintahan dianggap tinggi karena banyak pekerjaan di pemerintahan yang dijalankan oleh kaum elite. Dan mereka rata-rata berasal dari kaum militer. Status sebagai pegawai pemerintahan memberi akses sosial yang lebih tinggi sehingga pemikiran menjadi Abdi Negara tertanam pada dirinya. Pemikiran ini terus berlanjut, bahkan setelah kemerdekaan, kita dipimpin oleh orang yang berlatar militer yaitu orde lama dan orde baru sehingga pekerjaan sebagai abdi negara masih dianggap sebagai pekerjaan bergengsi dan terjamin.
Naluri bahwa abdi negara dianggap sebagai sosok yang kuat memang mempengaruhi minat anak muda untuk memilih profesi ini. Mereka merasa jika orang yang berseragam dan kuat pasti dianggap sukses karena memiliki otoritas dan kekuasaan, walau gaji mereka kecil, resiko dan peluang dibenci. Profesi abdi negara sering dikaitkan dengan kualitas kepemimpinan, kemampuan mengayomi, serta disiplin yang tinggi. Ini menciptakan daya tarik bagi anak muda yang ingin mengembangkan kepribadian mereka dalam hal tanggung jawab dan kedisiplinan. Abdi negara sering dipandang sebagai panutan. Bagi anak muda, menjadi bagian dari profesi yang dianggap sebagai "penjaga" adalah kehormatan membangun identitas yang dianggap nasionalisme.
Meskipun begitu, tren menjadi abdi negara sangatlah mengkhawatirkan, karena ketika masyarakat memandang profesi abdi negara sebagai tujuan utama, sektor-sektor seperti pertanian, perindustrian, dan kewirausahaan menjadi kurang diminati yang akhirnya menciptakan ketergantungan mengurangi jumlah tenaga kerja produktif yang mana sebenarnya sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi negara. Jika sebagian besar generasi muda menginginkan pekerjaan yang stabil pemasukannya sebagai abdi negara, ini bisa menghambat inovasi dan pola pikir, menjadi abdi negara adalah seperti budak korporat yang hanya patuh pada perintah atasan. Menjadi Abdi Negara juga hanya tergantung pada gaji negara, jika semua menjadi Abdi Negara, maka siapa yang akan menjadi penyumbang pajak untuk menggaji mereka? Jika masyarakat terfokus hanya pada abdi negara, ini bisa membebani pemerintah untuk gaji, tunjangan, dan pensiun.Â
Menjadi Abdi Negara juga membatasi dalam berpikir kritis terhadap kebijakan pemerintah. Sebagai abdi negara, ada tuntutan untuk setia kepada pimpinan meskipun pimpinan itu kotor. Abdi negara dibatasi oleh peraturan yang mengatur bagaimana mereka dapat berbicara tentang pemerintah, entah di ruang publik atau media sosial. Kewajiban ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, hal ini bisa mengurangi kebebasan individu untuk secara terbuka mengkritik kebijakan yang kurang tepat. Karena hal itu, jika minimnya kritik, pemerintah mungkin akan kurang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Kritik berfungsi sebagai pengawasan kebijakan pemerintah. Jika pengkritik kurang, pemerintah mungkin bisa semena-mena dengan kebijakannya.
Anak muda sebaiknya tidak fokus pada profesi yang sudah dianggap "aman", tetapi juga perlu terbuka pada berbagai peluang lain yang mungkin bisa lebih menguntungkan. Profesi di luar sektor pemerintah banyak yang menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat, memungkinkan kita untuk lebih kreatif dalam bekerja. Sektor Pertanian pun tak kalah dalam segi keuntungan, karena sektor pertanian memiliki potensi pasar yang besar karena permintaan pangan terus meningkat, terutama dengan bertambahnya populasi. Sektor-sektor lain seperti peternakan, usaha sembako, dan lain-lain. Masih banyak lagi profesi lain, yang bisa melatih bidang dan minat lebih luas sesuai dengan passion.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H