Mohon tunggu...
Revalino Ardyansyah
Revalino Ardyansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin menjadi penulis tapi enggan menulis. Cukup diketik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengangkat Petani dari Keterpurukan: Akankah Prabowo Mensejahterakan Petani?

11 Oktober 2024   17:09 Diperbarui: 11 Oktober 2024   17:10 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc. setarajambi.org

3. Petani Gurem yang Sulit Sejahtera

Petani gurem adalah petani yang dengan penguasaan lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar. Ini adalah tantangan yang besar bagi Prabowo. Lahan yang terbatas membuat pendapatan mereka rendah dan hasil pertanian mereka hanya cukup untuk kebutuhan sendiri, bahkan tak sedikit dari mereka lahannya dari sewa bukan lahan sendiri. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah petani gurem saat ini mencapai 17.248.181 petani, naik 21,03 persen dari Tahun 2013, sebanyak 14.248.864 petani. Petani gurem justru sulit sejahtera karena dengan lahan minim, maka hasilnya juga minim, belum lagi masalah harga pangan yang kerap naik turun. 

4. Pupuk yang Semakin Langka

Kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini memiliki dampak besar terhadap sektor pertanian, belum lagi pupuk yang harganya akan terus naik membuat petani semakin sulit sejahtera. pupuk juga masih sering kali tidak tepat sasaran pada petani, banyak kelompok yang main dibelakang untuk mempolitisasi dan korupsi pupuk tersebut maka hasilnya, harga pupuk melambung tinggi. Indonesia terlalu sering impor pupuk, karena produksi pupuk Indonesia masih belum memenuhi mencukupi kebutuhan negeri. Kata Presiden Jokowi, kebutuhan pupuk Indonesia sekitar 13 juta ton, sedangkan pupuk Indonesia hanya mampu memproduksi 3,5 juta ton, jumlah ini sangat tidak seimbang jika dibandingkan dengan jumlah petani yang masih ada. Prabowo harus memahami skema ini dan perlu mengkaji terkait masalah pupuk ini, karena pertanian Indonesia masih bergantung dengan pupuk kimia.

5. Pemerataan Teknologi Pertanian yang Kurang

Banyak petani di Indonesia yang masih memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi. Keterbatasan akses teknologi salah satu tantangan bagi petani Indonesia khususnya petani gurem. Tanpa teknologi modern, mereka sulit meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas hasil panen. Untuk kesejahteraan tercapai maka teknologi harus menjangkau petani gurem di yang memerlukan koordinasi distribusi, akan tetapi beberapa teknologi yang umum digunakan di lahan luas mungkin tidak sesuai untuk lahan gurem, sehingga teknologi yang tepat guna perlu dikembangkan. Jika Prabowo berfokus pada akses teknologi bagi petani, petani diharapkan dengan mulai mengadopsi teknologi dapat meningkatkan produksi. Hal ini membutuhkan komitmen pemerintah dalam hal anggaran dan pengelolaan program.

6. Akses Transportasi ke Pasar Kurang dan Berakhir Ketergantungan pada Tengkulak

Petani seringkali sulit menjangkau pasar yang lebih luas, hal ini disebabkan keterbatasan transportasi untuk proses distribusi, yang akhirnya mereka menjual hasil panen ke tengkulak karena tengkulak mempunyai transportasi yang mumpuni, akan tetapi harga dari ditawarkan relatif rendah. Hal ini menyebabkan petani tidak mendapatkan keuntungan yang seharusnya dan cuma berharap keuntungan mereka pada tengkulak. Karena petani terpaksa menjual ke tengkulak, mereka tidak memiliki daya tawar untuk menentukan harga yang lebih tinggi, dan sama saja berakhir tanpa ada biaya tabungan untuk membeli teknologi pertanian maupun transportasi. Prabowo juga perlu memerhatikan hal ini karena dengan mengatasi ketergantungan petani pada tengkulak, petani akan memiliki peluang untuk mendapatkan harga yang lebih adil dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

7. Ketidakstabilan hasil panen terhadap harga pasar

Harga panen adalah harapan petani. Naik turunnya harga risiko besar bagi petani yang mengandalkan hasil panen sebagai sumber pendapatan utama. Ketidakstabilan harga ini terjadi karena hasil panen melimpah di musim tertentu, sedangkan permintaan tidak selalu stabil. Akibatnya, ketika ada kelebihan pasokan, harga turun tajam dan membuat pendapatan petani anjlok. Di sisi lain, saat pasokan menurun, harga bisa melonjak, tetapi petani belum tentu bisa memanfaatkannya. Ketidakstabilan ini mengancam kesejahteraan petani. Untuk menghadapi tantangan ketidakstabilan harga, Prabowo perlu memperkuat sistem harga dasar, memperluas infrastruktur penyimpanan, mempromosikan diversifikasi tanaman, dan memberikan akses informasi pasar bagi petani. 

Secara keseluruhan, sektor pertanian Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dan saling terkait. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Prabowo perlu mengambil langkah-langkah bijak dan perlu disusun. Dengan kebijakan yang tepat dan eksekusi yang efektif, kesejahteraan petani dapat meningkat, pada akhirnya akan berkontribusi pada ketahanan pangan negara, karena pada dasarnya Indonesia adalah negara agraris. Tagar #PantauPrabowo menggarisbawahi pentingnya mengawasi pelaksanaan janji dan kebijakan Prabowo terhadap sektor pertanian dan kesejahteraan petani, sehingga dengan #PantauPrabowo, masyarakat dapat ikut serta memantau, mengkritisi, serta memberikan masukan untuk perbaikan kebijakan yang ia lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun