Mohon tunggu...
john brata
john brata Mohon Tunggu... Captain Pilot / Purnawirawan Perwira Penerbang POLRI - .

Lahir di Bogor tanggal 08 Februari 1941

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Metro Mini, Bisa jadi Riwayatmu Dulu!

20 Desember 2015   18:55 Diperbarui: 20 Desember 2015   21:30 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: KOMPAS| Priyombodo"]Metro Mini penampilan umumnya jorok dekil, bau, kurang pas bagi angkutan manusia, kebanyakan kelasangkutan hewan. Cuma sayang hewan gak punya duit naik MM. Jadi ya dipakai manusia, pembawanya alias sopirnya beribu maaf sama jorok juga, berpakaian seenaknya, nangkring dibelakang kemudi sambil seenaknya merokok. Padahal ada peraturan gak boleh merokok ditempat umum. Merokok masih mending, alamak banyak yang pipis juga seenaknya "ngencingi" roda. Gak ada rasa malu ato rasa risih, meludah seenaknya juga, katanya sih bau ketek juga.

Tetapi penampiran image jelek seperti ini masih bisa orang bilang, semau lu aza. Yang istimewa rata rata sopir MM ini banyak yang buta huruf bahkan buta warna. Karena itu sopir MM kerja tanpa aturan, traffic light di egp kan, warna apapun diterobos. Karena buta huruf enak aza berenti ngetem dibawa letter S, letter P di strip. Menurunkan menaikan penumpang di pengkolan tikungan bahkan ditengah jalan. Begonya juga yang minta naik turun para penumpangnya. Emang enak bila badannya disenggol bajay disenggol mobil mewah. Gedebuk dubrakkk mending mati, kali cacat apa gak nyesel.

Yang lebih mengharukan ngetem tunggu penumpang itu di bawah rambu rambu yang ditancap sekian puluh meter dari Sub Sektor Polisi. Polisi nya gak pernah muncul. Entah kemana? Katanya sih filosofinya bila pelanggaran itu bikin muuuaaacet ya gpp. Paling tidak, tidak menimbulkan tabrakan hebat yang bisa bikin orang koit. Katanya juga ya karena terima sesuatu dari calo calo yang modalnya suara keras.

Gilanya lagi para sopir MM itu berani adu kuat dengan kereta api. Makanya berani nyerobot pintu KA yang sudah turun ditutup, mungkin para sopir MM itu menyangka KA dibuat dari tepung roti. Di samping seenaknya langar semua aturan para siopir MM ini tidak punya rasa solidaritas. Lha, diantara mereka selalu sodok menyodok penumpang dengan ngebut. Padahal jumlah penumpang keseharian yang naik MM ya jumlahnya relatif sama tiap harinya. Sopir MM selalu ingin mendapat rezeki yang gede tanpa memikirkan kawan.

Akibatnya bila brak brik bruk jedar jedor, celaka membuat banyak orang koit sia-sia.

Situasi dan kondisi ini sebenarnya yang jadi sasaran mengapa MM harus ditindak. Sopirnya perlu dimanusiawikan, ditatar agar jadi manusia, sopan, rapih, taat aturan, gak rakus. Nah, inilah sebenarnya solusi yang perlu diperhatikan para operator, sopir angkot MM.

Kemarin sore penulis pergi kondangan weleh weleh, jalan kok tertib dan relatif lancar. Ya karena banyak MM yang takut narik lantaran takut dikandangkan.

Karena itu untuk mencegah razia yang nanti natinya MM dikandangkan ya rubahlah mental diri sendiri agar menjadi manusia dijalanan.

Mogok masal? wah, malah bisa menyiapkan kuburan sendiri. Nanti bisa dipantau MM mogok gak ada yang berlalu lalang, jalanan tertib, gak macet gak ada sumpah serapah. Nah nanti orang akan bilang "sejarahkan" saja metro mini. Biang kemacetan disamping para pemotor yang juga banyak yang buta warna buta huruf minus akal sehat melawan arus tanpa rasa salah.

MM boleh saja kendaraan roda empat tua, tapi bila dirapihkan dibuat apik dan dibawa oleh sopir yang manusia, memiliki sim, jalan selalu ikut aturan, gak nyerobot lampu merah, gak lawan arus, gak saling gasak rebutan penumpang, bukan tak mungkin akan dibiarkan beroperasi secara normal. 

Bila memang akan dimasukkan jajaran transjakarta ya MM kudu muda apik rapih gak bau kendaraannya maupun sopirnya. Pasti akan diapresiasi pemda, kan sebenarnya pemerintah juga mengakui masih "impoten" dalam menyediakan angkutan publik yang cukup dan pantas dan murah, publik kan akan bilang egp mau disubsidi mau gak disubsidi yang penting ongkos murah terjangkau.

Nanti MM bila sudah difasilitasi seperti kopaja juga jangan bermental tetap kelas comberan. Banyak kopaja yang sudah diangkat derajatnya tetap aza dioperasionalkan secara bego oleh sopir-sopirnya. Menaikkan menurunkan penumpang ditengah jalan bukan dilajur dan terminal yang disediakan .

Mengapa hal ini masih sering terjadi ya karena aparat yang berwenang yang kudu memonitor dan menjadikan aturan harus dilaksanakan kebanyakan leha-leha, molor, boboan, meng egp-kan segalanya.

Saran, sudah saatnya Gubernur, Walikota, pimpinan daerah termasuk top leader aparat memerintahkan anak buahnya bertindak tegas tanpa kompromi menghadapi para pelanggar ketertiban kelancaran berlalu lintas yang pantas dilaksanakan orang-orang bermorah beriman dan siap merubah mental yang sesuai ajaran agama. 

John Brata

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun