Mohon tunggu...
Gusti Ayu Komang Diva Triani
Gusti Ayu Komang Diva Triani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agama Hindu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat dalam Hindu

22 Oktober 2023   23:33 Diperbarui: 22 Oktober 2023   23:41 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya, sebagian besar manusia memerlukan agama sebagai pedoman untuk kelangsungan hidupnya. Agama dapat memberikan ajaran kebaikan berupa ajaran moral, etika, atau aturan tingkah laku yang baik dan benar yang sesuai dengan jalan Dharma. Dalam konteks ini, agama Hindu menjadi salah satu agama yang banyak penganutnya. Agama Hindu merupakan agama yang universal dan fleksibel, yang mana ajarannya bersumber pada Veda. Dalam pelaksanaan agama Hindu, tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk mengikuti aturan atau pola-pola tertentu. Agama Hindu sangat bisa disesuaikan dengan budaya dan adat-istiadat yang berkembang di suatu daerah. 

Di Bali, prinsip ini dikenal dengan sebutan Desa Kala Patra, yang artinya agama Hindu memiliki keluwesan dalam menyesuaikan ajaran-ajarannya pada setiap tempat, waktu, dan keadaan. Dapat diibaratkan bahwa agama Hindu itu seperti air jernih yang mengalir tanpa warna. Yang mana, warna air yang kita lihat bergantung pada warna tempat yang dilalui oleh air tersebut. Ajaran dalam agama Hindu sangat luas cakupannya. Bahkan beberapa ajaran dari agama Hindu dapat berlaku juga untuk agama lainnya. Seperti pada konsep Karma Phala atau hukum sebab akibat dalam ajaran Hindu. 

Karma Phala merupakan salah satu bagian dari ajaran Panca Sradha, yaitu lima dasar kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu.  Adapun bagian-bagian dari Panca Sradha yaitu percaya atau yakin dengan adanya Tuhan, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksha.

Karma Phala terdiri dari dua kata, yaitu kata Karma yang artinya perbuatan dan kata Phala yang artinya hasil. Jadi, Karma Phala artinya hasil dari pada baik buruknya perbuatan seseorang. Dalam konteks ini, Karma merupakan penyebab dan Phala merupakan hasilnya. Seluruh Phala atau hasil dari perbuatan manusia merupakan buah dari karma yang telah dibuat. Apa yang kita alami di kehidupan saat ini merupakan buah atau akibat dari perbuatan kita di masa lalu atau di kehidupan sebelumnya. Begitu pula sebaliknya, apa yang kita lakukan di masa sekarang juga akan mempengaruhi kehidupan kita di masa depan ataupun di masa kita terlahir kembali ke dunia ini. Apabila kita ingin memetik phala baik dalam hidup kita, maka tentu kita harus melakukan perbuatan yang baik juga.

Terlahir sebagai manusia merupakan suatu hal yang sangat mulia dan patut disyukuri. Di antara makhluk hidup lainnya hanya manusia yang paling sempurna, karena manusia memiliki tiga hal sebagai kategori makhluk hidup yang utama atau bisa disebut dengan Tri Premana, yaitu meliputi Bayu, Sabda , dan Idep. 

Yang mana dengan Tri Premana ini artinya manusia memiliki kemampuan untuk bergerak, berbicara, dan berpikir. Manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang dianugerahi dengan idep atau kemampuan untuk berpikir, sehingga manusia mampu memperbaiki karmanya dan membebaskan dirinya dari kesengsaraan keduniawian dan terbebas dari hukum reinkarnasi dan dapat mencapai kesempurnaan hidup yakni Moksha melalui perbuatan baik yang sesuai dengan Dharma. Dalam konteks ini, manusia dituntut untuk selalu memperbaiki dirinya sendiri dengan selalu berbuat baik agar mendapat phala yang baik juga. Dengan kata lain, manusia memiliki kendali atas pilihannya sendiri, apakah mereka ingin menuju ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan bunyi sloka Sarasamuscaya I.4, yaitu:

"Apan iking dadi wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wnang ya tumulung awaknya sangkeng sangsra, makasdhanang ubhakarma, hinganing kotamaning dadi wwang".

Artinya: "Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia"

Selain itu, dalam Sarasamuscaya 3, disebutkan:  

"Upabhogaih parityaktam ntmnamavasdayet, calatvepi mnusyam sarvvatha tata durlabham.

Matangnyan haywa juga wwang manastapa, an tan paribhawa, si dadi wwang ta pwa kagngakna ri ambk apaypan paramadurlabha iking si janmamnua ngaranya, yadyapi calayoni tuwi.

Artinya: "Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih hati; sekalipun hidupmu tidak makmur; dilahirkan menjadi manusia itu, hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun."

Dalam ajaran Hindu, Karma Phala atau hukum sebab akibat diklasifikasikan lagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Sancita Karma Phala, yaitu hasil dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis diterima sehingga masih mempengaruhi kehidupan yang sekarang.
  • Prarabda Karma Phala yaitu perbuatan yang kita lakukan pada kehidupan sekarang phalanya juga akan langsung diterima pada kehidupan sekarang.
  • Kriyamana Karma Phala adalah hasil dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat ini sehingga phalanya akan diterima pada kehidupan atau kelahiran selanjutnya.

Agar senantiasa memperoleh karma baik dan terhindar dari karma buruk, maka diperlukan upaya-upaya dan pedoman dalam hidup. Dalam ajaran agama Hindu terdapat ajaran Tri Kaya Parisudha sebagai salah satu pedoman untuk melangsungkan hidup. Ceritanya pada sudah merupakan ajaran yang sangat leluhur yang mana mengajarkan umat manusia untuk senantiasa berpikir, berkata, dan berbuat yang baik dan benar. Adapun bagian-bagian dari Tri Kaya Parisudha, yaitu:

  • Manacika

Manacika mengajarkan umat manusia khususnya umat Hindu untuk berpikir yang baik dan benar, seperti pantang menginginkan barang yang bukan milik kita, berpantang dengan kenikmatan seksual, dan berpantang akan kemewahan hidup

  • Wacika

Wacika mengajarkan umat manusia untuk berkata yang baik dan benar. Sebagai manusia yang memiliki idep sepatutnya bisa menjaga perkataan agar tidak menyakiti perasaan orang lain, misalnya seperti berbicara baik dan sopan, tidak berbohong dan selalu berkata jujur, serta tidak mempisuna atau memfitnah orang lain

  • Kayika

Kayika mengajarkan umat Hindu untuk selalu berbuat baik dan benar. Kayika membimbing seluruh umat beragama untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh atau bertentangan dengan ajaran Dharma. Adapun contoh perbuatan berdasarkan ajaran Kayika yaitu seperti mempelajari kitab-kitab suci keagamaan, mempercayai keberadaan Tuhan, tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak mencuri barang yang bukan milik kita, dan tidak berbuat zina.

Dalam hidup ini perbuat kebaikan selalu sebagai perahu untuk mendapat kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa di alam belaka. Bagi umat Hindu, hal semacam menebus dosa tidak mendapat tempat, karena umat Hindu sangat percaya dengan hukum Karma Phala. Siapa yang berbuat maka dialah yang berhak menerima hasilnya. Seluruh umat manusia, khususnya umat Hindu patut memahami bahwa setiap perbuatan kita itu pasti ada akibatnya. Siapa pun tidak akan bisa lari dari hukum Karma Pahala karena ketentuannya sudah jelas apa yang kita tanam itulah yang kita tuai. Jika kita menanam kebaikan, maka hasilnya juga akan baik. Namun, kita menanam keburukan, maka hasilnya juga akan buruk. Jadi jelas bahwa semua perbuatan itu akan mendatangkan hasil sesuai dengan baik buruk perbuatan atau karma yang kita kerjakan. Dengan begitu, maka kita sebagai manusia sebaiknya berhati-hati dalam mengambil tindakan. Usahakanlah selalu berpikir, berkata, dan berbuat yang baik, sebab dengan begitu kemungkinan kita untuk masuk surga ataupun mencapai Moksha menjadi lebih besar.

Umat Hindu memahami bahwa hukum Karma Phala yang bersifat universal ini berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali, karena tidak ada yang dapat menghindari kemutlakan Karma Phala. Dengan memahami hukum sebab akibat ini, maka setiap umat Hindu akan selalu berpikir panjang sebelum berbuat sesuatu, karena setiap phala yang kita peroleh akan sejalan dengan sifat dari perbuatan yang kita dilakukan. Dengan mengetahui akibat dari perbuatan yang tidak baik itu dapat membawa akibat buruk bagi dirinya sendirinya, sehingga setiap orang akan berusaha menghindari dirinya dari perbuatan yang tidak baik. Karana itu mereka yang memahami ajaran Karma Phala atau hukum sebab akibat akan selalu berusaha untuk selalu melakukan perbuatan yang baik, karena dengan berbuat baik dapat mendatangkan phala yang baik juga.

Agama Hindu memang mengajarkan bahwa akibat dari suatu perbuatan yang baik atau buruk itu akan membuahkan akibat pada masa kehidupan yang sekarang. Namun selain itu, pada kehidupan setelah kita meninggal atau di akhirat, ataupun pada kelahiran kita di masa yang akan datang Phala dari Karma yang kita lakukan akan tetap mengikuti kita. Agama Hindu bahkan mengajarkan bahwa orang yang selalu melakukan perbuatan tidak baik akan memperoleh hukum yang setimpal sesuai dengan karmanya, sementara untuk orang yang selalu berbuat baik akan diampuni segala dosanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun