Agama Hindu mencakup berbagai aliran seperti Saiwa, Waisnawa, dan Sakta, serta memiliki konsep yang luas tentang hukum dan aturan untuk "moralitas sehari-hari" yang didasarkan pada karma, darma, dan norma sosial. Umat Hindu  menyebut agamanya sendiri sebagai Sanatana Dharma, yakni yang berarti ajaran abadi atau jalan abadi yang melebihi asal-usul manusia itu sendiri. Pernahkah Anda memikirkan dari mana asal mula kata "Manusia" itu? Di dalam keyakinan agama Abrahamik (Kristen, Yahudi, dan Islam), kita mengenal nama "Adam" sebagai manusia pertama di dunia, dan juga "Hawa/Eva" sebagai wanita pertama di bumi. Namun, dalam ajaran agama Hindu, manusia pertama dikenal dengan sebutan "Manu".
Menurut kepercayaan Hindu, Manu Swayambu merupakan sosok manusia pertama yang diturunkan ke bumi. Sementara, pasangan Manu Swayambu yakni Satarupa merupakan Wanita pertama di dunia. Diturunkannya Manu ke dunia, yakni untuk ditugaskan mengamati dunia ini dan menyusun aturan-aturan yang akan digunakan oleh umat manusia nantinya untuk hidup di bumi ini. Kata "Manu" berarti manusia yang pertama, maka dalam Bahasa Sanskerta istilah ini menjadi asal usul adanya kata "Manusya," yang artinya keturunan manu. Kata "Manusya" ini kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kata "Manusia". Tidak hanya dalam Bahasa Sanskerta dan Bahasa Indonesia, bahasa-bahasa lain termasuk Bahasa Inggris juga memiliki asal-usul kata "Man" yang mana kata itu diambil dari kata "Manu". Selain itu, bangsa-bangsa di Jerman meyakini bahwa leluhur pertama mereka disebut "Mannus." Hal ini dianggap ada hubungannya antara India kuno dan Eropa kuno dalam hal kultural-religi.
Manu diturunkan ke dunia oleh Dewa Surya setelah ia mengajarkan Manu banyak hal tentang kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Kemudian, Manu diberi tugas untuk merangkum dan menuliskan sebuah kitab yang saat ini dikenal dengan sebutan Manu Smerti yang menjadi panduan bagi manusia untuk hidup di dunia. Kitab Manu Smerti itu kemudian diajarkan kepada Iksavaku, anak Manu. Walaupun demikian, Manu Smerti merupakan kitab yang ditulis oleh manusia, sehingga kitab ini tidak menjadi kitab suci agama Hindu. Berbeda halnya dengan Weda yang yang dijadikan sebagai kitab suci agama Hindu karna di dalamnya berisi wahyu-wahyu dari Brahman atau Sang Hyang Widhi Wasa.
Bagi umat Hindu, dalam ruang lingkup kehidupannya menggunakan ajaran agama Hindu sebagai sumber tuntunan dan pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan secara jasmani dan rohani. Di samping itu, agama Hindu secara realitas merupakan pandangan dan falsafah hidup umat manusia, khususnya umat Hindu. Kepercayaan umat Hindu terhadap ajaran agama senantiasa melandasi kehidupannya dalam setiap langkahnya. Hal ini sesuai dengan arti agama dalam jiwa kerohaniannya, bahwa agama bagi agama Hindu adalah dharma dan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia (Parisada Hindu Dharma. 1978:13). Sehingga umat Hindu sangat berpegang teguh pada dasar keyakinan dalam menjalankan agamanya.
Sebagai salah satu kerangka dasar agama Hindu, Tattwa mencakup lima dasar kepercayaan yang dikenal dengan sebutan Panca Sradha. Secara etimologi, Panca Sradha terdiri dari kata Panca dan Sradha, yang mana Panca artinya lima dan Sradha artinya keyakinan atau kepercayaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Panca Sradha artinya lima dasar keyakinan atau kepercayaan. Berikut ini adalah bagian-bagian dari Panca Sradha, yaitu:
1. Percaya akan adanya Brahman
Umat Hindu meyakini bahwa Tuhan sesungguhnya hanya satu atau tunggal yang kemudian disebut dengan Brahman. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Yayur Weda XVII.27, yaitu "Yo Devanam Namadha Eka Eva" yang artinya "Ia adalah satu dan Ia disebut dengan banyak nama". Pernyataan ini, dapat kita simpulkan bahwa umat Hindu bukanlah penganut Politheisme, melainkan mengakui dengan adanya satu tuhan.
2. Percaya akan adanya Atma
Hidupnya hidup disebut dengan Atma, yaitu percikan-percikan dari Brahman atau Parama Atma yang berada dalam setiap makhluk hidup. Atma akan menjiwai dan memberikan kehidupan pada setiap tubuh makhluk hidup. Apabila Atma meninggalkan suatu badan makhluk hidup, maka makhluk hidup tersebut akan mati. Bila hal ini terjadi, maka Atma akan pergi menyatu dengan asalnya yaitu Parama Atma atau masuk kembali pada tubuh manusia ataupun tubuh makhluk hidup lainnya dalam reinkarnasi (Punarbhawa) berikutnya. Sementara, Atma yang ada pada hewan disebut Janggama, dan Atma yang berada pada tumbuh-tumbuhan disebut Sthawara.
3. Percaya akan adanya Karma Phala