Bukannya dikembalikan, gadis itu terus menjauh dari Prio dan berusaha untuk membacanya. Dengan setengah memaksa Prio terus mendesak akan merebut dari tangan Ariani namun tak dapat. Gadis itu bahkan berlari. Prio mengejar.
Kedua remaja pencinta alam ini kejar-kejaran di atas puncak Mambulilling. Awan semakin menipis, matahari telah sepenggalan tingginya. Suhu udara mulai menghangat.
//
"Andai saja aku tidak kesandung ranting patah dan jatuh, abang tidak akan dapat mengejarku."
"Ya, tapi aku menolongmu kan. Lututmu merah-merah terantuk ke tanah. Kamu sakit kan."
"Tidak, abang oleskan obat merah dengan lembut, penuh perasaan."
"Abang buat puisi untukku. Sayang aku tidak pernah baca puisi itu."
//
Teman-teman Prio kerumuni Ariani, gadis pemandu mereka itu jatuh kesandung ranting. Mereka membopong gadis berambut cepak itu masuk tenda. Sementara Prio kasak kusuk mencari kertas yang berisi puisi. Namun tidak diketemukannya. Ia berlari-lari masuk tenda dimana Ariani dibaringkan.
"Ariani?"
"Apa bang."