Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sumiati Tak Akan Berbaju Merah Lagi

24 Desember 2017   15:30 Diperbarui: 24 Desember 2017   17:14 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Dok. pribadi)

Wow wow, Ridwan ketangkap basah meremas tanga Sumiati saat kembalikan uang pembayarannya. Namun ibu itu senyum - senyum lalu mengangguk.

"Nak Ridwan. Ibu juga pernah muda. Saya tahu, kamu menyukai Sumi."

"Iya bu."

Muka Ridwan merah hati kayak celana anak sekolah dasar. Tapi, itu mesti dijawabnya. Sebab Sumiati sudah marasuk dalam dalam sukmanya. Gadis telah menjadi impian dalam malam-malamnya dan siang jadi kenangan.

//

Cinta Ridwan kepada Sumiati telah mendapat  legalitas. Namun sebelum mereka melengkungkan janur kuning, ibu Sumiati meminta Ridwan duduk baik-baik di kamar dalam rumahnya. Bukan di warung pallubasa, dimana benih-benih cinta antara Ridwan dan Sumiati bersemi.

Ibu Sumiati kemudian meceritakan prihal anaknya Sumiati. Saat anak itu, baru kelas dua SMA, 4 orang anak muda yang tidak tahan akan kecantikan Sumi, menyekap gadis belia itu di sebuah rumah kosong. Keempatnya lalu memperkosa  Sumiati.

Sejak tragedi piluh itu, Sumiati bersumpah akan menghabisi nyawa para pemerkosanya secara diam-diam. Dengan baju merah darah, ia temui pemuda-pemuda itu, seolah mengajaknya bercinta. Kemudian digoroknya leher para pemerkosanya dengan pisau dapur.

Semakin merunduk Ridwan mendengar cerita ibu Sumiati. Ada rasa ngerih di benak pemuda itu. Ia ingat cerita tentang roh gadis cantik berbaju merah, berkeliaran di Kota Makassar.

"Ridwan."

Ibu Sumiati menegur Ridwa yang sudah mulai ketakutan. Ia tidak ingin dirinya menjadi mayat karena kecantikan Sumi yang disebut-sebut dalam cerita orang-orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun