Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Kayu Sepotong kepada Sebatang Kayu

17 Desember 2017   21:51 Diperbarui: 18 Desember 2017   20:25 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu, biarkanlah aku tinggal di hutan dan terus memahat kayu."

Tinggallah Baco si telanjang di kaki gunung pada sebuah gubuk dengan segala perlengkapan memahatnya. Saban hari ia masuk hutan untuk memilih pohon yang baik untuk dijadikan patung. Tanpa sengaja, sebatang pohon itu membuatnya tertarik, bukan saja karena naluri memahatnya yang menderu-deru, tetapi rasa lelakinya juga ikut terdorong. Baco memeluk pohon itu dengan rasa yang dalam.

//

Selama dua purnama Baco memahat  kayunya menjadi seorng wanita cantik. Pahatannya itu sunguh detail, semua anggota tubuh wanita lengkap dalam patung yang dipahatnya itu. Baco membuat mata wanita itu indah, teduh dan menunduk jika bertatapan muka dengan dirinya. Dibuatnya bulatan kelereng pada buah dada wanita itu, tempat bayinya mengisap air susu murni. Pahanya dibuat mulus dengan pinggul yang lapang. Terakhir, dibuatnya alat  reproduksi bagi wanita pahatannya itu.

Pahatan wanita itu kemudian diberinya pakaian lengkap. Seluruh auratnya ditutup dengan pakaian yang layak, hingga yang Nampak hanya wajah, telapan kaki dan telapak tangan. Namun wanita pahatannya itu diberi pula caping pertanda bahwa ia adalah wanita desa, sebagaimana dirinya yang selalu nge-desa.

//

Baco si telanjang lalu menemui ibunya di kampong. Pada wanita yang paling dihormatinya itu, ia sampaikan bahwa, dirinya akan menikah dengan seorang wanita yang dicintainya. Wanita tua itu merestui keinginak anak yang sematawayang tersebut.

Amping Lau,  16 Desember 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun