Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Kayu Sepotong kepada Sebatang Kayu

17 Desember 2017   21:51 Diperbarui: 18 Desember 2017   20:25 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Begitu para wanita muda yang lagi mandi dan mencuci di sungai pergunjingkan Baco si telanjang. Lalu salah satu yang paling centil dari mereka nyeletuk.

"Sayangnya Baco, kurang jantan."

"Masa."

"Ia. Kemarin dari sungai sambil menjinjing cucian aku lewat di depan rumahnya. Ia melihatku baik-baik. Handuk yang aku pakai kecil dan hanya mampu menutup separuh tubuh, di bagian atas kelihatan setengah dada, kalau di bawah hampir seluruh paha nampak. Ia hanya melihatku dengan senyum seperti biasanya, naluri laki-lakinya tidak bereaksi."

"Wah, kalau tidak jantan, betina ya."

//

Desus-desus ketidakjantanan  Baco si telanjang beredar diam-diam di kalangan gadis-gadis, hingga ke ibu-ibu muda. Merekapun penasaran ingin mengetahui kebenaran  isu itu. Jangan-jangan hoax belaka, karena sakit  hati tidak mempan menggoda Baco.

Rasa penasaran para wanita muda terhadap kejantanan Baco, sungguh luar. Mereka tidak memilih tempat dan waktu untuk menggoda pria muda pemahat kayu ini. Juga atas anugrah Yang Maha Kuasa, semakin hari semakin tampanlah Baco di mata wanita-wanita itu.

Suatu ketika, pada sebuah pesta perkawinan Baco hadir dan di keramaian ini, wanita-wanita mudapun masih lancarkan godaan terhadap dirinya. Sat aa yang duduk  bersila bersama tamu-tamu lain, disuguhi  teh oleh si centil yang pernah pergunjinkannya. Saking kencangnya godaan si centil, ia menuang teh ke gelas Baco, susunya juga seolah ikut tumpah ke mata Baco.

"Astagfirullah."

Bukan ucapan terimas kasih yang terlontar dari mulut Baco. Tetapi mintan ampun kepada Yang Maha Kuasa. Ia memang telah ampun tinggal di kampungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun